LAPORAN KKL MUSEUM UPI INDONESIA


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sebagai negara yang telah mempunyai sejarah yang cukup panjang selama ratusan tahun, Indonesia mempunyai jejak-jejak sejarah yang kaya. Tak terkecuali dalam bidang pendidikan. Sejak lama, pendidikan merupakan hal yang penting dalam membentuk karakter individu tersebut. Sehingga, dalam pelaksanaan pendidikan tersebut biasanya dilakukan oleh orang yang ingin mengubah lingkungan tersebut. Menurut Ishaq (2006: 21). Pendidikan adalah ujung tombak negara, tertinggal atau majunya suatu negara sangat tergantung kondisi pendidikannya. Oleh karena itu, sejak zaman dahulu di Indonesia pendidikan selalu diusahakan meskipun berbeda cara dan bentuknya. Laporan ini berisi tentang sejarah pendidikan di Indonesia yang diambil dari dokumentasi pribadi dan keterangan-keterangan dari pihak Museum UPI mengenai sejarah pendidikan yang dilakukan pada tanggal 23 Maret 2017. Laporan ini juga berisi tentang hal yang berkaitan dengan materi-materi sejarah yang diajarkan di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) sehingga laporan ini juga bisa dijadikan acuan apabila ingin mengambil materi sejarah SMA berdasarkan penelitian kami di Museum UPI tersebut.
Museum UPI sendiri berada dalam kompleks kampus UPI di Jalan Dr. Setiabudi, Kelurahan Isola, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung 40154, Jawa Barat. Museum UPI menyimpan banyak koleksi yang berkaitan dengan sejarah pendidikan di Indonesia khususnya di Jawa Barat. Mulai dari zaman Prasejarah, zaman kerajaan, zaman Kolonial Belanda, zaman pendudukan Jepang, masa kemerdekaan, hingga saat ini. Ada juga koleksi tentang teknologi-teknologi yang digunakan sebagai pembelajaran pada masa depan sehingga museum ini menggambarkan keadaan pendidikan di Indonesia dari zaman dulu, sekarang hingga pada masa depan.
Selain itu, museum ini sebagai museum pendidikan banyak menerima kunjungan dari sekolah-sekolah dasar sampai menengah bahkan perguruan tinggi untuk mengetahui sejarah dari pendidikan di Indonesia tersebut sehingga penataan koleksi di dalam museum disesuaikan dengan urutan waktu kejadian. Untuk museum UPI sendiri mempunyai 5 lantai dan koleksi untuk masa prasejarah dimulai dari lantai pertama. Semakin modern kejadian maka tempatnya semakin tinggi sehingga diharapkan pengunjung museum  akan mengetahui rentang waktu kejadian yang ada sesuai dengan urutannya. Untuk itulah dalam laporan ini akan disajikan mengenai isi dari museum UPI tersebut sebagai pertanggungjawaban dari matakuliah KKL sekaligus peran guru untuk mengetahui sejarah dari pendidikan di Indonesia.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    SEJARAH MUSEUM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI)
Museum Universitas Pendidikan Indonesia atau bisa disebut dengan Museum Pendidikan Nasional pertama kali didirikan atas prakarsa dari Prof. Dr. Sunaryo Kartadinata, M.Pd dan didukung oleh Gubernur Jawa Barat, yaitu H. Ahmad Heryawan, Lc. Museum UPI diresmikan pada hari Rabu, tanggal 2 Mei 2015 bertepatan dengan hari Pendidikan Nasional. Museum tersebut terletak antara kota Bandung-Lembang, tepatnya di kampus Universitas Pendidikan Indonesia, yaitu Jalan Dr. Setiabudi No. 229, Bandung. Pembangunan museum tersebut merupakan salah satu bentuk tanggung jawab UPI sebagai perguruan tinggi yang memiliki kepedulian terhadap kelestarian warisan sejarah budaya bangsa, khususnya di bidang pendidikan. Keberadaan museum tersebut diharapkan dapat menjadi wahana pusat penelitian serta sumber belajar dan pembelajaran yang nantinya dapat meningkatkan kompetensi pendidik maupun wawasan pembelajar dalam upaya peningkatan mutu pendidikan sekaligus menjadi tujuan wisata budaya di Jawa Barat dan Nasional. Museum tersebut tidak hanya mempelajari tentang masa lalu saja, tetapi juga mempelajari masa depan.
Keberadaan Museum Pendidikan Nasional diharapkan mampu menjadi wahana pusat penelitian serta sumber belajar dan pembelajaran yang dapat meningkatkan kompetensi pendidik maupun wawasan pembelajar dalam mengupayakan peningkatan mutu pendidikan. Museum ini juga diharapkan dapat menjadi wahana pengunjung tidak hanya untuk melihat koleksi (something to see), bisa melakukan sesuatu (something to do), berbagai pengalaman (something to share), dan membeli sesuatu yang dapat menjadi kenang-kenangan (something to buy). Museum Pendidikan Nasional UPI merupakan rekaman jejak sejarah pendidikan nasional melalui upaya konservasi, edukasi, riset, dan rekreasi yang bersifat “Leading and Outstanding” (museumpendidikannasional, 2017, (Online)).

B.     TATA LETAK MUSEUM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI)



Kota Bandung adalah kota yang relatif dekat dengan Jakarta sebagai pintu gerbangnya Indonesia, menjadi pusat pelayanan (Service Center), dan kutub pertumbuhan (Growth Pole) bagi Provinsi Jawa Barat dimana kota ini memiliki banyak tempat wisata yang menarik baik objek wisata atau daya tarik wisata budaya, sejarah, tempat buatan atau alam yang dapat dijadikan sebagai tempat rekreasi bagi wisatawan lokal maupun asing yang berkunjung ke kota Bandung. Salah satu objek atau daya tarik wisata yang banyak terdapat di kota Bandung adalah museum dimana museum tersebut memberikan sarana edukatif dan rekreatif bagi pengunjungnya (Sahanaya, dkk, 2015: 2-3).
Salah satu obyek wisata bersejarah adalah museum yang biasanya merupakan organisasi yang bersifat nirlaba dimana bertujuan untuk mengoleksi, konservasi, dan memberikan pendidikan kepada masyarakat sehingga produk dan layanan yang diberikan termasuk dalam bentuk public good. Dalam hal pendanaan dan pengelolaan museum diberikan oleh pemerintah walaupun beberapa museum mencari dukungan dana atau investasi dari masyarakat dan sponsor lainnya (Gaffar, Vanessa, 2011: 16). Salah satu dasar yang diterapkan oleh museum agar menarik untuk dikunjungi adalah dengan memamerkan dan menonjolkan keunikan yang dimiliki bisa melalui aspek produk atau koleksi museum, keunikan desain bangunan (eksterior), desain interior, serta tata letak dalam memamerkan koleksi museum (Gaffar, Vanessa, 2011: 22). Sehingga, dengan adanya museum yang memiliki suatu keunikan tersendiri, maka dapat diindikasikan bahwa pengunjungnya tidak bosan dan semakin bertambah, salah satunya terbukti saat KKL di Museum UPI Bandung.
Dari kegiatan KKL tersebut, penulis mencoba menganalisis tentang alasan kenapa Museum UPI terletak di Bandung dan kenapa tidak di daerah lain, misalnya di daerah Jakarta sebagai ibu kota negara yang maju akan segala hal dan perlengkapan baik sarana maupun prasarana mudah terjangkau. Menurut penulis, alasan didirikannya Museum UPI di Bandung adalah karena sebelum menjadi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), UPI sendiri sebelumnya bernama IKIP Bandung dimana jurusan kuliah pada masa itu terfokus pada materi-materi yang nantinya lulus menjadi guru atau pendidik (berbasis pendidikan). Selain itu juga, karena pendirian museum tersebut memang bertujuan untuk dijadikan sebagai museum pendidikan atau berbasis pendidikan sehingga tidak salah jika nama lain dari museum ini adalah Museum Pendidikan Nasional dan bisa dibilang bahwa museum ini dianggap pertama kali membuat museum yang berkonsep pendidikan pada masa pra-Aksara sampai sekarang sehingga tidak heran jika museum tersebut nama lainnya adalah “Museum Pendidikan Indonesia”. Alasan lain kenapa museum tersebut terletak di Bandung adalah seperti penjelasan sebelumnya yang mengatakan bahwa kota Bandung merupakan tempat wisata yang cukup banyak didatangi oleh wisatawan lokal maupun asing dan kota Bandung juga lumayan banyak terdapat museum-museum sehingga kota Bandung bisa dibilang identik dengan wisata museumnya. Alasan lain bisa diperkuat dengan visi atau tujuan dari berdirinya museum tersebut dimana selain ingin memperkenalkan sejarah pendidikan Indonesia dari masa pra-Aksara sampai saat ini juga museum tersebut ingin memperkenalkan lebih jauh lagi tentang kebudayaan pendidikan masyarakat di Jawa Barat, perempuan di Jawa Barat, dan pastinya UPI ingin memperkenalkan lebih jauh juga tentang gambaran Universitas Pendidikan Indonesia baik dari segi sejarah, biografi, maupun sejarah perjalanan universitas tersebut sampai menjadi berkembang terbukti pada lantai terakhir pembimbing atau tour guide dari museum UPI menjelaskan bagaimana cara UPI dalam meraih kesuksesan di masa depan. Jadi, menurut penulis berdirinya museum UPI adalah untuk mengenalkan kepada wisatawan, khususnya masyarakat Indonesia tentang bagaimana perjalanan sejarah pendidikan Indonesia yang dimulai dari masa pra-Aksara sampai saat ini dan sebagai pertanggungjawaban UPI sebagai universitas yang berbasis pendidikan sehingga nantinya melalui visi dan misi museum tersebut akan sesuai dengan apa yang diinginkan dan diharapkan. Museum tersebut terdiri dari 5 lantai yang setiap lantainya memiliki modifikasi yang berbeda dalam hal pameran, sehingga pengunjung tidak mudah bosan dengan sajian materi di museum tersebut.
Museum Pendidikan Nasional UPI memiliki beberapa fasilitas penunjang untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan menarik dimana beberapa fasilitas penunjang tersebut antara lain :
1.      Shell Dome (Teater Terbuka)
Lokasi tempat tersebut berada di samping kiri bangunan utama Museum Pendidikan Nasional dan bersifat outdoor (area luar/terbuka) yang sangat cocok untuk menyelenggarakan acara seperti pertunjukkan musik, tari, tempat diskusi dengan kapasitas tempat 250 orang.
2.      Roof Garden and Roof Cafe
Tempat tersebut terletak di lantai lima museum UPI dimana tempat tersebut memiliki pemandangan yang bagus dengan view kota Bandung dan Gunung Tangkuban Perahu yang memiliki luas 327,96 m2.
3.      Ruang Pamer Tidak Tetap
Tempat tersebut terletak di lantai 1sampai lantai 4 dekat dengan pintu keluar masuk akses lift dan tangga sehingga tempat tersebut sangat cocok untuk dijadikan sebagai tempat pameran (exhibition) (Museumpendidikannasional, 2017, (Online)).

C.    ISI MUSEUM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI)
Museum UPI sendiri bisa dibilang cukup unik dan menarik dimana sebelum kita memasuki ruang gedung tersebut, kita sudah disuguhi dengan pemandangan indah dimana di atas langit-langit gedung museum tersebut terdapat kaca pantul yang nantinya bisa kita jadikan momen foto bersama yang bisa bercermin diri masing-masing. Selain itu, juga ada “Globe” bumi yang cukup besar di pojok kanan arah hadap gedung. Museum ini terdiri dari pembahasan tentang pendidikan di Indonesia mulai dari zaman pra-Aksara sampai saat ini. Museum ini merupakan museum pertama yang berada di lokasi pendidikan, yaitu di kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dimana dalam museum tersebut terdiri dari lima lantai (Wulan, S.A., 2015, (Online)). Berikut adalah penjelasan setiap lantainya, yaitu :
1.      Lantai I
Pada lantai ini terdapat ruang audio visual yang memberikan gambaran menyeluruh tentang museum UPI, ruang pameran tidak tetap, dan ruang cinderamata (sudah dijelaskan di pembahasan sebelumnya) (Wulan, S.A., 2015, (Online)).

2.      Lantai II
Pada lantai ini berisikan tentang pembahasan perkembangan pendidikan di Indonesia mulai dari masa pra-Aksara, masa kolonial, masa pergerakan nasional, sampai masa reformasi. Dalam lantai tersebut disediakan ruang-ruang pendukung, seperti ruang perpustakaan, ruang riset, dan ruang pamer temporer (Wulan, S.A., 2015, (Online)).
Berikut merupakan penjelasan dari pembahasan di lantai II, yaitu :
a.       Pendidikan Masa Pra-Aksara (Pra-Sejarah)
Bentuk pendidikan masa Pra-Sejarah masih sangat sederhana dimana pendidikan hanya dilakukan oleh keluarga. Dalam hal ini, orang tua memberikan materi pendidikan kepada anaknya. Pada masa itu karakteristik masyarakat sangat bergantung pada alam dan lingkungan, materi pendidikan diarahkan untuk keperluan hidup sehari-hari seperti berburu, meramu, mengumpulkan makanan, bercocok tanam, dan mencetak benda. Model pendidikan pada masa itu bersifat aplikatif dimana langsung praktek ke lapangan (alam terbuka) dan dilakukan secara turun temurun. Hal tersebut terbukti pada kebudayaan yang dihasilkan oleh masyarakat tersebut, yaitu masa paleolithikum, mesolithikum, neolithikum, megalithikum, dan perundagian. Pada masa perundagian, pendidikan sudah diarahkan untuk menguasai pembuatan beberapa benda logam, misalnya gerabah perunggu, kapak perunggu, bejana, nekara, moko, dan lain-lain. Pengajaran pada masa ini sudah dilakukan pada tingkat sosial tertentu dimana manusia dicita-citakan sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat, yaitu memiliki semangat gotong royong, menghormati para tetua, dan taat kepada adat (Museumpendidikannasional-praaksara, (Online)).

 

Sumber Gambar : Dokumen Pribadi.

Ket. Gambar : Gambar di atas merupakan pendidikan pada masa pra-Aksara dimana seorang ayah mengajarkan pada anak laki-lakinya untuk berburu. Sedangkan, untuk anak perempuan oleh ibunya diajari cara meramu dan menguliti mangsa.

b.      Pendidikan berbasis Agama
Setelah masuknya agama di Indonesia, pendidikan Indonesia mendapat pengaruh dari masuknya agama-agama di Indonesia, terbukti pada bangunan-bangunan artefak yang dijadikan sebagai sarana belajar mengajar seperti candi, surau, dan gereja. Pengajaran agama tersebut ada yang terfokus untuk kaum elit (seperti kalangan istana) dan ada pula yang bergerak di kalangan masyarakat umum melalui padepokan atau perdikan (Museumpendidikannasional-berbasisagama, 2017, (Online)).

 
Sumber Gambar : Dokumen Pribadi
Ket. Gambar : Tulisan huruf Arab di daun lontar dan Al-Qur’an

c.       Pendidikan Masa Kolonial (Hindia Belanda pada Abad ke-20)
Pada masa Hindia Belanda, terdapat tiga jenjang sekolah, yaitu sekolah rendah, sekolah menengah, dan sekolah tinggi. Jalur sekolah untuk anak Belanda adalah Europese Lagere School (ELS) ke Lycea, HBS V dan atau HBS III. Dari sekolah Lycea dan HBS V dapat melanjutkan ke sekolah tinggi (THS, GHS, atau RHS). Jalur sekolah bagi anak Belanda ini dapat juga dimasuki oleh anak bumiputera dan Tionghoa yang terpilih. Jalur sekolah Bumiputera adalah HIS dengan lama belajar tujuh tahun. Setelah itu, mereka dapat melanjutkan ke MULO, AMS, atau ke sekolah kejuruan Eropa dan Kweekschool. Bagi masyarakat keturunan Tionghoa biasanya mereka memilih jalur Hollandsche Chineesche School (HCS) dengan bahasa pengantar Belanda. Sekolah untuk bumiputera rendahan sendiri adalah Sekolah Desa (Volkschool) dan Sekolah Kelas II (Tweede Inlandsche School). Dari sekolah ini mereka dapat melanjutkan ke Schakel School (sekolah peralihan) agar dapat melanjutkan ke MULO, AMS, dan sekolah tinggi (Museumpendidikannasional-pendidikanmasakolonial, 2017, (Online)).

 
Sumber Gambar : Dokumen Pribadi
Ket. Gambar : Bagan sistem pendidikan pada masa Indies (Hindia Belanda) dan buku siswa pendidikan menengah MULO.


Sumber Gambar : Dokumen Pribadi
Ket. Gambar : Perkumpulan para pelajar

d.      Pendidikan Masa Pergerakan Nasional
Pendidikan pada zaman Pergerakan Nasional ditandai dengan lahirnya tokoh-tokoh pendidikan dan organisasi-organisasi pergerakan nasional serta sekolah-sekolah yang melahirkan siswa dengan pandangan nasionalis. Pada masa ini, organisasi Pergerakan Nasional juga memiliki media (pers) untuk menyampaikan gagasan tentang kebangsaan (Museumpendidikannasional-masapergerakannasional, 2017, (Online)).
e.       Pendidikan Masa Pendudukan Jepang
Pada zaman ini, pendidikan yang dikembangkan didasari oleh spirit pembebasan dan persamaan (dalam wujud penghapusan sekolah yang diskriminatif) yang diterapkan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Pada saat itu sudah mulai diberlakukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di sekolah (Museumpendidikannasional-pendudukanjepang, 2017, (Online)).
f.        Pendidikan Masa Kemerdekaan sampai Reformasi
Pada masa ini, terdapat dua peraturan mendasar yang menyangkut sistem pendidikan nasional masa depan Indonesia, yaitu otonomi daerah dan 20% anggaran pemerintah yang dialokasikan untuk pendidikan. Sejak tahun 2001, pemerintah pusat telah mengimplementasikan desentralisasi manajemen pendidikan untuk tingkat kabupaten dengan mendorong otonomi di sekolah yang dimaksudkan untuk meningkatkan pemerataan pendidikan yang berkualitas. Pada era Reformasi, aktor internasional, seperti Japan International Cooperation Agency (JICA), USAID, AUSAID, dan negara Belanda memberi dukungan pemerintah Indonesia untuk mereformasi sekolah dan guru (Museumpendidikannasional, 2017, (Online)).

 

Sumber Gambar : Dokumen Pribadi
Ket. Gambar : Pakaian siswa SD sampai SMA pada masa Kemerdekaan sampai Reformasi dan Ijazah SMA Jurusan Olahraga pada masa itu.

3.      Lantai III
Pada lantai ini berisikan tentang pembahasan sejarah pendidikan guru dari zaman kolonial sampai zaman reformasi. Pada lantai ini juga terdapat dinding puzzle balok segitiga yang dapat disusun menjadi gambar pembelajaran di “Sekolah Guru” pada masa kolonial. Selain itu juga, lantai ini menyediakan ruang khusus dimana memajang tujuh patung lilin yang menggambarkan transformasi figur guru dari zaman kolonial sampai saat ini (Wulan, S.A., 2015, (Online)). Berikut merupakan penjelasannya, yaitu :
a.       Sejarah Guru
Guru dalam artian formal pada masa Pemerintahan Hindia Belanda dihasilkan dari sekolah yang bernama Kweekschool (pendidikan keguruan). Pendidikan keguruan ini mulai diatur pada tahun 1871 setelah keluarnya peraturan pemerintah yang menyatakan bahwa pengadaan Sekolah Dasar bumiputera harus didahului oleh pengadaan tenaga gurunya. Selanjutnya, pendidikan keguruan berkembang hingga ke perguruan tinggi pada saat ini. Berdasarkan sejarah guru, pekerjaan ini adalah pekerjaan yang paling tua. Pekerjaan sebagai guru sudah ada sejak manusia mampu berpikir dan mengenal ilmu pengetahuan. Sepanjang sejarah kehidupan, guru selalu berada di tengah masyarakatnya. Guru mengajarkan banyak ilmu pengetahuan untuk membuat manusia menjadi mudah dalam menjalankan kehidupan atau terkadang guru mengajarkan kebenaran. Dalam sejarah Indonesia, pekerjaan guru ternyata berkembang sejalan dengan perkembangan zaman (Museumpendidikannasional-sejarahguru, 2017, (Online)).


Sumber Gambar : Dokumen Pribadi
Ket. Gambar : Siswa Sekolah Guru sedang melakukan pembelajaran di Lembang, Jawa Barat.

4.      Lantai IV
Pada lantai ini berisikan tentang perjalanan sejarah UPI sejak awal berdirinya (1954) sebagai PTPG sampai UPI mutakhir. Selain itu juga, terdapat tampilan tentang proyeksi UPI di masa depan dengan menyertakan ruang sejarah Gedung Isola pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia yang dilengkapi dengan ruang pameran komputer (Wulan, S.A., 2015, (Online)).

5.      Lantai V
Pada lantai ini berisikan tentang area pendukung yang bersifat rekreatif dimana lantai ini menyediakan taman dan outdoor cafe yang nantinya para pengunjung bisa menikmati pemandangan ke arah utara dan selatan kampus UPI dengan menikmati pemandangan Gunung Tangkuban Perahu (Wulan, S.A., 2015, (Online)).


DAFTAR RUJUKAN

Museumpendidikannasional. 2017. Museum Pendidikan Nasional Indonesia, (Online), (http://museumpendidikannasional.upi.edu/index.php/about-us), diakses tanggal 9 Mei 2017.
_____________________. 2017. Business Center, (Online), (http://museumpendidikannasional.upi.edu/index.php/business-center), diakses tanggal 9 Mei 2017.
_____________________. 2017. Pendidikan berbasis Agama, (Online), (http://museumpendidikannasional.upi.edu/index.php/pendidikan-berbasis-agama), diakses tanggal 9 Mei 2017.
_____________________. 2017. Pendidikan Masa Kemerdekaan sampai Reformasi, (Online), (http://museumpendidikannasional.upi.edu/index.php/pendidikan-masa-kemerdekaan-reformasi), diakses tanggal 9 Mei 2017.
_____________________. 2017. Pendidikan Masa Kolonial, (Online), (http://museumpendidikannasional.upi.edu/index.php/pendidikan-masa-kolonial), diakses tanggal 9 Mei 2017.
_____________________. 2017. Pendidikan Masa Pendudukan Jepang, (Online), (http://museumpendidikannasional.upi.edu/index.php/pendidikan-masa-pendudukan-jepang), diakses tanggal 9 Mei 2017.
_____________________. 2017. Pendidikan Masa Pergerakan Nasional, (Online), (http://museumpendidikannasional.upi.edu/index.php/pendidikan-masa-pergerakan-nasional), diakses tanggal 9 Mei 2017.
_____________________. 2017. Pendidikan Masyarakat Pra Sejarah, (Online), (http://museumpendidikannasional.upi.edu/index.php/pra-aksara), diakses tanggal 9 Mei 2017.
_____________________. 2017. Sejarah Guru, (Online), (http://museumpendidikannasional.upi.edu/index.php/sejarah-guru), diakses tanggal 9 Mei 2017.
_____________________. 2017. Tokoh Pendidikan Nasional, (Online), (http://museumpendidikannasional.upi.edu/index.php/tokoh-pendidikan-nasional), diakses tanggal 9 Mei 2017.
Gaffar, Vanessa. 2011. Pengaruh Positioning Museum terhadap Kunjungan Wisata Edukasi di Kota Bandung (Survey Segmen Pasar Generasi Y). Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, 1 (1): 15-32.
Ishaq, Isjoni.2006.Pendidikan Sebagai Investasi Masa Depan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Sahanaya, dkk. 2015. Tingkat Kemenarikan Museum di Kota Bandung. Antologi Geografi, (Online), (http://antologi.upi.edu/file/Tingkat_Kemenarikan_Museum_di_Kota_Bandung.pdf), diakses tanggal 9 Mei 2017.
Wulan, S.A. 2015. Museum Pendidikan Nasional UPI, (Online), (http://www.infobdg.com/v2/museum-pendidikan-nasional-upi/), diakses tanggal 9 Mei 2017.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH MASUKNYA AGAMA KONGHUCU DI INDONESIA

Kamu yang Kusayang

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BERBASIS NILAI