LAPORAN KKL MUSEUM UPI INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sebagai
negara yang telah mempunyai sejarah yang cukup panjang selama ratusan tahun,
Indonesia mempunyai jejak-jejak sejarah yang kaya. Tak terkecuali dalam bidang
pendidikan. Sejak lama, pendidikan merupakan hal yang penting dalam membentuk
karakter individu tersebut. Sehingga,
dalam pelaksanaan pendidikan tersebut biasanya dilakukan oleh orang yang ingin
mengubah lingkungan tersebut. Menurut Ishaq (2006: 21). Pendidikan
adalah ujung tombak negara, tertinggal atau majunya suatu negara sangat
tergantung kondisi pendidikannya. Oleh karena itu, sejak zaman dahulu di Indonesia
pendidikan selalu diusahakan meskipun berbeda cara dan bentuknya. Laporan ini
berisi tentang sejarah pendidikan di Indonesia yang diambil dari dokumentasi
pribadi dan keterangan-keterangan dari pihak Museum UPI mengenai sejarah
pendidikan yang dilakukan pada tanggal 23 Maret 2017. Laporan ini juga berisi
tentang hal yang berkaitan dengan materi-materi sejarah yang diajarkan di
jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) sehingga laporan ini juga bisa dijadikan
acuan apabila ingin mengambil materi sejarah SMA berdasarkan penelitian kami di
Museum UPI tersebut.
Museum
UPI sendiri berada dalam kompleks kampus UPI di Jalan Dr. Setiabudi, Kelurahan Isola, Kecamatan
Sukasari, Kota Bandung 40154, Jawa Barat. Museum UPI menyimpan banyak koleksi
yang berkaitan dengan sejarah pendidikan di Indonesia khususnya di Jawa Barat.
Mulai dari zaman Prasejarah, zaman kerajaan, zaman Kolonial Belanda, zaman
pendudukan Jepang, masa kemerdekaan, hingga
saat ini. Ada juga koleksi tentang teknologi-teknologi yang digunakan sebagai
pembelajaran pada masa depan sehingga museum ini menggambarkan keadaan
pendidikan di Indonesia dari zaman dulu, sekarang
hingga pada masa depan.
Selain
itu, museum ini sebagai museum pendidikan banyak menerima kunjungan dari
sekolah-sekolah dasar sampai menengah bahkan perguruan tinggi untuk mengetahui
sejarah dari pendidikan di Indonesia tersebut sehingga penataan koleksi di dalam museum disesuaikan dengan urutan
waktu kejadian. Untuk museum UPI sendiri mempunyai 5 lantai dan koleksi untuk masa prasejarah
dimulai dari lantai pertama. Semakin modern kejadian maka tempatnya semakin
tinggi sehingga diharapkan pengunjung museum
akan mengetahui rentang waktu kejadian yang ada sesuai dengan urutannya. Untuk itulah dalam laporan ini akan
disajikan mengenai isi dari museum UPI tersebut sebagai pertanggungjawaban dari
matakuliah KKL sekaligus peran guru untuk mengetahui sejarah dari pendidikan di
Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH MUSEUM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI)
Museum Universitas Pendidikan Indonesia
atau bisa disebut dengan Museum Pendidikan Nasional pertama kali didirikan atas
prakarsa dari Prof. Dr. Sunaryo Kartadinata, M.Pd dan didukung oleh Gubernur
Jawa Barat, yaitu H. Ahmad Heryawan, Lc. Museum UPI diresmikan pada hari Rabu, tanggal
2 Mei 2015 bertepatan dengan hari Pendidikan Nasional. Museum tersebut terletak
antara kota Bandung-Lembang, tepatnya di kampus Universitas Pendidikan
Indonesia, yaitu Jalan Dr. Setiabudi No. 229, Bandung. Pembangunan museum
tersebut merupakan salah satu bentuk tanggung jawab UPI sebagai perguruan
tinggi yang memiliki kepedulian terhadap kelestarian warisan sejarah budaya
bangsa, khususnya di bidang pendidikan. Keberadaan museum tersebut diharapkan
dapat menjadi wahana pusat penelitian serta sumber belajar dan pembelajaran
yang nantinya dapat meningkatkan kompetensi pendidik maupun wawasan pembelajar
dalam upaya peningkatan mutu pendidikan sekaligus menjadi tujuan wisata budaya
di Jawa Barat dan Nasional. Museum tersebut tidak hanya mempelajari tentang
masa lalu saja, tetapi juga mempelajari masa depan.
Keberadaan
Museum Pendidikan Nasional diharapkan mampu menjadi wahana pusat penelitian serta sumber belajar dan pembelajaran yang dapat meningkatkan kompetensi
pendidik maupun wawasan pembelajar dalam mengupayakan peningkatan mutu
pendidikan. Museum ini juga
diharapkan dapat menjadi wahana pengunjung tidak hanya untuk melihat koleksi (something to see), bisa melakukan
sesuatu (something to do), berbagai
pengalaman (something to share), dan
membeli sesuatu yang dapat menjadi kenang-kenangan (something to buy). Museum Pendidikan Nasional UPI merupakan rekaman
jejak sejarah pendidikan nasional melalui upaya konservasi, edukasi, riset, dan
rekreasi yang bersifat “Leading and Outstanding” (museumpendidikannasional,
2017, (Online)).
B. TATA LETAK MUSEUM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI)

Kota Bandung adalah kota yang relatif
dekat dengan Jakarta sebagai pintu gerbangnya Indonesia, menjadi pusat
pelayanan (Service Center), dan kutub
pertumbuhan (Growth Pole) bagi
Provinsi Jawa Barat dimana kota ini memiliki banyak tempat wisata yang menarik
baik objek wisata atau daya tarik wisata budaya, sejarah, tempat buatan atau
alam yang dapat dijadikan sebagai tempat rekreasi bagi wisatawan lokal maupun
asing yang berkunjung ke kota Bandung. Salah satu objek atau daya tarik wisata
yang banyak terdapat di kota Bandung adalah museum dimana museum tersebut
memberikan sarana edukatif dan rekreatif bagi pengunjungnya (Sahanaya, dkk,
2015: 2-3).
Salah satu obyek wisata bersejarah adalah
museum yang biasanya merupakan organisasi yang bersifat nirlaba dimana
bertujuan untuk mengoleksi, konservasi, dan memberikan pendidikan kepada
masyarakat sehingga produk dan layanan yang diberikan termasuk dalam bentuk public good. Dalam hal pendanaan dan
pengelolaan museum diberikan oleh pemerintah walaupun beberapa museum mencari
dukungan dana atau investasi dari masyarakat dan sponsor lainnya (Gaffar,
Vanessa, 2011: 16). Salah satu dasar yang diterapkan oleh museum agar menarik
untuk dikunjungi adalah dengan memamerkan dan menonjolkan keunikan yang
dimiliki bisa melalui aspek produk atau koleksi museum, keunikan desain
bangunan (eksterior), desain interior, serta tata letak dalam memamerkan koleksi
museum (Gaffar, Vanessa, 2011: 22). Sehingga, dengan adanya museum yang
memiliki suatu keunikan tersendiri, maka dapat diindikasikan bahwa
pengunjungnya tidak bosan dan semakin bertambah, salah satunya terbukti saat
KKL di Museum UPI Bandung.
Dari kegiatan KKL tersebut, penulis
mencoba menganalisis tentang alasan kenapa Museum UPI terletak di Bandung dan
kenapa tidak di daerah lain, misalnya di daerah Jakarta sebagai ibu kota negara
yang maju akan segala hal dan perlengkapan baik sarana maupun prasarana mudah
terjangkau. Menurut penulis, alasan didirikannya Museum UPI di Bandung adalah
karena sebelum menjadi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), UPI sendiri
sebelumnya bernama IKIP Bandung dimana jurusan kuliah pada masa itu terfokus
pada materi-materi yang nantinya lulus menjadi guru atau pendidik (berbasis
pendidikan). Selain itu juga, karena pendirian museum tersebut memang bertujuan
untuk dijadikan sebagai museum pendidikan atau berbasis pendidikan sehingga
tidak salah jika nama lain dari museum ini adalah Museum Pendidikan Nasional
dan bisa dibilang bahwa museum ini dianggap pertama kali membuat museum yang
berkonsep pendidikan pada masa pra-Aksara sampai sekarang sehingga tidak heran
jika museum tersebut nama lainnya adalah “Museum Pendidikan Indonesia”. Alasan
lain kenapa museum tersebut terletak di Bandung adalah seperti penjelasan
sebelumnya yang mengatakan bahwa kota Bandung merupakan tempat wisata yang
cukup banyak didatangi oleh wisatawan lokal maupun asing dan kota Bandung juga
lumayan banyak terdapat museum-museum sehingga kota Bandung bisa dibilang
identik dengan wisata museumnya. Alasan lain bisa diperkuat dengan visi atau
tujuan dari berdirinya museum tersebut dimana selain ingin memperkenalkan
sejarah pendidikan Indonesia dari masa pra-Aksara sampai saat ini juga museum
tersebut ingin memperkenalkan lebih jauh lagi tentang kebudayaan pendidikan
masyarakat di Jawa Barat, perempuan di Jawa Barat, dan pastinya UPI ingin
memperkenalkan lebih jauh juga tentang gambaran Universitas Pendidikan Indonesia
baik dari segi sejarah, biografi, maupun sejarah perjalanan universitas
tersebut sampai menjadi berkembang terbukti pada lantai terakhir pembimbing
atau tour guide dari museum UPI menjelaskan bagaimana cara UPI dalam meraih
kesuksesan di masa depan. Jadi, menurut penulis berdirinya museum UPI adalah
untuk mengenalkan kepada wisatawan, khususnya masyarakat Indonesia tentang
bagaimana perjalanan sejarah pendidikan Indonesia yang dimulai dari masa
pra-Aksara sampai saat ini dan sebagai pertanggungjawaban UPI sebagai
universitas yang berbasis pendidikan sehingga nantinya melalui visi dan misi
museum tersebut akan sesuai dengan apa yang diinginkan dan diharapkan. Museum
tersebut terdiri dari 5 lantai yang setiap lantainya memiliki modifikasi yang
berbeda dalam hal pameran, sehingga pengunjung tidak mudah bosan dengan sajian
materi di museum tersebut.
Museum Pendidikan Nasional UPI memiliki
beberapa fasilitas penunjang untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan menarik
dimana beberapa fasilitas penunjang tersebut antara lain :
1. Shell
Dome (Teater Terbuka)
Lokasi tempat tersebut berada di samping
kiri bangunan utama Museum Pendidikan Nasional dan bersifat outdoor (area luar/terbuka) yang sangat
cocok untuk menyelenggarakan acara seperti pertunjukkan musik, tari, tempat
diskusi dengan kapasitas tempat 250 orang.
2. Roof
Garden and Roof Cafe
Tempat tersebut terletak di lantai lima
museum UPI dimana tempat tersebut memiliki pemandangan yang bagus dengan view
kota Bandung dan Gunung Tangkuban Perahu yang memiliki luas 327,96 m2.
3. Ruang Pamer Tidak Tetap
Tempat tersebut terletak di lantai 1sampai
lantai 4 dekat dengan pintu keluar masuk akses lift dan tangga sehingga tempat
tersebut sangat cocok untuk dijadikan sebagai tempat pameran (exhibition) (Museumpendidikannasional,
2017, (Online)).
C. ISI MUSEUM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI)
Museum UPI sendiri bisa dibilang cukup
unik dan menarik dimana sebelum kita memasuki ruang gedung tersebut, kita sudah
disuguhi dengan pemandangan indah dimana di atas langit-langit gedung museum
tersebut terdapat kaca pantul yang nantinya bisa kita jadikan momen foto
bersama yang bisa bercermin diri masing-masing. Selain itu, juga ada “Globe” bumi yang cukup besar di pojok
kanan arah hadap gedung. Museum ini terdiri dari pembahasan tentang pendidikan
di Indonesia mulai dari zaman pra-Aksara sampai saat ini. Museum ini merupakan
museum pertama yang berada di lokasi pendidikan, yaitu di kampus Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI) dimana dalam museum tersebut terdiri dari lima
lantai (Wulan, S.A., 2015, (Online)). Berikut adalah penjelasan setiap
lantainya, yaitu :
1. Lantai I
Pada lantai ini terdapat ruang audio
visual yang memberikan gambaran menyeluruh tentang museum UPI, ruang pameran
tidak tetap, dan ruang cinderamata (sudah dijelaskan di pembahasan sebelumnya)
(Wulan, S.A., 2015, (Online)).
2. Lantai II
Pada lantai ini berisikan tentang
pembahasan perkembangan pendidikan di Indonesia mulai dari masa pra-Aksara,
masa kolonial, masa pergerakan nasional, sampai masa reformasi. Dalam lantai
tersebut disediakan ruang-ruang pendukung, seperti ruang perpustakaan, ruang
riset, dan ruang pamer temporer (Wulan, S.A., 2015, (Online)).
Berikut merupakan penjelasan dari pembahasan di lantai II, yaitu :
a. Pendidikan Masa Pra-Aksara (Pra-Sejarah)
Bentuk pendidikan masa Pra-Sejarah masih
sangat sederhana dimana pendidikan hanya dilakukan oleh keluarga. Dalam hal
ini, orang tua memberikan materi pendidikan kepada anaknya. Pada masa itu
karakteristik masyarakat sangat bergantung pada alam dan lingkungan, materi
pendidikan diarahkan untuk keperluan hidup sehari-hari seperti berburu, meramu,
mengumpulkan makanan, bercocok tanam, dan mencetak benda. Model pendidikan pada
masa itu bersifat aplikatif dimana langsung praktek ke lapangan (alam terbuka)
dan dilakukan secara turun temurun. Hal tersebut terbukti pada kebudayaan yang
dihasilkan oleh masyarakat tersebut, yaitu masa paleolithikum, mesolithikum,
neolithikum, megalithikum, dan perundagian. Pada masa perundagian, pendidikan
sudah diarahkan untuk menguasai pembuatan beberapa benda logam, misalnya
gerabah perunggu, kapak perunggu, bejana, nekara, moko, dan lain-lain.
Pengajaran pada masa ini sudah dilakukan pada tingkat sosial tertentu dimana
manusia dicita-citakan sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat,
yaitu memiliki semangat gotong royong, menghormati para tetua, dan taat kepada
adat (Museumpendidikannasional-praaksara, (Online)).



Sumber Gambar : Dokumen Pribadi.
Ket. Gambar : Gambar di atas merupakan pendidikan pada masa
pra-Aksara dimana seorang ayah mengajarkan pada anak laki-lakinya untuk
berburu. Sedangkan, untuk anak perempuan oleh ibunya diajari cara meramu dan
menguliti mangsa.
b. Pendidikan berbasis Agama
Setelah masuknya agama di Indonesia,
pendidikan Indonesia mendapat pengaruh dari masuknya agama-agama di Indonesia,
terbukti pada bangunan-bangunan artefak yang dijadikan sebagai sarana belajar
mengajar seperti candi, surau, dan gereja. Pengajaran agama tersebut ada yang terfokus
untuk kaum elit (seperti kalangan istana) dan ada pula yang bergerak di
kalangan masyarakat umum melalui padepokan atau perdikan
(Museumpendidikannasional-berbasisagama, 2017, (Online)).


Sumber
Gambar : Dokumen Pribadi
Ket.
Gambar : Tulisan huruf Arab di daun lontar dan Al-Qur’an
c. Pendidikan Masa Kolonial (Hindia Belanda
pada Abad ke-20)
Pada masa
Hindia Belanda, terdapat tiga jenjang sekolah, yaitu sekolah rendah, sekolah
menengah, dan sekolah tinggi. Jalur sekolah untuk anak Belanda adalah Europese Lagere School (ELS) ke Lycea,
HBS V dan atau HBS III. Dari sekolah Lycea dan HBS V dapat melanjutkan ke
sekolah tinggi (THS, GHS, atau RHS). Jalur sekolah bagi anak Belanda ini dapat
juga dimasuki oleh anak bumiputera
dan Tionghoa yang terpilih. Jalur sekolah Bumiputera adalah HIS dengan lama
belajar tujuh tahun. Setelah itu, mereka dapat melanjutkan ke MULO, AMS, atau
ke sekolah kejuruan Eropa dan Kweekschool.
Bagi masyarakat keturunan Tionghoa biasanya mereka memilih jalur Hollandsche
Chineesche School (HCS) dengan bahasa pengantar Belanda. Sekolah untuk bumiputera rendahan sendiri adalah Sekolah
Desa (Volkschool) dan Sekolah Kelas
II (Tweede Inlandsche School). Dari
sekolah ini mereka dapat melanjutkan ke Schakel
School (sekolah peralihan) agar dapat melanjutkan ke MULO, AMS, dan sekolah
tinggi
(Museumpendidikannasional-pendidikanmasakolonial, 2017, (Online)).



Sumber
Gambar : Dokumen Pribadi
Ket.
Gambar : Bagan sistem pendidikan pada masa Indies (Hindia Belanda)
dan buku siswa pendidikan menengah MULO.

Sumber Gambar : Dokumen Pribadi
Ket. Gambar : Perkumpulan para pelajar
d. Pendidikan Masa Pergerakan Nasional
Pendidikan
pada zaman Pergerakan Nasional ditandai dengan lahirnya
tokoh-tokoh pendidikan dan organisasi-organisasi pergerakan nasional serta sekolah-sekolah
yang melahirkan siswa dengan pandangan
nasionalis. Pada masa ini, organisasi Pergerakan Nasional juga
memiliki media (pers) untuk menyampaikan gagasan tentang kebangsaan
(Museumpendidikannasional-masapergerakannasional, 2017, (Online)).
e. Pendidikan Masa Pendudukan Jepang
Pada zaman ini, pendidikan yang
dikembangkan didasari oleh spirit pembebasan dan persamaan (dalam wujud penghapusan sekolah yang
diskriminatif) yang
diterapkan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Pada saat itu sudah mulai
diberlakukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di sekolah (Museumpendidikannasional-pendudukanjepang, 2017,
(Online)).
f.
Pendidikan
Masa Kemerdekaan sampai Reformasi
Pada masa ini, terdapat dua
peraturan mendasar yang menyangkut
sistem pendidikan nasional masa depan Indonesia, yaitu otonomi daerah dan 20% anggaran
pemerintah yang dialokasikan untuk pendidikan. Sejak tahun 2001, pemerintah
pusat telah mengimplementasikan desentralisasi manajemen pendidikan untuk
tingkat kabupaten dengan mendorong otonomi di sekolah yang dimaksudkan untuk
meningkatkan pemerataan pendidikan yang
berkualitas. Pada era Reformasi, aktor internasional, seperti Japan
International Cooperation Agency (JICA), USAID, AUSAID, dan negara Belanda
memberi dukungan pemerintah Indonesia untuk mereformasi sekolah dan guru (Museumpendidikannasional, 2017,
(Online)).


Sumber
Gambar : Dokumen Pribadi
Ket.
Gambar : Pakaian siswa SD sampai SMA pada masa Kemerdekaan sampai
Reformasi dan Ijazah SMA Jurusan Olahraga pada masa itu.
3. Lantai III
Pada lantai ini berisikan tentang
pembahasan sejarah pendidikan guru dari zaman kolonial sampai zaman reformasi.
Pada lantai ini juga terdapat dinding puzzle balok segitiga yang dapat disusun
menjadi gambar pembelajaran di “Sekolah Guru” pada masa kolonial. Selain itu
juga, lantai ini menyediakan ruang khusus dimana memajang tujuh patung lilin
yang menggambarkan transformasi figur guru dari zaman kolonial sampai saat ini
(Wulan, S.A., 2015, (Online)). Berikut merupakan penjelasannya, yaitu :
a. Sejarah Guru
Guru dalam
artian formal pada masa Pemerintahan
Hindia Belanda dihasilkan dari sekolah yang bernama Kweekschool (pendidikan keguruan). Pendidikan keguruan ini mulai
diatur pada tahun 1871 setelah keluarnya peraturan pemerintah yang menyatakan
bahwa pengadaan Sekolah Dasar bumiputera
harus didahului oleh pengadaan tenaga gurunya. Selanjutnya,
pendidikan keguruan berkembang hingga ke perguruan tinggi pada saat ini. Berdasarkan sejarah guru, pekerjaan ini
adalah pekerjaan yang paling tua. Pekerjaan sebagai guru sudah ada sejak
manusia mampu berpikir dan mengenal ilmu pengetahuan. Sepanjang sejarah
kehidupan, guru selalu berada di tengah masyarakatnya. Guru mengajarkan banyak
ilmu pengetahuan untuk membuat manusia menjadi mudah dalam menjalankan
kehidupan atau terkadang guru mengajarkan kebenaran. Dalam sejarah Indonesia,
pekerjaan guru ternyata berkembang sejalan dengan perkembangan zaman (Museumpendidikannasional-sejarahguru,
2017, (Online)).

Sumber Gambar : Dokumen Pribadi
Ket. Gambar : Siswa Sekolah Guru sedang melakukan pembelajaran
di Lembang, Jawa Barat.
4. Lantai IV
Pada lantai ini berisikan tentang
perjalanan sejarah UPI sejak awal berdirinya (1954) sebagai PTPG sampai UPI
mutakhir. Selain itu juga, terdapat tampilan tentang proyeksi UPI di masa depan
dengan menyertakan ruang sejarah Gedung Isola pada masa perjuangan kemerdekaan
Indonesia yang dilengkapi dengan ruang pameran komputer (Wulan, S.A., 2015,
(Online)).
5. Lantai V
Pada lantai ini berisikan tentang area
pendukung yang bersifat rekreatif dimana lantai ini menyediakan taman dan outdoor cafe yang nantinya para
pengunjung bisa menikmati pemandangan ke arah utara dan selatan kampus UPI dengan
menikmati pemandangan Gunung Tangkuban Perahu (Wulan, S.A., 2015, (Online)).
DAFTAR
RUJUKAN
Museumpendidikannasional.
2017. Museum Pendidikan Nasional
Indonesia, (Online), (http://museumpendidikannasional.upi.edu/index.php/about-us), diakses tanggal 9 Mei 2017.
_____________________. 2017. Business
Center, (Online), (http://museumpendidikannasional.upi.edu/index.php/business-center), diakses tanggal 9 Mei 2017.
_____________________. 2017. Pendidikan berbasis Agama, (Online), (http://museumpendidikannasional.upi.edu/index.php/pendidikan-berbasis-agama), diakses tanggal 9 Mei 2017.
_____________________. 2017. Pendidikan Masa Kemerdekaan sampai Reformasi, (Online), (http://museumpendidikannasional.upi.edu/index.php/pendidikan-masa-kemerdekaan-reformasi), diakses tanggal 9 Mei 2017.
_____________________. 2017. Pendidikan Masa Kolonial, (Online), (http://museumpendidikannasional.upi.edu/index.php/pendidikan-masa-kolonial), diakses tanggal 9 Mei 2017.
_____________________. 2017. Pendidikan Masa Pendudukan Jepang, (Online), (http://museumpendidikannasional.upi.edu/index.php/pendidikan-masa-pendudukan-jepang), diakses tanggal 9 Mei 2017.
_____________________. 2017. Pendidikan Masa Pergerakan Nasional, (Online), (http://museumpendidikannasional.upi.edu/index.php/pendidikan-masa-pergerakan-nasional), diakses tanggal 9 Mei 2017.
_____________________. 2017. Pendidikan Masyarakat Pra Sejarah, (Online), (http://museumpendidikannasional.upi.edu/index.php/pra-aksara), diakses tanggal 9 Mei 2017.
_____________________. 2017. Sejarah Guru, (Online), (http://museumpendidikannasional.upi.edu/index.php/sejarah-guru), diakses tanggal 9 Mei 2017.
_____________________. 2017. Tokoh Pendidikan Nasional, (Online), (http://museumpendidikannasional.upi.edu/index.php/tokoh-pendidikan-nasional), diakses tanggal 9 Mei 2017.
Gaffar, Vanessa. 2011. Pengaruh Positioning Museum
terhadap Kunjungan Wisata Edukasi di Kota Bandung (Survey Segmen Pasar Generasi
Y). Tourism and Hospitality Essentials (THE) Journal, 1 (1): 15-32.
Ishaq, Isjoni.2006.Pendidikan Sebagai Investasi Masa Depan. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.
Sahanaya, dkk. 2015. Tingkat
Kemenarikan Museum di Kota Bandung. Antologi Geografi, (Online), (http://antologi.upi.edu/file/Tingkat_Kemenarikan_Museum_di_Kota_Bandung.pdf), diakses tanggal 9 Mei 2017.
Wulan, S.A. 2015. Museum
Pendidikan Nasional UPI, (Online), (http://www.infobdg.com/v2/museum-pendidikan-nasional-upi/), diakses tanggal 9 Mei 2017.
Komentar
Posting Komentar