ARKEOLOGI KERATON YOGYAKARTA

ARKEOLOGI KERATON YOGYAKARTA

UNTUK TUGAS MATAKULIAH
Dasar-Dasar Arkeologi
yang dibina oleh Bapak Drs. Slamet Sujud Purnawan Jati

Disusun Oleh :
Yongky Choirudin                  (140731605864)
Yuliarti Kurnia Pramai Selli   (140731606196)
Zafriadi                                   (140731600044)




UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
PRODI PENDIDIKAN SEJARAH
September 2014


KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis dapat menyelesaikan tugas matakuliah Dasar-Dasar Arkeologi dengan makalah yang berjudul “Arkeologi Keraton Yogyakarta”.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada para pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Kepada Bapak Slamet sujud Purnawan Jati selaku pembimbing, yang senantiasa memberikan pengarahan kepada penulis dalam penyelesaian tugas makalah ini. Tidak lupa kepada teman-teman yang telah memberikan informasi dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah yang dibuat masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat berguna bagi penulis untuk penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna untuk menambah pengetahuan tentang arkeologi  serta bermanfaat untuk kedepannya.


Malang, September 2014

Penulis


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Keraton Yogyakarta memiliki berbagai macam benda peninggalan yang dapat kita lihat dengan cara mengelilingi dan melihat-lihat keraton Yogyakarta beserta bangunan-bangunan peninggalan zaman dahulu, yang sampai saat ini tetap berdiri kokoh. Keraton Yogyakarta, seakan identik dengan unsur kebudayaan arkeologi Jawa. Keraton Yogyakarta dengan segala kekhasan budaya Jawa nya, memiliki arti simbolik di setiap bangunannya. Keraton Yogyakarta yang telah berganti pemimpinnya mulai dari Sri Sultan Hambengkubuwana I sampai X, memiliki sejarah yang cukup panjang yang perlu kita ketahui dan pelajari. Hal ini dikarenakan tidak sedikit dari kita yang tidak atau kurang memahami dan mengetahui apa sajakah bentuk peninggalan benda yang ada di keraton Yogyakarta, bahkan sebagian orang beranggapan bahwa keraton tidak lebih dari sekedar tempat tinggal Sri Sultan Hamengkubuwono.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka makalah ini disusun, dengan harapan melalui makalah ini, kita dapat mengetahui aspek arkeologi yang terdapat dalam keraton Yogyakarta, karena sebagai orang Jawa kita harus mampu memperdalam wawasan kebudayaan Jawa sekaligus merawatnya hingga dapat memperkaya kebudayaan daerah bahkan kebudayaan nasional. Serta dengan memahami dan mempelajari kebudayaan yang masih ada di keraton Yogyakarta, kita dapat mengambil nilai-nilai dan pengetahuann lebih dalam tentang arkeologi kertaon Yogyakarta untuk kemudian dipraktekkan dalam kehidupan bermasyarakat.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1)      Bagaimana pendirian keraton Yogyakarta ?
2)      Bagaimana makna tata ruang keratonYogyakarta ?
3)      Bagaimana bentuk dan makna bangunan dari keraton yogyakarta ?
4)      Bagaimana  fungsi Bangunan bagi keraton Yogyakarta ?
5)      Bagaimana cara museum dalam menjaga koleksi benda-benda arkeologi keraton Yogyakarta ?
6)      Bagaimana proses sejarah dan penemuan bangunan keraton Pleret di Yogyakarta ?
 1.3  TUJUAN
  1. Memeperdalam wawasan tentang arkeologi yang ada di keraton Yogyakarta?
  2. Dapat menyebutkan dan menjelaskan wujud-wujud budaya yang terdapat dalam keraton Yogyakarta?
  3. Dapat mendeskripsikan makna dan wujud budaya yang ada dalam keraton Yogyakarta?


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pendirian Keraton Yogyakarta
Keraton Yogyakarta dibangun pada tahun 1756 atau 1682 dalam tahun Jawa. Diperingati dengan sebuah Condro Sengkolo Memet pintu gerbang Kemagangan di pintu gerbang Gadung Mlati, berupa 2 naga yang berlilitan satu sama lainnya. Dalam bahasa Jawa "Dwi naga rasa tunggal", dwi artinya 2, naga artinya 8, rasa artinya 6 dan tunggal yang berarti 1. dibaca dari belakang menjadi 1682. warna naga hijau berarti pengharapan. Arsitek yang merancang bangunan Keraton Yogyakarta adalah Sri Sultan Hamengkubuwono I yang bergelar Pangeran Mangkubumi Sukowati dan juga bergelar de bouwmeester van zijn broer Sunan P. B. II.(arsitek dari kakanda Sunan Paku Buwana II) ketika masih muda.
Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul (Balairung Selatan). Selain itu Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya baik yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan bersejarah. Di sisi lain, Keraton Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat lengkap dengan pemangku adatnya. Oleh karenanya tidaklah mengherankan jika nilai-nilai filosofi begitu pula mitologi menyelubungi Keraton Yogyakarta. Dan untuk itulah pada tahun 1995 Komplek Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dicalonkan untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.

2.2 Makna tata ruang Keraton
Tugu dan Bangsal Manguntur Tangkil atau Bangsal Kencana (tempat singgasana raja), terletak dalam garis lurus, ini mengandung arti, ketika Sultan duduk di singgasananya dan memandang ke arah Tugu, maka beliau akan selalu mengingat rakyatnya (manunggaling kawula gusti). Tatanan Keraton sama seperti Keraton Dinasti Mataram pada umumnya. Bangsal Kencana yang menjadi tempat raja memerintah, menyatu dengan Bangsal Prabayeksa sebagai tempat menyimpan senjata-senjata pusaka Keraton (di ruangan ini terdapat lampu minyak Kyai Wiji, yang selalu dijaga abdi dalem agar tidak padam), berfungsi sebagai pusat. Bangsal tersebut dilingkupi oleh pelataran Kedhaton, sehingga untuk mencapai pusat, harus melewati halaman yang berlapis-lapis menyerupai rangkaian bewa (ombak) di atas lautan. Tatanan spasial Kraton ini sangat mirip dengan konstelasi gunung dan dataran Jambu Dwipa, yang dipandang sebagai benua pusatnya jagad raya.
Dari utara ke selatan area Keraton berturut-turut terdapat Alun-Alun Utara, Siti Hinggil Utara, Kemandhungan Utara, Srimanganti, Kedhaton, Kemagangan, Kemandhungan Selatan, Siti Hinggil Selatan dan Alun-Alun Selatan (pelataran yang terlindung dinding tinggi). Sedangkan pintu yang harus dilalui untuk sampai ke masing-masing tempat berjumlah sembilan, disebut Regol. Dari utara terdapat gerbang, pangurukan, tarub agung, brajanala, srimanganti, kemagangan, gadhung mlati, kemandhungan dan gading. Brongtodiningrat memandang penting bilangan ini, sebagai bilangan tertinggi yang menggambarkan kesempurnaan. Hal ini terkait dengan sembilan lubang dalam diri manusia yang lazim disebut babahan hawa sanga.
Kesakralan setiap bangunan Keraton, diindikasikan dari frekuensi serta intensitas kegiatan Sultan pada tempat tersebut. Alun-Alun, Pagelaran, dan Siti Hinggil, pada tempat ini Sultan hanya hadir tiga kali dalam setahun, yakni pada saat Pisowan Ageng Grebeg Maulud, Sawal dan Besar. Serta kesempatan yang sangat insidental yang sangat khusus misal pada saat penobatan Sultan dan Penobatan Putra Mahkota atau Pangeran Adipati Anom. Keraton Yogyakarta memanglah bangunan tua, pernah rusak dan dipugar. Dilihat sekilas seperti bangunan Keraton umumnya. Tetapi bila kita mendalami Keraton Yogyakarta, yang merupakan contoh terbesar dan terindah dengan makna simbolis, sebuah filosofi kehidupan, hakikat seorang manusia, bagaimana alam bekerja dan manusia menjalani hidupnya dan berbagai perlambangan eksistensi kehidupan terpendam di dalamnya.
Bangunan yang tedapat didalam kraton Yogyakarta memiliki arti dan fungsinya masing-masing di setiap arsitek bangunan-bangunannya, letak bangsal-bangsalnya, ukiran-ukiranya, hiasannya, hingga warna-warna gedungnya diantaranya ialah;
1.        Selogilang ialah lantai tinggi dalam sebuah bangsal semacam podium rendah, tempat duduk Sri Sultan atau tempat singgasana Sri Sultan.
2.        Tratag ialah bangunan, biasanya tempat berteduh, beratap anyaman-anyaman bambu dengan tiang-tiang tinggi, tanpa dinding dihiasi dengan pohon gayam yang daunnya rindang dan bunga-bunganya harum wangi menggambarkan rasa pemuda pemudi yang sedang dirindu cinta asmara.
3.        Krapyak adalah sebuah gambaran dari tempat asal roh-roh. Jalan lurus ke Utara kanan-kirinya dihiasi pohon asem dan tanjung yang menggambarkan kehidupan sang anak yang lurus, bebas dari rasa sedih dan cemas,rupanya menarik dan istimewa bagi ayah dan ibunya.
4.        Plengkung Gading atau Plengkung Nirbaya yaitu pintu gerbang benteng menggambarkan batas periode sang anak menginjak ke masa remaja.
5.        Di alun-alun Selatan terdapat dua pohon beringin, bernama “wok” yang berasal dari kata “bewok”. Dua pohon beringin ditengah-tengah alun-alun menggambarkan bagian badan kita rahasia sekali, maka dari itu diberi pagar batu bata.
6.        Sitihinggil ditengah-tengahnya dahulu ada pendoponya dan ditengah lantainya ada selo-gilangnya tempat singasana Sri Sultan mengambarkan pemuda pemudi yang saling berpasangan menghormati Sri Sultan dan pohon yang ditanam disekitarnya berupa pohon cempora serta soka yang mempunyai bunga yang halus panjang berkumpul menjadi satu ada yang merah dan yang putih menggambarkan bercampurnya benih manusia laki-laki dan perempuan.
7.        Bangsal Witono berarti “heningkanlah fikiran tuan” tempat pusaka-pusaka kraton pada saat upacara grebeg disaat Sri Sultan mulai bersemedi dibangsal manguntur tangkil.
8.        Bangsal Manguntur Tangkil adalah tempat yang tinggi untuk anangkil, yaitu untuk menghadap Tuhan Yang Maha Esa dengan cara mengheningkan cipta atau bersemedi.
9.        Tarub Hagung adalah bangunan yang berdiri atas empat tiang tinggi dari besi dan mempunyai bentuk empat persegi yang terletak di muka Tratag Sitingggil. Arti bangunan ini ialah tempat bersemedi dimana kita sujud kepada Tuhan YME., berada selalu dekat dengan keagungannya.
10.    Di halaman Sri Manganti ada sebuah bangsal lagi yang disebut Bangsal Traju Mas yang mengandung arti pandailah kita menimbang-nimbang mana yang betul dan yang salah, jangan sampai ingat dunia kemanusiawian.
11.    Gedung Purwaretno yang mempunyai arti kita harus selalu ingat kepada asal mula kita,gedung ini bertingkat tiga, gambaran dari Baitul Makmur, Baitul Mucharam, Baitul Muchaddas, memiliki empat jendela yang menggambarkan empat ketahuidan yaitu syari’at, tharikat, Chakekat dan Ma’rifat.
12.    Arca raksasa menggambarkan nafsu baik dan jahat pada setiap manusia.
13.    Bangsal Kencana adalah gambaran bersatunya kawula gusti yang merupakan bagian dari Regol Danapratapa.
14.    Halaman Kemandungan menggambarkan benih dalam kandungan sang ibu didalamnya ditanami pohon kepel, pallem (mangga), cengkir gading serta jambu dersono. Pohon Pelem menggambarkan pada gelem atas kemauan bersama, Jambu Darsono menggambarkan kasih cinta satu sama lain, Pohon Kepel menggambarkan bersatunya benih, kemauan. Kemudian Pohon Kelapa ditanam di muka rumah berwarna kuning mengkilat daan bentuknya kecil dipakai untuk upacara tujuh bulanan sang bayi di kandungan.
15.    Regol Gadungmlati jalannya dibuat menyempit kemudian melebar dan terang benderang menggambarkan sang bayi telah lahir dengan selamat.
16.    Dapur Keraton Gebulen dan Sekullanggen digambarkan bahwa tersedia makanan yang cukup.
2.3 Bentuk dan Makna Bangunan Keraton
            2.3.1 Bangunan Keraton
Keraton Yogyakarta yang dalam hal ini bangunan kraton serat Salokapatra banyak menguraikan tentang nama bangunan,bentuk bangunan,dan fungsi dari bangunan tersebut.Selain itu diterangkan juga asal mula suatu bangunan dan makna simboliknya.Di dalam serat Salokapatra dinyatakan bahwa di dalam kraton terdapat dua bangunan utama yaitu bangunan yang disebut bangsal “rumah” dan regol “pintu gerbang”.
Kata bangsal menurut Baoesastra Djawa mempunyai arti Omah gedhe ing kraton ‘rumah besar di kraton {Poerwadaminta,1939:31}.Dalam kraton,hal ini untuk membedakan rumah molik raja yang terdapat  di kraton dan rumah yang ada di luar kraton.
Kata regol menurut Baosastra Djawa mempunyai arti omah cilik mawa lawang kori dumunung ing gapuraning pomahan,daleme para luhur lan kraton ‘rumah kecil dengan pintu,yang terletak di pintu gerbang halaman,rumah para bangsawan dan kraton’ {Poerwadaminta,1939:523}..Jadi regol merupakan pintu gerbang yang berbentuk rumah.Berikut pembahasan mengenai bentuk dan makna serta fungsi bangunan kraton menurut serat Salokaptra.
2.3.2 Bentuk dan makna bangunan
Di lingkungan kraton terdapat bangunan-bangunan yang amat luas dan biasa disebut bangsal.Di sekeliling alun-alun juga terdapt bangsal-bangsal.Bangsal itu berjumlah 12,hal ini disesuaikan dengan jumlah bulan dalam satu tahun dan dimaksudkan untuk mengingat-ingat bahwa penyerahan upeti dilakukan setiap satu tahun sekali{12 bulan sekali},menjelang bulan ke 12.Bangunan-bangunan itu mempunyai nama sendiri-sendiri disesuaikan dengan fungsi dari bangunan tersebut.Kecuali itu bangunan-bangunan ini juga mempunyai bentuk bangunan yang sama lain berbeda sehingga mempunyai nama yang berbeda pula.Nama-nama bentuk bangunan ini ternyata mempunyai makna tersendiri yang amat baik untuk diketahui oleh siapa saja.Pada dasarnya makna dari bentuk-bentuk bangunan ini mengingatkan pada setiap orang agar agar selalu ingat pada Tuhan,hormat dan mantap mengabdi pada raja.Bentuk-bentuk bangunan itu antara lain:
1.        Kutuk Ngambang
Kata Kutuk merupakan nama ikan air tawar dan kata ngambang berarti mengambang {tidak tenggelam} di air.Adapun makna bentuk bangunan kutuk ngambang bahwa apabila mengabdi pada raja tidak boleh ragu-ragu {mengambang} harus mempunyai kemantapan lahir batin.
2.      Lowahan lambang gantung
Bentuk bangunan ini terdapat di bangsal agung atau pagelaran.Adapun makna dari bentuk bangunan itu bahwa manusia bergantung pada kehendak Yang Maha Kuasa,manusia hanya sekedar melaksanakan dan berusaha.
3.      Klabang nyander
Bentuk bangunan ini juga terdapat di bangsal agung atau pagelaran.Klabang adalah nama binatang yang mempunyai bisa{racun} sangat ampuh,sedang nyander berarti mengerja.Bisa {racun} melambangkan orang yang tidak tahu benar salah dan tidak mematuhi tata tertib,nyander di maksudkan sebagai dikejar banyak orang atau petugas hukum.Sehingga makna dari bentuk banguna itu adalah untuk mengingatkan manusia bahwa orang yang tidak pernah mematuhi tata tertib kerajaan pasti akan dikejar banyak orang atau petugas hukum dan yang bersalah pasti akan mendapatkan hukuman.
4.      Trajumas
Bentuk bangunan ini terdapat di bangsal trajukencana,nama bangsal ini diambil dari nama betuk bangunanya yaitu trajumas.Kata traju mempunyai arti timbangan atau menimbang,sedang kata mas atau kencana mengandung makna bersih suci tanpa salah.Sehingga trajumas mempunyai arti suci bersih tanpa salah.Maksudnya apabila raja duduk di bangsal ini maka hatinya akan bersih dan suci,sehingga perkataanya selalu benar (pp VI,2-3).Oleh karena bangsal ini digunakan untuk mengangkat patih,sehinng di sini di harapkan supya raja tidak salah dalam mengangkat patih.Karena patih merupakan wakil raja ,maka raja akan selalu berhati-hati jangan sampai menemui kesalahan dalam memilih mengangkat patih yang akibatnya bisa merugikan raja pada khususnya dan rakyat pada umumnya.
Bentuk-bentuk bangunan itu disamping ada pada bangsal itu disamping ada pada bangunan bangsal juga terdapat pada bangunan regol.Regol melambangkan manusia yang mengiginkan kebaikan dan keselamatan serta kesejahteraan dari raja (pp XVI,5-7).Ada tiga bangunan keraton yang terdapat dalam naskah yaituadalah sebagai berikut:
1.       Regol Semartinandhu
Bentuk bangunan semartinandhu terdapat di regol ‘pintu gerbang’ masjid besar sebelah barat alun-alun.Bentuknya menyerupai bangunan joglo tetapi tidak memakai 4 tiang,sebagai penyangga dipakai tembok batu bata,tepat ditengahnya di beri pintu.Menurut mitos yang terdapat dalam serat Salokapatra bentuk semartinandhu dibuat oleh pujangga jawa kuno atas kehendak raja Brawijaya.Maksud membuat bangunan itu sebagai tanda bahwa raja meninggalkan agama lama dan memeuk agama islam.Sehingga dapat dikatakan bahwa makna dari bangunan semrtinandhu untuk memberi petunjuk kepada semua manusia untuk selau melalui jalan yang benar.
2.      Regol brajanala
Regol ini letaknya diantara sitinggil dengan kaben,sehingga dapat dikatakan bahwa satu regol menempati dua halaman.Brajanala terdiri atas kata braja berarti tajam dan nala berarti hati.Sehingga brajanala mempunyai petunjuk untuk mencerdaskan otak agar bisa menyingkap segala tabir yang tersembunyi di baliknya.Sesungguhnya manusia itu menginginkan kebaikan lahir batin.Oleh karenanya manusia itu harus selau memohon kepada Tuhan,mentaati segala aturan kerajaan dan selalu mengikuti petunjuk orang tua.Semua itu dilaksanakan siang malam jangan sampai ada yang keliru sehingga akan menimbulkan pikiran yang kurang baik.
3.      Regol srimanganti
Regol ini letaknya antara halaman keben selatan dengan srimangati.Bentuknya seperti Semar yang duduk menghadap ke utara.Regol berbentuk Semar dengan maksud mencontoh Semar yang merupakan kekasih Hyang Guru,yang dalam pewayangan sebagai pangasuh raja.Semar manusia sempurna dan tidak pernah sakit dan panjang umurnya.Bangunan berberntuk Semar diharapkan bahwa setiap orang yang lewat dapat berwatak seperti Semar,berfikiran jernih sehingga terhindar dari segala halangan dan panjang umur.
2.4 Fungsi Bangsal
Fungsi bangunan
            Sebuah bangunan didirikan di satu tempat sudah barang tentu ada manfaat dan fungsinya. Fungsi bangunan disesuaikan dengan kepentingan atau kegunaan dan bentuk bangunanya. Demikian juga bangunan yang terdapat di lingkungan keraton fungsinya disesuaikan dengan kebutuhanya. Berikut ini diuraikan fungsi bangunan keraton menurut serat Salokapatra.
1.      Bangsal Pangurakan
Bangsal pangurakan berbentuk joglo letaknya di utara alun-alun lor mengapit jalan.Balai ini disebut pangurakan,karena sebagai tempat ngurak ‘menyuruh pergi’ orang-orang yang tidak menuut aturan raja.Kecuali itu bangsal ini juga dipakai sebagai tempat menyimpan perabot perlengkapan kerajaan,seperti panggung kuthamara,senjata dan sebagainy.Setiap hari di jaga oleh abdi dalem geladhag yang bertugas menggeladhag orang yang melanggar aturan kerajaan,sehingga tempat ini disebut geladhag.
2.      Bangsal pamangukan
Fungsinya sebgai tempat para abdi yang akan sowan dan tempat    menunggu para pejabat.Dari bale pamangukan ke selatan semua tidak boleh memakai payung ,kecuali para tamu Belanda.
      3   Bangsal Balemangu
Bangsal ini letaknya mengapit regol masjid,dipakai sebagai tempat     mengadili hukum agama karena perkara warisan.
4        Bangsal pekapalan
Bangsal ini tempat berkumpul para priyayi,bupati dengan pangkat regen{bupati}ke atas,tetapi pada waktu-waktu tertentu atas kehendak raja bangsal ini di pasang tarub untuk mmakajangan ‘keramaian’selama 7 hari untuk mengayubagya ‘memeriahkan’ jumenengan kanjeng raja bertahtanya raja.
5        Bangsal pamunggangan
             Bangsal ini juga disebut gedog balebang terletak di sebelah tenggara halaman sitinggil,fungsinya untuk menyimpan gamelan.Pada waktu dahulu setiap hari sabu malam {seminggu sekali} gamelan munggang dibunyikan sehingga bangsal ini disebut bangsal pamunggangan,tetapi sebetulnya tidak hanya gamelan munggang yang disimapan di situ,melainkan juga gamelan segati,kyai Guntursari,dan kyai nagawilaga serta ki Lokananta.
6        Bangsal Agung
Bangsal agung sering juga disebut dengan pagelaran bangsal agung,letaknya di di selatan alun-alun membujur ke selatan.Berada di sebelah timur dan barat tratag rambat,kedua bangsal ini bentuknya sama besar.Fungsinya pada waktu dahulu untuk menggelar pengadilan kerajaan.
7        Bangsal pacikeran
Bangsal ini letaknya di bawh tanga mengapit jalan menuju sitinggil.Fungsinya untuk menghukum yang bersalah.Sedangkan yang menjaga bangsal ini adalah abi dalem Mertatulut dan Singnegara.
8        Bangsal witana
Bangsal ini letaknya di tengah siitinggil,berbentuk joglo,terdapat banyak ukiran dengan warna prada kunin,emas dan merah yang menggambarkan bertemunya Panembahan Senopati dengan Ratu kidul.Adapun pemakaian warna dalam bangunan bangsal ini merupakan pameran kekayaan dalam kesemarakan dan kebesaran.Adapun makna bangsal witana menggambarkan raja dalam memulai segala sesuatu dengan fikiran jernih,supaya dapat mencapai keselamatan raja dan rakyat.
9        Bangsal mangunturtangkil
Bangsal ini letaknya di tengah-tengah bangsal witana,dan berfungsa sebagai tempat raja sinewaka pada saat gerebegan.Adapun makna dari mangunturtangkil yaiitu membangkitkan fikiran yang jernih agar dapat memberikan berkah keselamatan kepaa rakyat yang sowan ‘datang’ untuk mendoakan keselamatan raja.
10    Bangsal Keben
Bangsal keben sebenarnya bernama bangsal maniti,nama keben yang ditanam di halaman bangsal maniti.Pada jaman dahulu bangsal ini dipakai untuk musyawarah para bupati dalam menetapkan benar-salah.Kecuali itu bila hari pasowanan sebagai tempat tunggu para bangsawan.Bangsal ini juga sebagai tempat untuk mempersiapkan dairi apabila akan masuk kerajaa,dengan berpakaian sesuai dengan aturan kerajaan.
Seperti dalam judul naskah ini bahwa kata salokaptra berasal dari kata saloka dan patra;kata saloka mempunyai art tetembungan kaya dene paribasan ananging ngemu surasa pepadhan.’kata-kata seperti pribahasa ttapi mengandung maksud perumpamaan;kata patra berarti godhong ‘daun’.Sehingga salokaptra dimaksudkan sebagai perumpamaan yang disampaikan melalui dedaunan atau tetumbuhan,dalam hal ini tumbuh-tumbuhan yang terdapat di lingkungan keraton.Meskipun serat ini juga membicarakan bangunan-bangunan keraton,namun bangunan itu dilingkupi atau dikelilingi tumbuh-tumbuhan sepeti disebutkan di naskah.
Demikian secara singkat penggunaan makna tumbuh-tumbuhan dan bangunan yang terdapat dalam serat Salokaptra.Meskipun dalam sert Salokapatra ini belunm mengungkapakan secara keseluruhan tumbuh-tumbuhan dan bangunan yang ada di keraton.Namun dapat dikatakan bahwa tumbuh-tumbuhan dan bangunan yang ada di lingkungan kerajaan ini bentuk,tempat dan fungsinya disesuaikan dengan makna.
Keraton Yogyakarta yang terletak di tengah Kota Yogyakarta ini memiliki beberapa museum, yaitu Museum Lukisan, Museum Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Museum Kereta, dan Museum Batik. Disamping itu, hampir seluruh bagian keraton digunakan sebagai tempat penyimpanan benda-benda budaya bernilai, termasuk replikanya. Di kompleks Pagelaran, diperagakan berbagai pakaian prajurit dan pakaian adat keluarga keraton.
Museum ini dibuka untuk umum setiap hari kecuali pada saat ada upacara. Museum buka mulai jam 08.30 hingga 14.00 WIB, kecuali hari Jumat yang buka hingga pukul 13.00 WIB. Selain benda-benda budaya dan arsitektur, pengunjung juga dapat melihat pertunjukan seperti macapat, kerawitan, wayang kulit, serta wayang orang, yang dipentaskan di bangsal Sri Manganti, sekitar pukul 10.00-12.00 WIB.
Keraton Yogyakarta merupakan keraton terbesar dari empat istana yang berada di Jawa Tengah dan di sinilah Gubernur DIY, Hamengku Buwono X beserta keluarganya tinggal. Di dalamnya juga terdapat Museum Keraton dan Museum Kereta Keraton yang bisa dikunjungi.
Bagian luar terdapat benteng Baluwarti yang mengelilingi keraton dan cepuri di bagian dalamnya. Benteng keraton memiliki 5 gerbang utama yaitu Nirbaya, Jagabaya, Jagasura, Tarunasura, dan Madyasura. Ada yang unik dari kepercayaan masyarakat Jogja yang hingga kini masih mereka yakini kebenarannya, yaitu adanya garis imajiner bermakna filosofis simbolis yang menghubungkan Gunung Merapi, Tugu, Kraton, Panggung Krapyak, dan Laut Selatan. Secara simbolis garis ini melambangkan keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia serta manusia dengan alam.

Koleksi Museum Kereta Keraton Yogyakarta
Museum Kereta Keraton Ngayogyakarta berada di Jalan Rotowijayan sebelah barat dari keraton. Koleksi kereta keraton berjumlah 18 buah. Memasuki museum, sudah tampak beberapa koleksi kereta keraton. Kereta-kereta tersebut kondisinya masih terawat dengan baik karena beberapa koleksi masih digunakan dalam berbagai upacara keraton seperti Grebeg dan perkawinan putra-putri Sultan.
Kereta-kereta Keraton Yogyakarta yang hampir berusia lebih dari 100 tahun ini, berdasarkan bentuknya dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
  1. Kereta terbuka beroda dua (misalnya Kapolitin).
  2. Kereta terbuka beroda empat (misalnya Kyai Jongwiyat, Landower, Landower Wisman, Landower Surabaya, Kyai Manik Retno, Kyai Jetayu, Bedoyo Permili).
  3. Kereta tertutup beroda empat (misalnya Nyai Jimat, Kyai Garudayaksa, Kyai Wimanaputra, Kyai Harsunaba, Kyai Kuthakaharjo, Kyai Puspoko Manik, Kyai Kus Gading).
Kereta-kereta tersebut kemudian dianggap pusaka dan diberi nama seperti pusaka-pusaka keraton lainnya. Selain itu kereta tersebut rutin diberi sesaji setiap jumat dan selasa kliwon. Nama-nama kereta tersebut adalah:
  1. Nyai Jimat                   10. Kyai Manik Retno
  2. Kyai Garudayaksa      11. Kyai Kuthakaharjo
  3. Kyai Jaladara              12. Kyai Kapolitin
  4. Kyai Ratapralaya        13. Kyai Kus Gading
  5. Kyai Jetayu                 14. Landower
  6. Kyai Wimanaputra      15. Landower Surabaya
  7. Kyai Jongwiyat           16. Landower Wisman
  8. Kyai Harsunaba          17. Kyai Puspoko Manik
  9. Bedaya Permili            18. Kyai Mondrojuwolo
Kereta Jenazah Kyai Ratapralaya
Pada sebuah ruangan di Keraton Yogyakarta terdapat beberapa kereta salah satunya berfungsi sebagai kereta jenazah. Kereta jenazah tersebut bernama Kereta Kyai Ratapralaya. Di tengah-tengah museum terdapat replika kuda putih yang digunakan untuk menarik kereta.
Memasuki ruangan lain terdapat 4 buah kereta. Di sinilah terdapat kereta tertua dan termewah. Kereta tertua bernama Kereta Kanjeng Nyai Jimad dan kereta termuda bernama Kereta Kyai Mondrojuwolo.

Kereta Kanjeng Nyai Jimad (kiri) dan kereta termuda bernama Kereta Kyai Mondrojuwolo (kanan)
Terdapat dua pendapat mengenai asal-usul Kereta Nyai Jimad, yaitu :
1.      Berasal dari Belanda
Kereta tersebut merupakan hadiah dari Gubernur Jendral Jacob Mossel (1750-1761). Hadiah tersebut diberikan kepada Sultan Hamengku Buwono I dan digunakan sampai dengan Sultan Hamengku Buwono III.
2. Berasal dari Inggris
Kereta tersebut merupakan hadiah dari pemerintah Inggris (1811-1816) kepada Sultan Hamengku Buwono III. Kereta tersebut digunakan sampai dengan masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono V.
Setiap tahun pada bulan Suro diadakan jamasan kereta keraton. Khususnya pada Kereta Kanjeng Nyai Jimat dan Kereta Garudayaksa, konon air bilasan kereta tersebut membawa berkah.
Sebelum pintu keluar terdapat Kereta Landower, Kereta Landower Surabaya, dan Kereta Landower Wisman. Kereta tersebut merupakan kereta-kereta yang dibuat oleh orang Belanda. Kereta ini digunakan oleh para kerabat dekat Sultan untuk mengawal Sultan.

DAFTAR RUJUKAN:
http://www.tribunnews.com/regional/2013/05/03/arkeolog-temukan-fragmen-gerabah-di-situs-keraton-pleret-yogyakarta
http://arkeologi.fib.ugm.ac.id/main/2013/04/ekskavasi-jagang-kraton/
http://mariarkeologi.org/index.php/abstrak-penelitian/arkeologi-islam/113-islam-yogyakarta-keraton-kasultanan-belanda-bangsal-fungsi
http://nationalgeographic.co.id/berita/2011/05/peninggalan-benteng-keraton-pleret-ditemukan
http://www.arkeologijawa.com/index.php?action=news.detail&id_news=39&judul=MENGGALI%20RERUNTUHAN%20MASJID%20PENINGGALAN%20SUNAN%20AMANGKURAT
http://blogs.unpad.ac.id/boenga/2011/09/05/keraton-yogyakarta-ngayogyakarta/
http://blogs.unpad.ac.id/boenga/category/indonesia-tercinta/page/20/









Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH MASUKNYA AGAMA KONGHUCU DI INDONESIA

Kamu yang Kusayang

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BERBASIS NILAI