NEGARA LESOTHO DI AFRIKA SELATAN (1868-2012)


NEGARA LESOTHO DI AFRIKA SELATAN (1868-2012)

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Sejarah Afrika
yang dibina oleh Bapak Najib Jauhari, S.Pd., M.Hum

Disusun Oleh :
Yuliarti Kurnia Pramai Selli   (140731606196)


Description: D:\UNIVERSITAS NEGERI MALANG FIS\unduhan.jpg



UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
PRODI S1 PENDIDIKAN SEJARAH
Oktober 2016


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis dapat menyelesaikan tugas matakuliah Studi Masyarakat Indonesia dengan makalah yang berjudul “Negara Lesotho di Afrika Selatan (1868-2012)”.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada para pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Kepada Bapak Najib Jauhari, S.Pd., M.Hum selaku pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada penulis dalam penyelesaian tugas makalah ini. Tidak lupa kepada teman-teman yang telah memberikan informasi dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah yang dibuat masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat berguna bagi penulis untuk penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat dan menambah pengetahuan tentang Sejarah Afrika.

Malang, Oktober 2016


Penulis


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................  i
DAFTAR ISI .......................................................................................................  ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ...............................................................................................  1
B.     Rumusan Masalah ..........................................................................................  2
C.     Tujuan Penulisan ............................................................................................  2
BAB II PEMBAHASAN
A.      Potensi Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) di Lesotho       3
B.       Proses Kemerdekaan di Negara Lesotho ......................................................  6
C.       Hubungan Bilateral antara Indonesia dengan Lesotho .................................  7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................... . 9
B. Saran .............................................................................................................. . 10
DAFTAR RUJUKAN ...................................................................................... . 11
LAMPIRAN .....................................................................................................   12

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Afrika Selatan adalah salah satu bagian benua Afrika yang cukup memiliki sumber daya alam banyak dimana salah satunya dalam hal pertambangan seperti emas, berlian, platinum, dan intan. Dengan adanya sumber daya alam yang melimpah tersebut, maka tidak heran banyak para penjajah yang mulai masuk dan melakukan kolonialisme dan imperialisme di Afrika selatan ini. Dampak dari adanya penambangan ini adalah pasti dirasakan oleh masyarakat setempat wilayah tersebut terutama bangsa Boer (suku asli Afrika) dimana masyarakat Boer merasa tertekan dan tidak bebas dengan aturan yang ada. Masyarakat Boer juga merasa wilayahnya bukan seperti wilayahnya sendiri. Sehingga seperti yang dijelaskan tadi, tidak bebas dengan wilayahnya sendiri. Masyarakat setempat juga dimanfaatkan tenaganya dalam penambangan tersebut atau bisa dibilang sebagai buruh.
Pada makalah ini, penulis lebih memfokuskan pada salah satu negara di Afrika Selatan, yaitu negara Lesotho. Negara ini bisa dibilang adalah negara di dalam negara. Walaupun negaranya kecil, tetapi sumber daya alamnya cukup banyak dan melimpah. Sistem pencaharian juga cukup maju. Tetapi, hal tersebut berbanding terbalik dengan kondisi masyarakatnya dimana sumber daya manusia masih kurang. Hal ini terbukti dengan sistem perekonomian yang masih rendah, masih banyak pengangguran, dan adanya penyakit HIV/AIDS. Dari sumber daya alam yang cukup banyak dan melimpah tersebut memunculkan bangsa-bangsa barat melakukan kolonialisme di negara ini. Seiring dengan perkembangan zaman yang dilatarbelakangi oleh kemerdekaan negara Lesotho, negara ini mulai melakukan hubungan bilateral yang terbukti dengan adanya hubungan bilateral antara Indonesia dengan Lesotho dalam hal diplomatik atau politik. Dalam makalah ini, penulis akan membahas tentang bagaimana potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusia di negara Lesotho, proses kemerdekaan di negara Lesotho, dan hubungan bilateral antara Indonesia dengan negara Lesotho.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana potensi Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) di Lesotho ?
2.      Bagaimana proses kemerdekaan di negara Lesotho ?
3.      Bagaimana hubungan bilateral antara Indonesia dengan Lesotho ?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui dan memahami potensi Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) di Lesotho.
2.      Untuk mengetahui dan memahami proses kemerdekaan di negara Lesotho.
3.      Untuk mengetahui dan memahami hubungan bilateral antara Indonesia dengan Lesotho.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Potensi Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM) di Lesotho
Lesotho adalah salah satu negara di Afrika Selatan yang beribukota di Maseru dengan bentuk pemerintahan kerajaan dengan kepala negara bernama Raja Letsie III (sejak Februari 1996) dan kepala pemerintahan PM Thomas Motsoahae Thabane (sejak Juni 2012). Merdeka dari jajahan Inggris pada tanggal 4 Oktober. Lesotho mempunyai luas wilayah sekitar 30.355 km2 dengan iklim sedang. Jumlah penduduk sekitar 1.942.008 (data Juli 2014) dan satu-satunya negara yang sepenuhnya berada di ketinggian 1400 mdpl dengan bahasa nasional Inggris dan Sesotho (bahasa resmi). Negara ini merupakan negara berkembang. Agama yang dominan di negara ini adalah Kristen dengan persentasi 80% dan lainnya 20% (Kemlu (Kedubes RI), (Online)).
Salah satu agama negara ini adalah muslim dengan jumlah 1000 orang atau sekitar 10% dari populasi penduduk Lesotho. Dalam bidang demokrasi, HAM, dan buruh Departemen Luar Negeri AS dalam laporan kebebasan beragama internasional pada tahun 2005 menjelaskan bahwa tidak ada agama resmi negara di Lesotho dimana pemerintah membebaskan warganya menganut agama sesuai dengan keyakinan masing-masing. Kebijakan dan jaminan tersebut membuat muslim di Lesotho bebas dalam menjalankan kegiatan beragamanya tetapi kita ketahui bahwa mayoritas penduduknya beragama Kristen setelah adanya misionaris dari Prancis tiba ke negara ini. Dalam hal ini, pemerintah mewajibkan setiap organisasi keagamaan untuk terdaftar tetapi juga tidak ada hukuman ataupun sanksi jika tidak mendaftarkan organisasi agama tersebut. Organisasi muslim Lesotho sendiri bernama “Lesotho Muslim Association”. Pemeluk agama Katolik tersebar di semua wilayah dan komunitas agama Islam (Muslim) lebih banyak ditemui di distrik (desa) Butha-Buthe, Leribe, dan Berea yang berada di utara Lesotho dengan jumlah warga sekitar 1.000 jiwa. Jumlah tersebut bersifat fluktuatif karena ada pula muslim Lesotho yang beremigrasi ke Afrika Selatan karena biaya hidup lebih murah dan keamanan terjamin.
Komunitas muslim Lesotho mempunyai tujuh masjid kecil atau bisa dibilang sebagai Mushola yang pembangunan masjid tersebut dibantu oleh Kedutaan Libya dimana nanti akan dibangun masjid yang lebih besar dengan multifungsi antara lain bisa dipakai sebagai pusat pelatihan dan madrasah. Tetapi, pada akhirnya mereka mengaku kesulitan dalam mewujudkannya karena kendala birokrasi di Lesotho. Pada bulan Oktober 2009, Komunitas Muslim Lesotho berencana membangun sebuah masjid, aula komunitas, madrasah, dan rumah imam masjid sebuah kompleks pusat perbelanjaan di Maseru dan pemerintah Lesotho sudah memberi hibah tanah seluas 30.000 meter2. Komunikasi antar muslim Lesotho cukup kuat dimana dilandasi jumlah mereka yang masih sedikit walaupun jumlahnya terus meningkat. Di Maseru, ibukota Lesotho mayoritas muslim merupakan pendatang dari India dan Pakistan yang bekerja sebagai pedagang. Beberapa tempat kegiatan komunitas muslim di Lesotho antara lain Moosa Group of Companies, Maseru Islamic Institute, Lesotho Islamic Center, Madina Masjid, dan Maputsoe Anwary Junior School, dan Lesotho Muslim Congregation. Muslim di Lesotho semua adalah muslim Suni dimana mereka tidak menerapkan sistem syariah dan berupaya menekan segala kegiatan yang dianggap mencurigakan dan ekstrim (Pratiwi, Fuji. 2014, (Online)).
Mata uang menggunakan Lesotho Maloti (LSL). Produk industri di negara ini adalah makanan, minuman, tekstil, kerajinan, konstruksi, dan pariwisata. Produk pertanian di negara ini adalah jagung, gandum, kacang-kacangan, sorgum, barley, ternak, tekstil, wool, makanan (Kemlu (Kedubes RI), (Online)). FAO dan Kementerian Pertanian dan Ketahanan Pangan (Ministry of Agriculture and Food Security-MAFS) mendesain sebuah program bersiklus tiga tahun dalam membantu 18.500 rumah tangga dengan memberikan masukan mengenai cara bertani dan penerapan teknologi pertanian untuk membantu masyarakat beradaptasi dengan perubahan iklim, membangun ketahanan mereka agar dapat bertahan terhadap perubahan-perubahan di masa mendatang. Program ini mendorong pertanian konservasi dan menumbuhkan minat berkebun di rumah serta nutrisi di seluruh distrik (desa) di Lesotho. Semua hal di atas tidak lepas dari adanya respon terhadap kerawanan pangan di Lesotho pada tahun 2012. Permasalahan besar yang dihadapi negara Lesotho adalah terjadinya erosi tanah yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas panen. Dengan adanya pertanian konservasi ini, petani diharapkan tidak hanya memastikan hasil panen yang lebih baik tetapi juga harus berkontribusi terhadap perbaikan kualitas tanah dan kelestariannya (FAO, 2015: 3, (Online)). Perekonomian Lesotho didasarkan pada sektor pertanian, peternakan, manufaktur dan pertambangan. Hal tersebut sangat bergantung pada arus masuk dari pengiriman uang pekerja dan penerimaan dari Bea Cukai Uni Afrika Selatan (SACU). Mayoritas rumah tangga hidup dengan bertani dimana pekerja perempuan biasanya bekerja di sektor pakaian jadi dan tenaga kerja laki-laki menjadi migran penambang di Afrika Selatan selama 3 sampai 9 bulan, serta bekerja di pemerintah Lesotho (Terasmamuju. 2016, (Online)).
Komoditi ekspor negara ini adalah makanan, bahan bangunan, kendaraan bermotor, mesin, obat-obatan, dan produk minyak. Sedangkan untuk komoditi impor adalah air, lahan pertanian, intan, pasir, lempung, batu, dan bangunan. Pertahanan dan keamanan di negara ini adalah Lesotho Defense Force (LDF) : Army (termasuk Air Wing) (2012) dan pembukaan hubungan diplomatik sendiri dibuka pada tanggal 4 November 1993. Wilayah rangkapan atau observasi berada di KBRI Pretoria, Afrika Selatan (Kemlu (Kedubes RI), (Online)). Lesotho merupakan negara di Afrika yang memiliki perekonomian buruk dimana disebut juga sebagai negara enklave (negara di dalam negara) dalam artian wilayah negara ini dikelilingi oleh wilayah negara lain. Sekitar 40% penduduk Lesotho hidup di bawah garis kemiskinan dengan PDB $836 selama tahun 2010. Kita ketahui bahwa SDA di wilayah ini cukup kaya dimana terdapat berlian, air, dan mengekspor wol. Tetapi, kendalanya adalah SDM-nya masih rendah dimana Human Development Index (HDI) termasuk rendah, yaitu 0, 427 (Apttx. 2014, (Online)). Masalah paling berat dihadapi negara ini adalah adanya penyebaran penyakit HIV/AIDS yang sangat menakutkan dimana di daerah kota-kota Lesotho, lebih dari 50% wanita berumur di bawah 40 tahun terjangkit HIV tetapi dalam permasalahan ini terdapat peningkatan harapan hidup di negara ini dimana pada tahun 2006 harapan hidup negara ini adalah 42 tahun dan sekarang meningkat menjadi 46 tahun. Selain itu juga, masalah yang berat dihadapi adalah masalah pengangguran (Dunia, Populer. 2016, (Online)).

B.     Proses Kemerdekaan di Negara Lesotho
Kita ketahui bahwa Afrika mempunyai banyak SDA yang mempunyai potensi ekonomi tinggi salah satunya adalah pertambangan baik emas, berlian, maupun platinum. Sehingga, tidak heran jika benua ini dijajah oleh dua kubu sekaligus, yaitu Prancis dan Inggris sehingga terjadi kolonialisme dan imperialisme. Dengan SDM yang rendah di wilayah ini, menurut penulis sampai saat ini masih terasa penjajahan yang dialami oleh masyarakat benua Afrika baik secara diskriminasi maupun ekonomi dan lain-lain. Untuk negara Lesotho sendiri dijajah oleh Inggris dimana Lesotho sendiri mempunyai SDA yang cukup menggiurkan dan melimpah, yaitu adanya berlian dan negara ini juga bisa dibilang pada masa penjajahan Inggris sebagai salah satu boneka dan tameng dari adanya imperialisme Inggris.
Pada saat peperangan terjadi di Afrika bagian selatan, sebagian penduduk mengungsi ke pegunungan yang kemudian bersatu dan menjadi sebuah bangsa yang disebut Basotho. Lesotho dikenal dengan nama Basutholand oleh raja Basutho, raja Moshoeshoe I meminta protektorat Inggris tahun 1868 terhadap ekspansi dari Boer dan Inggris memenuhi permintaan tersebut yang kemudian wilayah ini kemudian disatukan ke dalam koloni Cape (sekarang menjadi bagian Afrika Selatan) oleh Inggris pada tahun 1871 dan terpisah kembali pada tahun 1884. Kemudian, pemerintah Inggris membentuk Wilayah Komisi Tiga (High Commision Territory) yang salah satunya negara Lesotho di Afrika Selatan. Tetapi, para pemimpin Lesotho menolak penyatuan tersebut. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh kebijakan Apartheid di Uni Afrika Selatan sehingga membuat Lesotho tetap menjadi protektorat Inggris. Adanya politik di negara ini ditandai dengan adanya Partai Kongres Basutholand (BCP/Basutholand Congress Party) oleh Dr. Ntsu Mokhehle dan tanggal 29 April 1965 pemilu pertama diadakan.
Negara ini merdeka penuh pada tanggal 4 Oktober 1966 yang dipimpin oleh Raja Moshoeshoe II sebagai Kepala Negara yang pertama dan Perdana Menteri terpilih Chief Leabua Jonathan. Dalam sistem pemerintahan ini, PM berkuasa penuh atas pemerintahan sedangkan raja hanya sebagai simbol kekuasaan. Pada tanggal 15 Januari 1986, Perdana Menteri Chief Leabua Jonathan digulingkan oleh Dewan Militer pimpinan Mayor Jenderal Justin Metsing Lekhanya yang kemudian mengembalikan kekuasaan Eksekutif dan Legislatif kepada Raja Moshoeshoe II. Sebaliknya, pada bulan Februari 1990 kekuasaan Raja diambil alih kembali oleh Dewan Militer dan akhirnya pada bulan April 1990 Mayjen Lekhanya mengumumkan konstitusi baru akan dibentuk bulan Oktober 1990 dengan memilih Dewan Menteri dan meniadakan Dewan Nasional.
Pemilu multipartai dilaksanakan pada bulan Maret 1993 dari Partai BCP/Basutholand Congress Party yang mengalahkan partai Basutholand Congress Party (BNP) ((Kemlu, (Online)). Proses kemerdekaan negara ini dimulai pada pertengahan 1950-an dan pada tahun 1965 pemilu legislatif pertama dilaksanakan. Lesotho resmi mendapatkan kemerdekaan pada tahun 1966 yang kemudian disusul dengan adanya pemilihan umum tahun 1970. Bertahun-tahun hubungan antara Lesotho dengan Afrika Selatan tidak pernah harmonis akibat dari adanya Kongres Nasional Afrika yang merugikan Lesotho (Amazine.co, (Online)). Pada awal tahun 1999, pemerintah Lesotho menerapkan hukum dan ketertiban melalui pengaturan kembali angkatan besenjata serta kepolisisan (LDF/ Lesotho Defence Force) (Kemlu, (Online)).

C.    Hubungan Bilateral antara Indonesia dengan Lesotho
Adanya hubungan bilateral antara Indonesia dan Lesotho dimulai melalui hubungan diplomatik tepatnya di Bonn, Jerman pada tanggal 4 November 1993 dengan ditandatanganinya Komunike Bersama antara Duta Besar masing-masing negara. Hal tersebut dilaksanakan melalui penetapan perwakilan Indonesia di Pretoria, Afrika Selatan dan Lesotho menetapkan perwakilan negaranya di Beijing untuk merangkap Indonesia. Masing-masing negara sama-sama atau bekerja sama dalam upaya meningkatkan hubungan bilateral dimana saling memberikan dukungan pada keanggotaan di berbagai organisasi internasional seperti ECOSOC terbukti dengan Lesotho memberikan dukungan kepada calon Indonesia pada keanggotaan 4 komisi fungsional ECOSOC periode 2000-2002/2003. Hubungan antara kedua negara (Indonesia dan Lesotho) masih dibilang relatif kecil karena wilayahnya juga dibatasi Afrika Selatan walaupun hubungan tersebut perlu ditingkatkan kembali terutama dalam bidang kerja sama pengembangan pariwisata dan pengelolaan hutan dimana Indonesia telah menawarkan program Kerjasama Teknik Negara Berkembang kepada Lesotho baik dalam rangka Kerjasama Selatan maupun GNB. Pada tahun 1983/1984 Indonesia menawarkan pelatihan di bidang ketenagakerjaan yang diselenggarakan oleh Departemen Tenaga Kerja RI dan tahun 1997 Lesotho pernah mengajukan permintaan kepada pemerintah Indonesia (Departemen Perhubungan) untuk memberikan pelatihan kepada pilot Lesotho (Kemlu (Kedubes RI di Pretoria, Afrika Selatan), (Online)). Selain itu juga kedua negara tersebut juga mempunyai hubungan dalam hal perdagangan (perekonomian) terbukti pada tahun 2013 mencapai US$ 411.700 yang terdiri dari ekspor sebesar US$ 324.800 dan impor US$ 87.000 dimana tren total nilai perdagangan ini negatif 27,17% sepanjang periode 2009-2013. Sampai saat ini belum terdapat kerja sama dalam hal atau aspek sosial-budaya (Kemlu (Kedubes RI), (Online)).

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari penjelasan makalah di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa :
1.      Potensi Sumber Daya Alam (SDA) di negara Lesotho cukup banyak dan melimpah dimana salah satunya adalah mempunyai pertambangan emas, berlian, maupun platinum. Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi geografis yang strategis karena selain adanya pertambangan, kondisi geografis juga mempengaruhi sistem mata pencaharian masyarakat di wilayah tersebut, yaitu dengan bertani, beternak, kerajinan-kerajinan, dan lain-lain. Sedangkan, untuk SDM sendiri di wilayah ini kurang mendukung atau berbanding terbalik dengan kondisi SDA yang ada dimana masih terdapat permasalahan-permasalahan seperti masih banyaknya pengangguran dan adanya penyakit HIV/AIDS (masalah penyakit). Menurut analisa penulis, hal tersebut akibat adanya diskriminasi sosial atau dampak dari adanya Politik Apartheid.
2.      Bermula dari adanya peperangan yang terjadi di Afrika bagian selatan dan membuat sebagian penduduk mengungsi ke pegunungan yang kemudian bersatu dan menjadi sebuah bangsa yang disebut Basotho dengan pemimpin atau raja Basutho, yaitu raja Moshoeshoe I yang meminta protektorat Inggris tahun 1868 dan pada seiring berjalannya waktu akhirnya Lesotho resmi mendapatkan kemerdekaan pada tahun 1966.
3.      Hubungan bilateral antara Indonesia dan Lesotho dimulai melalui hubungan diplomatik tepatnya di Bonn, Jerman pada tanggal 4 November 1993 dengan ditandatanganinya Komunike Bersama antara Duta Besar masing-masing negara. Hal tersebut terbukti dalam hal upaya meningkatkan hubungan bilateral dimana saling memberikan dukungan pada keanggotaan di berbagai organisasi internasional dan dalam bidang kerja sama pengembangan pariwisata dan pengelolaan hutan.

B.     Saran
Semoga makalah ini berguna untuk kedepannya dan penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran agar nantinya dalam pembuatan makalah selanjutnya terjadi kemajuan yang berarti. Terima kasih.

DAFTAR RUJUKAN
Amazine.co. Lesotho : Fakta, Sejarah, & Informasi Lainnya, (Online), (http://www.amazine.co/24438/lesotho-fakta-sejarah-informasi-lainnya/), diakses tanggal 24 Oktober 2016.
Apttx. 2014. 10 Negara di Afrika yang Mengalami Perekonomian yang Buruk, (Online), (http://aptxx.blogspot.co.id/2012/01/10-negara-di-afrika-yang-mengalami.html), diakses tanggal 24 Oktober 2016.
Dunia, Populer. 2016. 10 Negara dengan Harapan Hidup Terendah di Dunia, (Online), (http://www.populerdidunia.com/2016/08/10-negara-dengan-harapan-hidup-terendah.html), diakses tanggal 24 Oktober 2016.
FAO. 2015. Tanah Sehat merupakan Landasan Produksi Pangan Sehat, (Online), (http://www.fao.org/3/b-i4405o.pdf), diakses tanggal 24 Oktober 2016.
Kemlu (Kedubes RI di Pretoria, Afrika Selatan). Kebijakan : Kerjasama Bilateral, (Online), (http://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/detail-kerjasama-bilateral.aspx?id=150), diakses tanggal 24 Oktober 2016.
Kemlu (Kedubes RI di Pretoria, Afrika Selatan). Profil Negara dan Kerjasama, (Online), (http://www.kemlu.go.id/id), diakses tanggal 24 Oktober 2016.
Kemlu. Sejarah Singkat Lesotho, (Online), (http://www.kemlu.go.id/pretoria/id/Pages/Lesotho.aspx), diakses tanggal 24 Oktober 2016.
Pratiwi, Fuji. 2014. Muslim Lesotho Mendamba Masjid Agung, (Online), (http://www.republika.co.id/berita/koran/islam-digest-koran/14/07/06/n8aj7r-muslim-lesotho-mendamba-masjid-agung), diakses tanggal 24 Oktober 2016.
Terasmamuju. 2016. Lesotho, Negara dengan Letak dan Wilayah yang Unik di Afrika, (Online), (http://www.terasmamuju.com/mancanegara/lesotho-negara-dengan-letak-dan-wilayah-yang-unik-di-afrika/), diakses tanggal 24 Oktober 2016.

LAMPIRAN

       
Bendera Lesotho                                                    Peta Negara Lesotho
                  
   Wajah Gadis Lesotho                                                           Afriski
                                                                    (Resort Ski satu-satunya di Lesotho)
 
Katse Dam (bendungan terbesar kedua di Afrika)                 Gereja Katedral di Maseru           

Sumber Gambar : Terasmamuju. 2016. Lesotho, Negara dengan Letak dan Wilayah yang Unik di Afrika, (Online), (http://www.terasmamuju.com/mancanegara/lesotho-negara-dengan-letak-dan-wilayah-yang-unik-di-afrika/), diakses tanggal 24 Oktober 2016.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH MASUKNYA AGAMA KONGHUCU DI INDONESIA

Kamu yang Kusayang

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BERBASIS NILAI