Revolusi Hijau pada Masa Orde Baru di Indonesia
Revolusi Hijau pada Masa
Orde Baru di Indonesia
Kita
ketahui bahwa Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto
yang menggantikan masa Orde Lama yang masa pemerintahannya dipimpin oleh
Presiden Soekarno. Pemberian kekuasaan tersebut didasarkan dengan
dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret 1966 oleh Presiden Soekarno. Setelah
itu, barulah Presiden Soeharto memimpin Indonesia dari tahun 1966-1998 yang
masa pemerintahannya bisa dibilang masa pembangunan dimana kita ketahui sendiri
bahwa pada masa Orde Lama mengalami krisis kekurangan pangan rakyat dan
berakibat pada kurangnya kebutuhan pangan di masyarakat Indonesia. Sehingga,
pada masa Orde Baru, Presiden berusaha untuk melakukan pembaharuan dalam
kebijaksanaan ekonomi, keuangan, dan pembangunan yang didasarkan pada Tap MPRS
No. XXIII/MPRS/1966 (Poesponegoro, D. M. & Notosusanto, N. 2010). Salah
satu cara Presiden Soeharto dalam memulihkan perekonomian di Indonesia adalah
dengan melakukan pembangunan dalam hal pertanian atau yang bisa kita kenal
dengan “Revolusi Hijau” pada masa Orde Baru (1970-1980-an). Pembangunan
tersebut diharapkan dapat menyejahterakan masyarakat dan menjadikan Indonesia
sebagai swasembada pangan.
Revolusi
Hijau aslinya sebutan yang tidak remi dan kata tersebut digunakan dalam
penggambaran perubahan fundamental pemakaian teknologi budidaya pertanian yang
dimulai pada tahun 1950-an di banyak negara berkembang, terutama di Asia salah
satunya Indonesia. Latar belakang munculnya Revolusi Hijau adalah karena
munculnya masalah kemiskinan yang disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang
pesat tidak sebanding dengan peningkatan produksi pangan. Sehingga, jalan
alternatifnya dengan cara melakukan kontrol jumlah kelahiran dan meningkatkan
usaha pencarian serta penelitian bibit unggul dalam bidang pertanian
(Wikipedia. 2015, (Online)). Jadi, menurut penulis, dapat dikatakan bahwa
Revolusi Hijau adalah program modernisasi (petani gaya lama yang dalam masa
panennya ditentukan sesuai cuaca dan alam, diganti menjadi petani gaya baru
yang dalam masa panennya ditentukan oleh bibit unggul dan bantuan dari IPTEK)
dalam bidang pertanian terutama dalam bibit unggul yang bertujuan untuk
meningkatkan hasil produksi pertanian melalui hasil penelitian dan eksperimen
bibit unggul. Sehingga, program Revolusi Hijau ini sangat cocok dengan keadaan
perekonomian yang dialami masa Orde Baru akibat dari dampak perekonomian Orde
Lama.
Alasan
yang mendasari adanya pembangunan pertanian pada masa Orde Baru adalah karena
sektor pertanian memainkan peran penting dalam proses perubahan struktural
perekonomian yang sedang berkembang bukan hanya sebagai sumber surplus
(tambahan/peningkatan) pendapatan untuk menunjang industrialisasi, tetapi juga
sebagai pnggerak pertumbuhan ekonomi yang menjamin perluasan lapangan kerja
maupun meningkatkan pemerataan pendapatan. Di samping itu juga, sektor
pertanian berperan penting untuk antara meningkatkan penerimaan devisa dan
sebagai sumber pertumbuhan pasar bagi produk industri dalam negeri. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa antara sektor pertanian dan industri saling berhubungan dalam
menentukan berlangsungnya transformasi struktual dalam pembangunan ekonomi
(Bandoro, Bantarto. 1995: 714).
Indonesia
memiliki konsep Revolusi Hijau yang dikenal dengan gerakan BIMAS (Bimbingan
Masyarakat), yaitu program nasional untuk meningkatkan produksi pangan,
khususnya swasembada beras. Hal tersebut didasarkan karena beras adalah
komoditas strategis baik ditinjau dari segi ekonomi, politik, dan sosial.
Revolusi hijau sendiri didasarkan pada empat pilar, yaitu :
a. Penyediaan
air melalui sistem irigasi.
b. Pemakaian
pupuk kimia.
c. Penerapan
pestisida sesuai dengan tingkat
serangan organisme pengganggu.
d. Penggunaan
varietas unggul sebagai bahan tanam
berkualitas (Wikipedia. 2015, (Online)).
Berikut
adalah upaya-upaya pemerintah dalam menggalakkan Revolusi Hijau, yaitu :
1.
Intensifikasi Pertanian
Intensifikasi Pertanian di Indonesia dikenal dengan
nama “Panca Usaha Tani” yang meliputi :
a.
Pemilihan Bibit Unggul.
b.
Pengolahan Tanah yang baik.
c.
Pemupukan.
d.
Irigasi.
e.
Pemberantasan Hama
2.
Ekstensifikasi Pertanian
Adalah
memperluas lahan tanah yang dapat ditanami dengan
pembukaan lahan-lahan baru, seperti mengubah lahan
tandus menjadi lahan yang dapat ditanami, membuka hutan, dan
lain-lain.
3.
Diversifikasi Pertanian
Adalah
usaha penganekaragaman jenis tanaman pada suatu lahan
pertanian melalui sistem tumpang sari. Usaha ini menguntungkan karena dapat
mencegah kegagalan panen pokok, memperluas sumber devisa, dan mencegah penurunan pendapatan para petani.
4.
Rehabilitasi Pertanian
Adalah usaha pemulihan produktivitas sumber daya pertanian
yang kritis ( membahayakan kondisi
lingkungan dan daerah rawan) dengan maksud untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat di daerah tersebut. Usaha pertanian tersebut akan menghasilkan bahan
makanan dan sekaligus sebagai stabilisator lingkungan (Adinugraha,
Widiyaka. 2013, (Online)).
Menurut penulis, dampak adanya Revolusi
Hijau di Indonesia adalah :
a.
Dampak Positif :
1.
Indonesia yang terkenal dengan pengimpor
beras terbesar, ternyata juga menjadi swasembada beras dan pengekspor besar ke
India.
2.
Menghasilkan kebutuhan pangan (beras) yang
meningkat dan hal tersebut didukung dan tercapainya Pelita I sampai Pelita IV.
3.
Menurunnya angka pengangguran.
4.
Menambah devisa negara.
5.
Berdampak langsung pada pendidikan baik
sarana maupun prasarana.
6.
Terpenuhinya kebutuhan pangan (beras) bagi
masyarakat Indonesia.
b.
Dampak Negatif :
1.
Munculnya kapitalis.
2.
Pemerintahan yang otoriter.
3.
Adanya diskriminasi antara pemilik lahan
sempit dengan pemilik lahan luas.
4.
Penyalahgunaan penggunaan bahan kimia dan
pestisida yang berlebihan menyebabkan pencemaran lingkungan.
5.
Terancamnya populasi laut.
6.
Terancamnya ekosistem alam dan rantai
makanan yang nantinya mengakibatkan punahnya makhluk hidup (hewan).
DAFTAR
RUJUKAN
Poesponegoro, D. M. &
Notosusanto, N. 2010. Sejarah Nasional
Indonesia Jilid 6. Jakarta: Balai Pustaka.
Wikipedia. 2015. Revolusi Hijau, (Online), (https://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi_Hijau),
diakses 18 November 2015.
Bandoro, Bantarto. 1995. Refleksi Setengah Abad Kemerdekaan Indonesia.
Jakarta: Centre for Strategic and International Studies, 1995.
Adinugraha, Widiyaka. 2013. Makalah Revolusi Hijau, (Online), (http://widiyaka.blogspot.co.id/2013/02/makalah-revolusi-hijau.html),
diakses 18 November 2015.
Komentar
Posting Komentar