PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN MANUSIA PADA MASA REMAJA DAN PENGAPLIKASIANNYA DALAM PENDIDIKAN
PERKEMBANGAN
KEPRIBADIAN MANUSIA PADA MASA REMAJA DAN PENGAPLIKASIANNYA DALAM PENDIDIKAN
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pengembangan Peserta Didik
yang dibina oleh Ibu Dra. Ella Faridati
Zen, M.Pd
Oleh :
Yuliarti Kurnia Pramai Selli
(140731606196)

UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
JURUSAN
SEJARAH
PRODI
S1 PENDIDIKAN SEJARAH
April
2015
KATA
PENGANTAR
Dengan
memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis dapat menyelesaikan
tugas matakuliah Sejarah Indonesia Madya dengan makalah yang berjudul “Perkembangan
Kepribadian Manusia pada Masa Remaja dan Pengaplikasiannya dalam Pendidikan”.
Penulis
mengucapkan terimakasih kepada para pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini. Kepada Ibu Dra. Ella Faridati Zen, M.Pd selaku
pembimbing, yang senantiasa memberikan pengarahan kepada penulis dalam
penyelesaian tugas makalah ini. Tidak lupa kepada teman-teman yang telah
memberikan informasi dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah yang
dibuat masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat berguna bagi
penulis untuk penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna untuk
menambah pengetahuan tentang perkembangan peserta didik khususnya pada
perkembangan kepribadian masa remaja.
Malang,
April 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan
Masalah .......................................................................................... 1
1.3 Tujuan
Penulisan ............................................................................................ 1
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Arti
Perkembangan Kepribadian .................................................................... 2
2.2 Karakteristik Perkembangan Pribadi
pada Masa Remaja...............................
4
2.3 Implikasi Perkembangan Kepribadian Remaja dalam
Pendidikan................. 10
BAB
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 12
3.2 Saran .............................................................................................................. 12
DAFTAR RUJUKAN ........................................................................................ 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Remaja
berasal dari bahasa latin adolescence
yang artinya adalah “tumbuh untuk mencapai kematangan” yang secara arti luas
mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1991). Dalam
hal ini masa remaja sering diartikan sebagai masa mencari jati diri karena masa
remaja merupakan peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan kehidupan
dewasa. Masa remaja berada pada masa yang sangat potensial yang nantinya
memunculkan karakteristik perkembangan remaja yang berhubungan dengan
perkembangan fisik, perkembangan kecerdasan emosional, perkembangan sosial,
perkembangan bahasa, perkembangan moral-spiritual, dan perkembangan kepribadian
(Triyono, dkk. 2012).
Dalam
makalah ini, penulis lebih menekankan pada aspek perkembangan kepribadian
remaja karena perkembangan kepribadian remaja sendiri merupakan hasil dari semua
proses karakteristik perkembangan remaja (aspek perkembangan fisik hingga aspek
perkembangan moral dan spiritual) yang nantinya sangat berpengaruh dalam proses
kedewasaan remaja tersebut.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perkembangan
kepribadian ?
2. Bagaimana karakteristik perkembangan
pribadi pada masa remaja ?
3. Bagaimana implikasi perkembangan
kepribadian remaja di dalam pendidikan ?
1.3
Tujuan Penulisan
1. Dapat mengerti dan memahami arti
perkembangan kepribadian.
2. Dapat mengerti dan memahami perkembangan
pribadi pada masa remaja.
3. Dapat menganalisa implikasi
perkembangan kepribadian remaja dalam pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Kepribadian
Menurut kamus besar bahasa
Indonesia, perkembangan dapat diartikan sebagai suatu perubahan menjadi
bertambah sempurna dalam hal pikiran atau akal, pengetahuan, dan lain
sebagainya. Sedangkan kepribadian merupakan keadaan manusia sebagai
perseorangan atau keseluruhan sifat-sifat yang merupakan watak-watak seseorang.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa perkembangan kepribadian adalah suatu proses
perubahan keseluruhan pola (bentuk) tingkah laku, sifat-sifat, kebiasaan,
kecakapan bentuk tubuh, serta unsur-unsur psiko-fisik lainnya yang selalu
tampak pada diri seseorang yang merupakan bagian yang khas (ciri) dari
seseorang (Megantra, Alantap, R. 2013, (Online)).
Aspek-aspek kepribadian yang
mempengaruhi penyesuaian diri terhadap lingkungan, yaitu :
a. Karakter, yaitu konsekuen tidaknya
dalam mematuhi etika dalam berperilaku dan kuat tidaknya dalam pendirian atau
pendapatnya.
b. Temperamen, yaitu disposisi reaktif
seseorang (cepat lambatnya respon terhadap rangsangan-rangsangan yang datang
dari lingkungan).
c. Sikap, yaitu respon terhadap objek
yang bersifat positif, negatif, atau ambivalen (ragu-ragu).
d. Stabilitas emosional, yaitu kadar
kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan, seperti mudah
tidaknya tersinggung, marah, sedih atau putus asa.
e. Responsibilitas (tanggung jawab),
yaitu kesiapan diri untuk menerima resiko dari tindakan atau perbuatan yang
kita lakukan.
f.
Sosialbilitas, yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan
hubungan interpersonal (tampak pada sifat pribadi yang tertutup atau terbuka,
dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain).
Kunci kepribadian sendiri adalah
kita bisa menyesuaikan diri dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dalam
diri, tegangan emosional, frustasi, dan konflik, dan keharmonisan antara
pemenuhan kebutuhan dengan tuntutan lingkaran kehidupan (Eko, Prio. 2014, (Online)).
Unsur-Unsur Kepribadian yang mempengaruhi kepribadian
seseorang, yaitu :
1. Aspek Kognitif (Pengetahuan).
Adalah pemikiran, ingatan, khayalan
(membayangkan), inisiatif, kreativitas, pengamatan, dan penginderaan yang
berfungsi sebagai penunjuk jalan dalam mengarahkan dan mengendalikan tingkah
laku.
2. Aspek Afektif (Perasaan).
Adalah kejiwaan yang berhubungan
dengan perasaan atau emosi. Dan aspek ini sangat berhubungan dengan aspek
psiko-motorik/konatif (niat untuk bertindak) dimana adanya hasrat, kehendak,
kemauan, keinginan, kebutuhan, dorongan, dan elemen motivasi laiinnya sehingga
hal ini bisa dibilang sebagai aspek finalis karena berfungsi sebagai energi
atau tenaga mental yang menyebabkan manusia bertingkah laku.
3. Aspek Motorik (Dorongan Naluri).
Adalah melakukan tingkah laku
manusia seperti perbuatan dan gerakan jasmani lainnya. Hal tersebut untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia baik rohani maupun jasmani, seperti untuk
mempertahankan hidup, kebutuhan seksual, mencari makan, melakukan interaksi
sosial, berbakti, meniru tingkah laku orang lain (bentuki, warna, suara, dan
gerak).
Perkembangan kepribadian pada masa
remaja (adolescence) ditandai dengan
adanya kecenderungan identitas diri sebagai persiapan ke arah kedewasaan yang
didukung dengan kemampuan dan kecakapan yang dimilikinya agar memperlihatkan
identitas diri dan ciri khas yang dimilikinya. Remaja seringkali berlebihan
dalam memperlihatkan identitas diri sehingga bisa dibilang sebagai penyimpangan
atau kenakalan remaja (Nadhirin. 2008, (Online)).
2.2 Karakteristik Perkembangan Pribadi pada Masa Remaja
Perkembangan
kepribadian dapat kita ketahui melalui perubahan fisik, cara berpikir,
kemampuan bahasa, dan menilai dirinya serta lingkungan dan sebagainya. Pada
awal masa remaja, baik anak laki-laki maupun perempuan sudah menyadari
sifat-sifat baik maupun buruk dan mereka menilai sifat-sifat ini sesuai dengan
sifat teman-teman mereka.
Banyak
remaja menggunakan standar kelompok sebagai dasar konsep mereka mengenai
kepribadian “ideal” terhadap bagaimana mereka menilai kepribadian mereka
sendiri dan hal tersebut merupakan tugas tersulit. Pertama, pola kepribadian
sudah dibentuk selama masa kanak-kanak sudah mulai stabil dan cenderung menetap
sepanjang hidupnya dengan hanya sedikit perbaikan. Kedua, banyak di antara
kondisi-kondisi yang membentuk pola kepribadian di luar pengendalian para
remaja karena kondisi-kondisi tersebut merupakan hasil dari lingkungan di mana
remaja hidup dan akan terus mempengaruhi konsep diri, yaitu inti dari pola
kepribadian (sepanjang lingkungan tetap stabil).
Jika
di pihak lain remaja mengubah lingkungan mereka sebagaimana terjadi ketika
pindah ke tempat lain untuk sekolah atau bekerja, maka perubahan lingkungan
dapat menyebabkan perubahan kepribadian. Walaupun lingkungan tidak berubah,
beberapa kondisi yang mempengaruhi konsep diri yang buruk dengan sendirinya
akan berubah bila nilai-nilai kelompok berubah. Banyak kondisi dalam kehidupan
remaja yang turut membentuk pola kepribadian melalui pengaruhnya pada konsep
diri.
Beriku
adalah kondisi-kondisi yang mempengaruhi konsep diri pada masa remaja, yaitu :
1. Usia
Kematangan.
Dalam
hal ini, remaja yang matang lebih awal dan diperlakukan seperti orang yang
hampir dewasa dengan mengembangkan konsep
diri yang menyenangkan sehingga dapat menyesuaikan diri dengan baik dan
sebaliknya (cenderung berperilaku kurang dapat menyesuaikan diri / adaptasi).
2. Penampilan
Diri.
Dalam
hal ini, penampilan diri yang berbeda membuat remaja merasa rendah diri meskipun
perbedaan yang ada menambah daya tarik fisik dan daya tarik fisik tersebut
menimbulkan penilaian yang menyenangkan tentang ciri kepribadian dan menambah
dukungan sosial.
3. Kepatutan
Seks
Dalam
hal ini, kepatutan seks terdapat pada penampilan diri, minat, dan perilaku
membantu remaja mencapai konsep ciri yang baik dan sebaliknya ketidakpatutan
seks membuat remaja sadar diri dan hal ini memberi akibat buruk pada
perilakunya.
4. Nama
dan Julukan.
Remaja
peka dan merasa malu bila teman-teman sekelompok menilai namanya buruk atau
bila mereka memberi nama julukan yang bernada cemoohan.
5. Hubungan
Keluarga.
Seorang
remaja yang mempunyai hubungan erat dengan seorang anggota keluarga akan
mengidentifikasikan diri dengan orang ini dan ingin mengembangkan pola
kepribadian yang sama. Bila tokoh ini sesama jenis, remaja akan tertolong untuk
mengembangkan konsep diri yang layak untuk jenis seksnya.
6. Teman-teman
Sebaya.
Teman-teman
sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam dua cara. Pertama, konsep
diri remaja merupakan cerminan dari anggapan tentang konsep teman-teman tentang
dirinya dan kedua, ia berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri
kepribadian yang diakui oleh kelompok.
7. Kreativitas.
Remaja
yang semasa kanak-kanak didorong agar kreatif dalam bermain dan dalam
tugas-tugas akademis, mengembangkan perasaan individualitas dan identitas yang
memberi pengaruh yang baik pada konsep dirinya. Sebaliknya, remaja yang sejak
wal masa kanak-kanak didorong untuk mengikuti pola yang sudah diakui akan
kurang mempunyai perasaan identitas dan individualitas.
8. Cita-cita.
Bila
remaja mempunyai cita-cita yang tidak realistik, maka ia akan mengalami
kegagalan. Hal ini akan menimbulkan perasaan tidak mampu dan reaksi-reaksi
bertahan di mana ia menyalahkan orang lain atas kegagalannya. Remaja yang
realistik tentang kemampuannya lebih banyak mengalami keberhasilan daripada
kegagalan. Ini akan menimbulkan kepercayaan diri dan kepuasan diri yang lebih
besar dalam memberikan konsep diri yang lebih baik.
Keberhasilan
remaja dalam usaha untuk memperbaiki kepribadiannya bergantung pada banyak
faktor. Pertama, ia harus menentukan ideal-ideal yang realistik dan dapat
mereka capai. Kedua, remaja harus membuat penilaian yang realistik mengenai
kekuatan dan kelemahannya. Ketiga, para remaja harus mempunyai konsep diri yang
stabil. Keempat, dan yang paling penting adalah remaja harus merasa cukup puas
dengan apa yang mereka capai dan bersedia memperbaiki prestasi-prestasi di
bidang-bidang yang mereka anggap kurang.
Hambatan-hambatan
umum untuk melaksanakan peralihan ke kematangan, yaitu :
a. Dasar
yang Buruk.
Remaja
yang tidak membentuk dasar yang baik selama masa kanak-kanak tidak akan dapat
menguasai tugas-tugas perkembangan masa remaja.
b. Terlambat
Matang.
Remaja
yang terlambat matang tidak mempunyai banyak waktu untuk menguasai tugas-tugas
perkembangan masa remaja dibandingkan dengan remaja yang matang lebih awal atau
anak yang matangnya normal. Banyak di antara remaja yang terlambat matang baru
menyelesaikan perubahan masa puber pada saat masa remaja hampir berakhir.
c. Terlampau
Lama Diperlakukan seperti Anak-anak.
Remaja
yang terlambat matang sering diperlakukan seperti anak-anak pada saat
teman-teman sebayanya diperlakukan sebagai orang yang hampir dewasa. Akibatnya,
remaja dapat mengembangkan perasaan kurang mampu untuk memikul hak,
keistimewaan, dan tanggung jawab sejalan dengan kedewasaannya.
d. Perubahan
Peran.
Remaja
yang bekerja setelah lulus dari SMA atau berhenti sekolah segera mengalami
perubahan peran yang drastis. Ia harus menjalankan peran dewasa lebih awal
dibandingkan dengan teman-teman sebaya yang melanjutkan pendidikan, dan kurang
mempunyai kesempatan untuk mencegah peralihan yang lambat ke masa dewasa.
e. Ketergantungan
yang Terlampau Lama.
Keadaan
ini seperti bila remaja melanjutkan pendidikan sampai awal masa dewasa,
merupakan rintangan dalam membuat peralihan ke masa dewasa. Anak perempuan
sebagai kelompok, cenderung dipaksa berada dalam keadaan ketergantungan yang
terlalu lama dibandingkan dengan anak laki-laki. Oleh karena itu, mereka
mengalami hambatan dalam melakukan peralihan ke masa dewasa.
Bahaya
psikologis pada masa remaja yang pokok di sekitar kegagalan menjalankan
peralihan psikologis ke arah kematangan yang merupakan tugas perkembangan masa
remaja yang penting. Kalau remaja ingin membuat penyesuaian pribadi dan
penyesuaian sosial yang baik, penting bagi mereka untuk menunjukkan tanda-tanda
peningkatan kematangan tiap-tiap tahun.
Dalam
bidang perilaku sosial, ketidakmatangan ditunjukkan pada perilaku yang lebih
memilih pola pengelompokkan yang kekanak-kanakan dan kegiatan sosial dengan
teman-teman sebaya sesama jenis dan dalam kurang adanya dukungan oleh
sekelompok sebaya, yang memperkecil kesempatan remaja untuk mempelajari pola
perilaku sosial yang lebih matang.
Dalam
perilaku sosial, ketidakmatangan sangat tampak dalam bidang perilaku seksual
dimana hal ini disebabkan karena penyesuaian dari sikap bermusuhan dengan lawan
jenis, yang merupakan ciri dari akhir masa kanak-kanak dan masa puber, menjadi
sikap menaruh minat dan mengembangkan kasih sayang kepada mereka, merupakan
penyesuaian yang radikal.
Dalam
bidang perilaku moral, ketidakmatangan lebih berbahaya untuk penyesuaian
pribadi dan penyesuaian sosial yang baik daripada moral. Penyesuaian sosial
juga dapat dirusak oleh pelanggaran peraturan dan hukum. Ketidakmatangan moral
juga jelas dalam kenakalan anak dari keluarga-keluarga kaya dibandingkan dengan
banyak remaja yang dibesarkan dalam lingkungan yang kurang baik yang
menimbulkan sikap-sikap anti-sosial, namun justru patuh pada
peraturan-peraturan.
Dalam
hal keluarga, ketidakmatangan dapat ditunjukkan seperti adanya pertengkaran
dengan anggota-anggota keluarga, merendahkan perilaku keluarga, sering terjadi
selama tahun-tahun awal masa remaja. Pada saat ini hubungan-hubungan keluarga
biasanya berada pada titik rendah. Hubungan keluarga yang buruk merupakan
bahaya psikologis pada setiap usia, terlebih selama masa remaja karena pada
saat ini anak laki-laki dan anak perempuan sangat tidak percaya pada diri
sendiri dan bergantung pada keluarga untuk memperoleh rasa aman. Remaja yang
hubungan keluarganya kurang baik juga dapat mengembangkan hubungan yang buruk dengan
orang-orang di luar rumah.
Remaja
yang mengetahui bahwa sikap dan perilakunya dianggap “tidak matang” oleh kelompok
sosial dan yang menyadari bahwa orang lain memandangnya tidak mampu menjalankan
peran dewasa yang baik, akan mengembangkan kompleks rendah diri. Meskipun
penolakan diri tidak diungkapkan secara terbuka, hal ini tampak jelas dalam
perilaku yang dapat dianggap sebagai tanda bahaya dari ketidakmampuan
menyesuaikan diri (merasa belum puas denga dirinya sendiri). Seorang yang
menolak diri segera menjadi tidak dapat menyesuaikan diri dan tidak bahagia.
Tanda
bahaya yang umum dari ketidakmampuan penyesuaian diri remaja adalah :
a. Tidak
bertanggung jawab, tampak pada perilaku dengan mengabaikan pelajaran agar
bersenang-senang dan mendapatkan dukungan sosial.
b. Sikap
yang sangat agresif dan sangat yakin pada diri sendiri.
c. Perasaan
tidak aman yang menyebabkan remaja patuh mengikuti standar-standar kelompok.
d. Merasa
ingin pulang bila berada jauh dari lingkungan yang dikenal.
e. Perasaan
menyerah.
f.
Terlalu banyak berkhayal
untuk mengimbangi ketidakpuasan yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari.
g. Mundur
ke tingkat perilaku yang sebelumnya agar disenangi dan diperhatikan.
h. Menggunakan
mekanisme pertahanan seperti rasionalisasi proyeksi, berkhayal, dan
memindahkan.
Karena
hanya sedikit orang dewasa yang memisahkan awal masa remaja dengan akhir masa
remaja, mereka cenderung mengingat seluruh masa remaja sebagai usia yang tidak
berbahagia. Remaja yang penyesuaian dirinya buruk dan terbiasa sejak masa
kanak-kanak, maka akan cenderung paling tidak berbahagia dan tetap tidak
berbahagia sepanjang tahun-tahun awal masa remaja. Bilamana remaja cukup
berhasil mengatasi masalah yang dihadapi dan kepercayaan pada kemampuannya
mengatasi masalah-masalah tanpa bantuan orang dewasa semakin meningkat, maka
periode tidak bahagia lambat laun berkurang.
Kebahagiaan
yang lebih besar merupakan ciri akhir masa remaja yang sebagian disebabkan
karena remaja lebih tua diberi status yang lebih banyak dalam usaha
mempertahankan tingkat perkembangannya dibandingkan ketika awal masa remaja.
Kalau remaja realistik tentang derajat penerimaan yang dapat mereka capai dan
merasa puas pada orang-orang yang menerima mereka dan menunjukkan kasih sayang
pada orang-orang tersebut agar kemungkinan merasa bahagia akan meningkat. Kalau
pengendalian yang diberikan oleh lingkungan sedemikian rupa sehingga
memperbolehkan remaja memuaskan kebutuhannya, ia akan bahagia sepanjang
kebutuhannya bersifat realistik dalam arti sesuai dengan kemampuannya untuk
memenuhinya (Hurlock, B., Elizabeth. 1980: 233-240).
Karakteristik
perkembangan kepribadian remaja adalah sebagai berikut :
a. Berusaha
untuk bersikap hati-hati dalam berperilaku dan memahami kemampuan dan kelemahan
dirinya masing-masing.
b. Meneliti
dan mengkaji makna, tujuan, dan keputusan tentang jenis manusia seperti apa
yang dia diinginkan.
c. Memperhatikan
etika masyarakat, keinginan orang tua, dan sikap teman-teman.
d. Mengembangkan
sifat-sifat pribadi yang diinginkan.
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa remaja sudah bisa dikatakan
memiliki kepribadian apabila ia sudah memiliki pemahaman tentang
tugas dirinya untuk dirinya sendiri, sosial masyarakat, keluarga dan
lingkungan alam (Hayun, Sari. 2013, (Online)).
2.3 Implikasi Perkembangan Kepribadian
Remaja dalam Pendidikan
Perkembangan kepribadian dan
pendidikan tidak dapat dipisahkan karena kedua hal ini saling terkait satu sama
lain dan bersifat ireverdibel. Dan kedua hal ini memiliki pengaruh timbal balik
yang seimbang. Dalam pelaksanaannya, perkembangan kepribadian dan pendidikan
terbagi menjadi dua macam, yang pertama adalah perkembangan kepribadian
mempengaruhi pendidikan dan yang kedua adalah pendidikan mempengaruhi
perkembangan kepribadian.
Maksud nomor pertama tadi adalah kepribadian akan mempengaruhi pencapaian
seseorang dalam pendidikan, yaitu bagaimana sikap orang tersebut dalam memahami
materi pelajaran dan juga sikapnya di dalam kelas. Kepribadian seseorang juga
dapat menunjukkan tingkat kecerdasan tersebut tergantung dari sikapnya dalam
memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru, baik atau buruk.
Maksud nomor kedua tadi adalah pendidikan memiliki peran penting dalam
perkembangan kepribadian individu dan dalam dunia pendidikan tidak hanya
dijabarkan bagaimana cara individu memahami suatu materi pelajaran, tetapi juga
pembentukan karakter. Untuk membentuk kepribadian yang baik dalam diri individu
maka pendidikan sangat dibutuhkan, dan
dalam hal ini pendidikan yang dimaksud bukan formal saja, tetapi juga informal,
maupun non-formal. Selain itu juga peran keluarga sangat penting bagi
perkembangan kepribadian remaja tersebut (Megantra, Alantap, R. 2013, (Online)).
Upaya-upaya yang dilakukan para pengajar dalam membentuk perkembangan
kepribadian pada masa remaja adalah sebagai berikut :
a.
Membantu siswa dalam
menemukan jati diri dan siap menghadapi kegagalan yang sedang dihadapinya.
b.
Emosi yang memuncak
adalah karakteristik dari remaja, sehingga para guru diharapkan dapat
membimbing remaja dalam pengendalian emosinya (negatif).
c.
Mengajarkan kepada siswa
bagaimana cara memahami orang lain dan bersikap toleransi.
Dari upaya-upaya tersebut, siswa khususnya para remaja akan sangat terbantu
dengan keberhasilan dalam proses belajar. Karena, kita ketahui sendiri bahwa
setiap remaja memiliki karakter kepribadian yang berbeda (Eko, Prio. 2014,
(Online)).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik
perkembangan kepribadian sangat berpengaruh dalam perubahan-perubahan di
sekitar lingkungan kita. Apalagi remaja yang harus mempersiapkan diri dan harus
tahu mana yang baik dan mana yang benar. Sehingga, nantinya menjadi remaja yang
mandiri dan menuju kedewasaan yang matang.
3.2 Saran
Untuk bisa memahami perkembangan
kepribadian pada masa remaja ini, perlu dibaca dan diharapkan bisa mengerti maksud
atau tujuan dari penulisan makalah tersebut. Oleh karena itu, pembaca setelah
membaca makalah ini diharapkan semakin tahu dan ingin lebih menggali secara
luas perkembangan kepribadian pada masa remaja.
DAFTAR
RUJUKAN
1.
Triyono, dkk. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan.
2.
Megantra,
Alantap, R. 2013. Perkembangan Kepribadian,
(Online), (http://reksaalantap.blogspot.com/2013/07/perkembangan-kepribadian.html), diakses 11 April 2015.
3.
Eko,
Prio. 2014. karakter
perkembangan kepribadian masa remaja serta implikasinya dalam pendidikan,
(Online), (http://prioeko1.blogspot.com/2014/06/karakter-perkembangan-kepribadian-masa.html), diakses 11 April 2015.
4.
Nadhirin.
2008. Kepribadian, (Online), (http://nadhirin.blogspot.com/2008/07/kepribadian_8205.html), diakses 11 April 2015.
5.
Hurlock, B., Elizabeth. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta:
Erlangga.
6.
Hayun, Sari. 2013. Perkembangan Masa Remaja, (Online), (http://kesehatan.kompasiana.com/seksologi/2013/06/04/perkembangan-masa-remaja-562294.html), diakses 11 April
2015.
Komentar
Posting Komentar