PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN MANUSIA PADA MASA REMAJA DAN PENGAPLIKASIANNYA DALAM PENDIDIKAN


PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN MANUSIA PADA MASA REMAJA DAN PENGAPLIKASIANNYA DALAM PENDIDIKAN

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pengembangan Peserta Didik
yang dibina oleh Ibu Dra. Ella Faridati Zen, M.Pd

Oleh :
Yuliarti Kurnia Pramai Selli
(140731606196)


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
PRODI S1 PENDIDIKAN SEJARAH
April 2015


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis dapat menyelesaikan tugas matakuliah Sejarah Indonesia Madya dengan makalah yang berjudul “Perkembangan Kepribadian Manusia pada Masa Remaja dan Pengaplikasiannya dalam Pendidikan”.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada para pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Kepada Ibu Dra. Ella Faridati Zen, M.Pd selaku pembimbing, yang senantiasa memberikan pengarahan kepada penulis dalam penyelesaian tugas makalah ini. Tidak lupa kepada teman-teman yang telah memberikan informasi dalam menyelesaikan tugas makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah yang dibuat masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat berguna bagi penulis untuk penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna untuk menambah pengetahuan tentang perkembangan peserta didik khususnya pada perkembangan kepribadian masa remaja.
Malang, April 2015

Penulis


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................  i
DAFTAR ISI .......................................................................................................  ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang ...............................................................................................  1
1.2  Rumusan Masalah ..........................................................................................  1
1.3  Tujuan Penulisan ............................................................................................  1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Arti Perkembangan Kepribadian ....................................................................  2
2.2 Karakteristik Perkembangan Pribadi pada Masa Remaja............................... 4
2.3 Implikasi Perkembangan Kepribadian Remaja dalam Pendidikan................. 10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 12
3.2 Saran .............................................................................................................. 12
DAFTAR RUJUKAN ........................................................................................ 13


BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Remaja berasal dari bahasa latin adolescence yang artinya adalah “tumbuh untuk mencapai kematangan” yang secara arti luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1991). Dalam hal ini masa remaja sering diartikan sebagai masa mencari jati diri karena masa remaja merupakan peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan kehidupan dewasa. Masa remaja berada pada masa yang sangat potensial yang nantinya memunculkan karakteristik perkembangan remaja yang berhubungan dengan perkembangan fisik, perkembangan kecerdasan emosional, perkembangan sosial, perkembangan bahasa, perkembangan moral-spiritual, dan perkembangan kepribadian (Triyono, dkk. 2012).
Dalam makalah ini, penulis lebih menekankan pada aspek perkembangan kepribadian remaja karena perkembangan kepribadian remaja sendiri merupakan hasil dari semua proses karakteristik perkembangan remaja (aspek perkembangan fisik hingga aspek perkembangan moral dan spiritual) yang nantinya sangat berpengaruh dalam proses kedewasaan remaja tersebut.
1.2    Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian ?
2.      Bagaimana karakteristik perkembangan pribadi pada masa remaja ?
3.      Bagaimana implikasi perkembangan kepribadian remaja di dalam pendidikan ?
1.3    Tujuan Penulisan
1.      Dapat mengerti dan memahami arti perkembangan kepribadian.
2.      Dapat mengerti dan memahami perkembangan pribadi pada masa remaja.
3.      Dapat menganalisa implikasi perkembangan kepribadian remaja dalam pendidikan.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Kepribadian
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, perkembangan dapat diartikan sebagai suatu perubahan menjadi bertambah sempurna dalam hal pikiran atau akal, pengetahuan, dan lain sebagainya. Sedangkan kepribadian merupakan keadaan manusia sebagai perseorangan atau keseluruhan sifat-sifat yang merupakan watak-watak seseorang. Jadi, dapat disimpulkan bahwa perkembangan kepribadian adalah suatu proses perubahan keseluruhan pola (bentuk) tingkah laku, sifat-sifat, kebiasaan, kecakapan bentuk tubuh, serta unsur-unsur psiko-fisik lainnya yang selalu tampak pada diri seseorang yang merupakan bagian yang khas (ciri) dari seseorang (Megantra, Alantap, R. 2013, (Online)).
Aspek-aspek kepribadian yang mempengaruhi penyesuaian diri terhadap lingkungan, yaitu :
a.       Karakter, yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika dalam berperilaku dan kuat tidaknya dalam pendirian atau pendapatnya.
b.      Temperamen, yaitu disposisi reaktif seseorang (cepat lambatnya respon terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan).
c.       Sikap, yaitu respon terhadap objek yang bersifat positif, negatif, atau ambivalen (ragu-ragu).
d.      Stabilitas emosional, yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan, seperti mudah tidaknya tersinggung, marah, sedih atau putus asa.
e.       Responsibilitas (tanggung jawab), yaitu kesiapan diri untuk menerima resiko dari tindakan atau perbuatan yang kita lakukan.
f.        Sosialbilitas, yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal (tampak pada sifat pribadi yang tertutup atau terbuka, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain).
Kunci kepribadian sendiri adalah kita bisa menyesuaikan diri dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dalam diri, tegangan emosional, frustasi, dan konflik, dan keharmonisan antara pemenuhan kebutuhan dengan tuntutan lingkaran kehidupan (Eko, Prio. 2014, (Online)).
Unsur-Unsur Kepribadian yang mempengaruhi kepribadian seseorang, yaitu :
1.      Aspek Kognitif (Pengetahuan).
Adalah pemikiran, ingatan, khayalan (membayangkan), inisiatif, kreativitas, pengamatan, dan penginderaan yang berfungsi sebagai penunjuk jalan dalam mengarahkan dan mengendalikan tingkah laku.
2.      Aspek Afektif (Perasaan).
Adalah kejiwaan yang berhubungan dengan perasaan atau emosi. Dan aspek ini sangat berhubungan dengan aspek psiko-motorik/konatif (niat untuk bertindak) dimana adanya hasrat, kehendak, kemauan, keinginan, kebutuhan, dorongan, dan elemen motivasi laiinnya sehingga hal ini bisa dibilang sebagai aspek finalis karena berfungsi sebagai energi atau tenaga mental yang menyebabkan manusia bertingkah laku.
3.      Aspek Motorik (Dorongan Naluri).
Adalah melakukan tingkah laku manusia seperti perbuatan dan gerakan jasmani lainnya. Hal tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia baik rohani maupun jasmani, seperti untuk mempertahankan hidup, kebutuhan seksual, mencari makan, melakukan interaksi sosial, berbakti, meniru tingkah laku orang lain (bentuki, warna, suara, dan gerak).
Perkembangan kepribadian pada masa remaja (adolescence) ditandai dengan adanya kecenderungan identitas diri sebagai persiapan ke arah kedewasaan yang didukung dengan kemampuan dan kecakapan yang dimilikinya agar memperlihatkan identitas diri dan ciri khas yang dimilikinya. Remaja seringkali berlebihan dalam memperlihatkan identitas diri sehingga bisa dibilang sebagai penyimpangan atau kenakalan remaja (Nadhirin. 2008, (Online)).

2.2 Karakteristik Perkembangan Pribadi pada Masa Remaja
Perkembangan kepribadian dapat kita ketahui melalui perubahan fisik, cara berpikir, kemampuan bahasa, dan menilai dirinya serta lingkungan dan sebagainya. Pada awal masa remaja, baik anak laki-laki maupun perempuan sudah menyadari sifat-sifat baik maupun buruk dan mereka menilai sifat-sifat ini sesuai dengan sifat teman-teman mereka.
Banyak remaja menggunakan standar kelompok sebagai dasar konsep mereka mengenai kepribadian “ideal” terhadap bagaimana mereka menilai kepribadian mereka sendiri dan hal tersebut merupakan tugas tersulit. Pertama, pola kepribadian sudah dibentuk selama masa kanak-kanak sudah mulai stabil dan cenderung menetap sepanjang hidupnya dengan hanya sedikit perbaikan. Kedua, banyak di antara kondisi-kondisi yang membentuk pola kepribadian di luar pengendalian para remaja karena kondisi-kondisi tersebut merupakan hasil dari lingkungan di mana remaja hidup dan akan terus mempengaruhi konsep diri, yaitu inti dari pola kepribadian (sepanjang lingkungan tetap stabil).
Jika di pihak lain remaja mengubah lingkungan mereka sebagaimana terjadi ketika pindah ke tempat lain untuk sekolah atau bekerja, maka perubahan lingkungan dapat menyebabkan perubahan kepribadian. Walaupun lingkungan tidak berubah, beberapa kondisi yang mempengaruhi konsep diri yang buruk dengan sendirinya akan berubah bila nilai-nilai kelompok berubah. Banyak kondisi dalam kehidupan remaja yang turut membentuk pola kepribadian melalui pengaruhnya pada konsep diri.
Beriku adalah kondisi-kondisi yang mempengaruhi konsep diri pada masa remaja, yaitu :
1.      Usia Kematangan.
Dalam hal ini, remaja yang matang lebih awal dan diperlakukan seperti orang yang hampir dewasa  dengan mengembangkan konsep diri yang menyenangkan sehingga dapat menyesuaikan diri dengan baik dan sebaliknya (cenderung berperilaku kurang dapat menyesuaikan diri / adaptasi).
2.      Penampilan Diri.
Dalam hal ini, penampilan diri yang berbeda membuat remaja merasa rendah diri meskipun perbedaan yang ada menambah daya tarik fisik dan daya tarik fisik tersebut menimbulkan penilaian yang menyenangkan tentang ciri kepribadian dan menambah dukungan sosial.
3.      Kepatutan Seks
Dalam hal ini, kepatutan seks terdapat pada penampilan diri, minat, dan perilaku membantu remaja mencapai konsep ciri yang baik dan sebaliknya ketidakpatutan seks membuat remaja sadar diri dan hal ini memberi akibat buruk pada perilakunya.
4.      Nama dan Julukan.
Remaja peka dan merasa malu bila teman-teman sekelompok menilai namanya buruk atau bila mereka memberi nama julukan yang bernada cemoohan.
5.      Hubungan Keluarga.
Seorang remaja yang mempunyai hubungan erat dengan seorang anggota keluarga akan mengidentifikasikan diri dengan orang ini dan ingin mengembangkan pola kepribadian yang sama. Bila tokoh ini sesama jenis, remaja akan tertolong untuk mengembangkan konsep diri yang layak untuk jenis seksnya.
6.      Teman-teman Sebaya.
Teman-teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam dua cara. Pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan dari anggapan tentang konsep teman-teman tentang dirinya dan kedua, ia berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri-ciri kepribadian yang diakui oleh kelompok.
7.      Kreativitas.
Remaja yang semasa kanak-kanak didorong agar kreatif dalam bermain dan dalam tugas-tugas akademis, mengembangkan perasaan individualitas dan identitas yang memberi pengaruh yang baik pada konsep dirinya. Sebaliknya, remaja yang sejak wal masa kanak-kanak didorong untuk mengikuti pola yang sudah diakui akan kurang mempunyai perasaan identitas dan individualitas.
8.      Cita-cita.
Bila remaja mempunyai cita-cita yang tidak realistik, maka ia akan mengalami kegagalan. Hal ini akan menimbulkan perasaan tidak mampu dan reaksi-reaksi bertahan di mana ia menyalahkan orang lain atas kegagalannya. Remaja yang realistik tentang kemampuannya lebih banyak mengalami keberhasilan daripada kegagalan. Ini akan menimbulkan kepercayaan diri dan kepuasan diri yang lebih besar dalam memberikan konsep diri yang lebih baik.
Keberhasilan remaja dalam usaha untuk memperbaiki kepribadiannya bergantung pada banyak faktor. Pertama, ia harus menentukan ideal-ideal yang realistik dan dapat mereka capai. Kedua, remaja harus membuat penilaian yang realistik mengenai kekuatan dan kelemahannya. Ketiga, para remaja harus mempunyai konsep diri yang stabil. Keempat, dan yang paling penting adalah remaja harus merasa cukup puas dengan apa yang mereka capai dan bersedia memperbaiki prestasi-prestasi di bidang-bidang yang mereka anggap kurang.
Hambatan-hambatan umum untuk melaksanakan peralihan ke kematangan, yaitu :
a.       Dasar yang Buruk.
Remaja yang tidak membentuk dasar yang baik selama masa kanak-kanak tidak akan dapat menguasai tugas-tugas perkembangan masa remaja.
b.      Terlambat Matang.
Remaja yang terlambat matang tidak mempunyai banyak waktu untuk menguasai tugas-tugas perkembangan masa remaja dibandingkan dengan remaja yang matang lebih awal atau anak yang matangnya normal. Banyak di antara remaja yang terlambat matang baru menyelesaikan perubahan masa puber pada saat masa remaja hampir berakhir.
c.       Terlampau Lama Diperlakukan seperti Anak-anak.
Remaja yang terlambat matang sering diperlakukan seperti anak-anak pada saat teman-teman sebayanya diperlakukan sebagai orang yang hampir dewasa. Akibatnya, remaja dapat mengembangkan perasaan kurang mampu untuk memikul hak, keistimewaan, dan tanggung jawab sejalan dengan kedewasaannya.
d.      Perubahan Peran.
Remaja yang bekerja setelah lulus dari SMA atau berhenti sekolah segera mengalami perubahan peran yang drastis. Ia harus menjalankan peran dewasa lebih awal dibandingkan dengan teman-teman sebaya yang melanjutkan pendidikan, dan kurang mempunyai kesempatan untuk mencegah peralihan yang lambat ke masa dewasa.
e.       Ketergantungan yang Terlampau Lama.
Keadaan ini seperti bila remaja melanjutkan pendidikan sampai awal masa dewasa, merupakan rintangan dalam membuat peralihan ke masa dewasa. Anak perempuan sebagai kelompok, cenderung dipaksa berada dalam keadaan ketergantungan yang terlalu lama dibandingkan dengan anak laki-laki. Oleh karena itu, mereka mengalami hambatan dalam melakukan peralihan ke masa dewasa.
Bahaya psikologis pada masa remaja yang pokok di sekitar kegagalan menjalankan peralihan psikologis ke arah kematangan yang merupakan tugas perkembangan masa remaja yang penting. Kalau remaja ingin membuat penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial yang baik, penting bagi mereka untuk menunjukkan tanda-tanda peningkatan kematangan tiap-tiap tahun.
Dalam bidang perilaku sosial, ketidakmatangan ditunjukkan pada perilaku yang lebih memilih pola pengelompokkan yang kekanak-kanakan dan kegiatan sosial dengan teman-teman sebaya sesama jenis dan dalam kurang adanya dukungan oleh sekelompok sebaya, yang memperkecil kesempatan remaja untuk mempelajari pola perilaku sosial yang lebih matang.
Dalam perilaku sosial, ketidakmatangan sangat tampak dalam bidang perilaku seksual dimana hal ini disebabkan karena penyesuaian dari sikap bermusuhan dengan lawan jenis, yang merupakan ciri dari akhir masa kanak-kanak dan masa puber, menjadi sikap menaruh minat dan mengembangkan kasih sayang kepada mereka, merupakan penyesuaian yang radikal.
Dalam bidang perilaku moral, ketidakmatangan lebih berbahaya untuk penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial yang baik daripada moral. Penyesuaian sosial juga dapat dirusak oleh pelanggaran peraturan dan hukum. Ketidakmatangan moral juga jelas dalam kenakalan anak dari keluarga-keluarga kaya dibandingkan dengan banyak remaja yang dibesarkan dalam lingkungan yang kurang baik yang menimbulkan sikap-sikap anti-sosial, namun justru patuh pada peraturan-peraturan.
Dalam hal keluarga, ketidakmatangan dapat ditunjukkan seperti adanya pertengkaran dengan anggota-anggota keluarga, merendahkan perilaku keluarga, sering terjadi selama tahun-tahun awal masa remaja. Pada saat ini hubungan-hubungan keluarga biasanya berada pada titik rendah. Hubungan keluarga yang buruk merupakan bahaya psikologis pada setiap usia, terlebih selama masa remaja karena pada saat ini anak laki-laki dan anak perempuan sangat tidak percaya pada diri sendiri dan bergantung pada keluarga untuk memperoleh rasa aman. Remaja yang hubungan keluarganya kurang baik juga dapat mengembangkan hubungan yang buruk dengan orang-orang di luar rumah.
Remaja yang mengetahui bahwa sikap dan perilakunya dianggap “tidak matang” oleh kelompok sosial dan yang menyadari bahwa orang lain memandangnya tidak mampu menjalankan peran dewasa yang baik, akan mengembangkan kompleks rendah diri. Meskipun penolakan diri tidak diungkapkan secara terbuka, hal ini tampak jelas dalam perilaku yang dapat dianggap sebagai tanda bahaya dari ketidakmampuan menyesuaikan diri (merasa belum puas denga dirinya sendiri). Seorang yang menolak diri segera menjadi tidak dapat menyesuaikan diri dan tidak bahagia.
Tanda bahaya yang umum dari ketidakmampuan penyesuaian diri remaja adalah :
a.       Tidak bertanggung jawab, tampak pada perilaku dengan mengabaikan pelajaran agar bersenang-senang dan mendapatkan dukungan sosial.
b.      Sikap yang sangat agresif dan sangat yakin pada diri sendiri.
c.       Perasaan tidak aman yang menyebabkan remaja patuh mengikuti standar-standar kelompok.
d.      Merasa ingin pulang bila berada jauh dari lingkungan yang dikenal.
e.       Perasaan menyerah.
f.        Terlalu banyak berkhayal untuk mengimbangi ketidakpuasan yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari.
g.      Mundur ke tingkat perilaku yang sebelumnya agar disenangi dan diperhatikan.
h.      Menggunakan mekanisme pertahanan seperti rasionalisasi proyeksi, berkhayal, dan memindahkan.
Karena hanya sedikit orang dewasa yang memisahkan awal masa remaja dengan akhir masa remaja, mereka cenderung mengingat seluruh masa remaja sebagai usia yang tidak berbahagia. Remaja yang penyesuaian dirinya buruk dan terbiasa sejak masa kanak-kanak, maka akan cenderung paling tidak berbahagia dan tetap tidak berbahagia sepanjang tahun-tahun awal masa remaja. Bilamana remaja cukup berhasil mengatasi masalah yang dihadapi dan kepercayaan pada kemampuannya mengatasi masalah-masalah tanpa bantuan orang dewasa semakin meningkat, maka periode tidak bahagia lambat laun berkurang.
Kebahagiaan yang lebih besar merupakan ciri akhir masa remaja yang sebagian disebabkan karena remaja lebih tua diberi status yang lebih banyak dalam usaha mempertahankan tingkat perkembangannya dibandingkan ketika awal masa remaja. Kalau remaja realistik tentang derajat penerimaan yang dapat mereka capai dan merasa puas pada orang-orang yang menerima mereka dan menunjukkan kasih sayang pada orang-orang tersebut agar kemungkinan merasa bahagia akan meningkat. Kalau pengendalian yang diberikan oleh lingkungan sedemikian rupa sehingga memperbolehkan remaja memuaskan kebutuhannya, ia akan bahagia sepanjang kebutuhannya bersifat realistik dalam arti sesuai dengan kemampuannya untuk memenuhinya (Hurlock, B., Elizabeth. 1980: 233-240).
Karakteristik perkembangan kepribadian remaja adalah sebagai berikut :
a.       Berusaha untuk bersikap hati-hati dalam berperilaku dan memahami kemampuan dan kelemahan dirinya masing-masing.
b.      Meneliti dan mengkaji makna, tujuan, dan keputusan tentang jenis manusia seperti apa yang dia diinginkan.
c.       Memperhatikan etika masyarakat, keinginan orang tua, dan sikap teman-teman.
d.      Mengembangkan sifat-sifat pribadi yang diinginkan.
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa remaja sudah bisa dikatakan memiliki kepribadian apabila ia sudah memiliki pemahaman tentang tugas dirinya untuk dirinya sendiri, sosial masyarakat, keluarga dan lingkungan alam (Hayun, Sari. 2013, (Online)).

2.3 Implikasi Perkembangan Kepribadian Remaja dalam Pendidikan
Perkembangan kepribadian dan pendidikan tidak dapat dipisahkan karena kedua hal ini saling terkait satu sama lain dan bersifat ireverdibel. Dan kedua hal ini memiliki pengaruh timbal balik yang seimbang. Dalam pelaksanaannya, perkembangan kepribadian dan pendidikan terbagi menjadi dua macam, yang pertama adalah perkembangan kepribadian mempengaruhi pendidikan dan yang kedua adalah pendidikan mempengaruhi perkembangan kepribadian.
Maksud nomor pertama tadi adalah kepribadian akan mempengaruhi pencapaian seseorang dalam pendidikan, yaitu bagaimana sikap orang tersebut dalam memahami materi pelajaran dan juga sikapnya di dalam kelas. Kepribadian seseorang juga dapat menunjukkan tingkat kecerdasan tersebut tergantung dari sikapnya dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru, baik atau buruk.
Maksud nomor kedua tadi adalah pendidikan memiliki peran penting dalam perkembangan kepribadian individu dan dalam dunia pendidikan tidak hanya dijabarkan bagaimana cara individu memahami suatu materi pelajaran, tetapi juga pembentukan karakter. Untuk membentuk kepribadian yang baik dalam diri individu maka pendidikan sangat dibutuhkan,  dan dalam hal ini pendidikan yang dimaksud bukan formal saja, tetapi juga informal, maupun non-formal. Selain itu juga peran keluarga sangat penting bagi perkembangan kepribadian remaja tersebut (Megantra, Alantap, R. 2013, (Online)).
Upaya-upaya yang dilakukan para pengajar dalam membentuk perkembangan kepribadian pada masa remaja adalah sebagai berikut :
a.       Membantu siswa dalam menemukan jati diri dan siap menghadapi kegagalan yang sedang dihadapinya.
b.      Emosi yang memuncak adalah karakteristik dari remaja, sehingga para guru diharapkan dapat membimbing remaja dalam pengendalian emosinya (negatif).
c.       Mengajarkan kepada siswa bagaimana cara memahami orang lain dan bersikap toleransi.
Dari upaya-upaya tersebut, siswa khususnya para remaja akan sangat terbantu dengan keberhasilan dalam proses belajar. Karena, kita ketahui sendiri bahwa setiap remaja memiliki karakter kepribadian yang berbeda (Eko, Prio. 2014, (Online)).


BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik perkembangan kepribadian sangat berpengaruh dalam perubahan-perubahan di sekitar lingkungan kita. Apalagi remaja yang harus mempersiapkan diri dan harus tahu mana yang baik dan mana yang benar. Sehingga, nantinya menjadi remaja yang mandiri dan menuju kedewasaan yang matang.
3.2  Saran
Untuk bisa memahami perkembangan kepribadian pada masa remaja ini, perlu dibaca dan diharapkan bisa mengerti maksud atau tujuan dari penulisan makalah tersebut. Oleh karena itu, pembaca setelah membaca makalah ini diharapkan semakin tahu dan ingin lebih menggali secara luas perkembangan kepribadian pada masa remaja.


DAFTAR RUJUKAN
1.      Triyono, dkk. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan.
2.      Megantra, Alantap, R. 2013. Perkembangan Kepribadian, (Online), (http://reksaalantap.blogspot.com/2013/07/perkembangan-kepribadian.html), diakses 11 April 2015.
3.      Eko, Prio. 2014. karakter perkembangan kepribadian masa remaja serta implikasinya dalam pendidikan, (Online), (http://prioeko1.blogspot.com/2014/06/karakter-perkembangan-kepribadian-masa.html), diakses 11 April 2015.
4.      Nadhirin. 2008. Kepribadian, (Online), (http://nadhirin.blogspot.com/2008/07/kepribadian_8205.html), diakses 11 April 2015.
5.      Hurlock, B., Elizabeth. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
6.      Hayun, Sari. 2013. Perkembangan Masa Remaja, (Online), (http://kesehatan.kompasiana.com/seksologi/2013/06/04/perkembangan-masa-remaja-562294.html), diakses 11 April 2015.







Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH MASUKNYA AGAMA KONGHUCU DI INDONESIA

Kamu yang Kusayang

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BERBASIS NILAI