SEJARAH NEGARA ARMENIA DI EROPA PADA MASA MASUKNYA AGAMA KRISTEN, GENOSIDA, DAN PERANG NAGORNO-KARABAKH

SEJARAH NEGARA ARMENIA DI EROPA PADA MASA MASUKNYA AGAMA KRISTEN, GENOSIDA, DAN PERANG NAGORNO-KARABAKH

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Sejarah Eropa
yang dibina oleh Bapak Aditya Nugroho Widiadi, S.Pd., M.Pd

Oleh :
Yuliarti Kurnia Pramai Selli
(140731606196)




UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
PRODI S1 PENDIDIKAN SEJARAH
April 2015


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................  i
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang ...............................................................................................  1
1.2  Rumusan Masalah ..........................................................................................  1
1.3  Tujuan Penulisan ............................................................................................  1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Proses Masuknya Agama Kristen di Armenia ...............................................  2
2.2 Peristiwa “Genosida” di Negara Armenia .....................................................  6
2.3 Perang Nagorno-Karabakh ............................................................................. 10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 13
3.2 Saran .............................................................................................................. 13
DAFTAR RUJUKAN ........................................................................................ 14


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Armenia atau bisa disebut sebagai Republik Armenia adalah salah satu negara yang dulunya adalah bagian dari Uni Soviet (Blok Timur) yang berada di Eropa Timur dan pada tahun 23 Agustus 1990 dimerdekakan atau dibebaskan menjadi suatu negara yang berasaskan demokrasi (republik) oleh Uni Soviet. Kita mengetahui bahwa negara Armenia adalah menurut saya negara yang kurang terkenal di kalangan negara-negara Eropa yang kita kenal. Dan pasti aneh saat mendengar nama negara tersebut. Karena kita hanya mengetahui negara-negara di sekitar Eropa yang terkenal saja, seperti Italia, Prancis, Inggris, Jerman, Yunani, dll. Tetapi, jangan anggap negara ini tidak mempunyai sejarah yang menarik.
Karena setelah ditelaah lebih lanjut, negara ini memiliki masa lalu yang gelap (suram) dan rumit, serta didalamnya terdapat para aktor sejarah (negara-negara) yang ikut campur dan bahkan menyiksa para masyarakat Armenia yang sampai saat ini peristiwa tersebut masih membekas di hati negara Armenia. Dalam makalah ini penulis ingin menjelaskan lebih lanjut tentang bagaimana sejarah gelap negara Armenia yang sebelumnya kita belum mengetahui secara pasti peristiwa tersebut dan penulis hanya mengambil permasalahan-permasalahan yang penting saja.
1.2 Rumusan Masalah
1.      Bagaimana proses masuknya agama Kristen dan agama Islam (minoritas) di negara Armenia ?
2.      Bagaimana dengan peristiwa “Genosida” yang pernah terjadi di negara Armenia ?
3.      Bagaimana keadaan konflik negara Armenia dengan negara Azerbaijan dalam “Perang Nagorno-Karabakh” ?
1.3  Tujuan
1.      Dapat memahami proses masuknya agama Kristen dan agama Islam (minoritas) di negara Armenia.
2.      Dapat menjelaskan peristiwa “Genosida” yang pernah terjadi di negara Armenia.
3.      Dapat menganalisa keadaan antara negara Armenia dan Azerbaijan dalam konflik “Perang Nagorno-Karabakh”.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Proses Masuknya Agama Kristen dan Agama Islam (Minoritas) di Negara Armenia
Armenia adalah salah satu negara Eropa Timur (Blok Timur) yang dimerdekakan oleh Uni Soviet pada saat terjadi peristiwa runtuhnya negara Uni Soviet (negara komunis) pada tahun 1991, tepatnya pada tanggal 23 Agustus 1990 dan dibentuk pada tanggal 21 September 1990. Negara ini beribu kota di Yerevan yang kota tersebut merupakan kota terbesar di negara Armenia. Bahasa resmi negara ini adalah Armenia yang sistem pemerintahannya berbentuk Republik. Presiden negara Armenia saat ini bernama Serzh Sargsyan dan perdana menterinya bernama Hovik Abrahamyan. Luas negara ini sekitar 29.800 km2 (belum mencakup wilayah Nagorno-Karabakh) dengan perairan kira-kira 4,7 %. Perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2010 sekitar 3.250.000 orang dengan kepadatan penduduk sebesar 100/km2.
Mata uang dari negara ini menggunakan mata uang “Dram” dengan zona waktu (UTC+4) dan kode teleponnya angka “374”. Negara Armenia sendiri mempunyai 11 Provinsi, yaitu Aragatsotn (Արագածոտնի մարզ), Provinsi Ararat (Արարատի մարզ), Provinsi Armavir (Արմավիրի մարզ), Geghark’unik’ (Գեղարքունիքի մարզ), Kotayk’ (Կոտայքի մարզ), Lorri (Լոռու մարզ), Shirak (Շիրակի մարզ), Syunik’ (Սյունիքի մարզ), Tavush (Տավուշի մարզ), Vayots’ Dzor (Վայոց Ձորի մարզ), Yerevan (Երևան).
Negara Armenia adalah negara Eropa-Asia yang wilayah daratannya terjepit oleh negara lain. Negara ini berbatasan dengan Turki sebelah barat, Georgia sebelah utara, Azerbaijan sebelah timur, dan Iran serta Eksklave Nakhichevan (masih daerah Azerbaijan) sebelah selatan. Negara ini selama berabad-abad menjadi daerah lintasan dan penyeberangan daerah timur dan barat.
Dalam bahasanya, Armenia dinamakan Hayq yang kemudian bernama Hayastan (yang berarti tanah dari orang Haik). Menurut legenda, Haik adalah keturunan Nabi Nuh yang merupakan moyang dari seluruh orang Armenia (menurut tradisi Armenia Kuno). Konon ceritanya, Haik sedang bermukin di kaki Gunung Arafat dan meninggalkan Armenia dalam pembangunan Menara Babel. Setelah kembali ke Armenia, ia dikalahkan oleh Bel seorang raja Babilonia (menurut para peneliti ia dikalahkan oleh Nimrod pada tanggal 11 Agustus 2492 SM dekat Danau Van, sebelah selatan Armenia Kuno yang sekarang menjadi daerah Turki).
Hayq adalah nama yang diberikan pada negara Armenia oleh negara-negara lain yang mengelilinginya dan nama ini diambil dari suku terkuat di Armenia Kuno, yaitu “Armens”. Nama ini secara tradisional diturunkan dari Armenak atau Aram (keturunan Haik). Dilihat dari sisi Yahudi dan Kristen, nama Armenia diambil dari Har-Minni yang artinya Gunung Minni (Mannai). Menurut penjelasan dari masa Pra-Kristen mengatakan bahwa Nairi (tanah yang dialiri sungai-sungai) merupakan nama kuno yang diberikan untuk daerah pegunungan yang terdapat di negara itu dan nama Armenia sendiri ini digunakan oleh Bangsa Asyur sekitar tahun 1200 SM. Tetapi, menurut Inskripsi Behistun yang terdapat di Iran berasal dari tahun 521 SM yang dalam inskripsinya tersebut tercatat menuliskan Armenia (Wikipedia. 2015, (Online)).
Armenia adalah pulau yang sangat tua kebudayaannya yang kembali lagi pada akhir 2000 tahun yang lalu masih terdapat bekas-bekas peninggalan kebudayaan dan monumen-monumen yang masih bisa ditemukan di lembah-lembah dan jurang-jurang dari negara ini. Armenia adalah sebuah pulau yang sangat muda dalam hal sosial budaya yang mana tidak lebih dari 32 tahun, dan muda dalam kebahagiaan orang Armenia. Armenia menjadi Republik Soviet pada bulan November 1920 dan sejak 32 tahun yang lalu telah pandai menjadi orang-orang yang baik yang sebelumnya lebih dari 2000 tahun telah bersama (Shaginyan, Marietta. 1954, hal. Kata Pengantar Penulis Buku).
Sebelum menjadi negara Republik Soviet, Armenia hampir tidak mempunyai tempat untuk praktek bekerja dan tidak ada industri yang diam. Hari ini di republik, penggilingan-penggilingan besar dilengkapi dengan mesin baru (up to date). Dalam hal ini, pusat industri yang hebat sekali yang mana sekitar keseluruhan kota-kota tersebut sudah berkembang pesat dimana terdapat nilai dari ribuan para pekerja Armenia dan merencanakan kerja dengan semangat yang luar biasa. Kebanyakan dari mereka yang oleh usaha mereka memperoleh perbedaan keuntungan di lapangan pekerjaan mereka masing-masing. Pabrik-pabrik dan penggilingan-penggilingan dimana mereka bekerja menyimpan album-album dengan foto-foto mereka dan ini selalu menjadi objek dari barang. Seperti itulah album-album yang ditunjukkan di pameran yang dipersembahkan untuk prestasi-prestasi Armenia (Shaginyan, Marietta. 1954 : 73).
Orang-orang Armenia adalah masyarakat kuno Timur Tengah yang terbentuk sekurang-kurangnya sejak 3000 tahun lalu terletak di bagian selatan pegunungan Kauskasus Kecil (atau dikenal dengan wilayah Anatolia Selatan). Saat ini, wilayah tersebut terbagi menjadi dua wilayah dengan barat wilayah Turki dan sebelah barat wilayah Armenia. Wilayah ini termasuk daerah terpencil dan keras karena hanya sebagian kecil wilayahnya yang layak untuk dihuni dengan curah hujan yang sangat sedikit serta musim dingin yang bisa sangat ekstrem dan panjang mengakibatkan para pendatang baru jarang ada yang bisa bertahan lama untuk bermukim. Sehingga bisa dipastikan bahwa dari budaya, bahasa, etnik, dan sebagainya berasal dari orang Armenia sendiri.
Negara Armenia memiliki kerajaan yang sudah bertahan hampir 2000 tahun yang pada beberapa kesempatan kerajaan tersebut menjadi merdeka sendiri karena pada umumnya kerajaan tersebut hanya sebagai vasal (kerajaan bawahan) bagi kerajaan yang lebih besar. Seperti pada tahun 500 SM, Kekaisaran Persia (kerajaan terkuat dan terbesar di dunia kuno) dapat menaklukkan Armenia dan menjadikannya sebagai salah satu provinsinya yang bernama satrapy. Tidak lama kemudian, kerajaan tersebut bersama Kekaisaran Persia jatuh dalam Kekuasaan Yunani, Romawi, Bizantium, Arab, dan Mongol. Pergantian kerajaan tersebut dapat kita analisis karena wilayah geografis dari negara Armenia yang sangat keras dan cuacanya yang sangat ekstrem.
Tetapi pada tahun 1071, kondisi Armenia berubah semenjak Dinasti Seljuk Turki dapat menaklukkan wilayah tersebut. Hal tersebut didasarkan karena orang-orang Turki mau bermukim dan menetap di wilayah Armenia. Sejak saat itu, orang-orang Armenia selalu berada di bawah kekuasaan orang-orang Turki dari dinasti satu ke dinasti yang lain dengan kekuasaan yang paling lama dikuasai Kesultanan Ottoman Turki. Sehingga, pada tahun 1375 orang-orang Armenia kehilangan kerajaannya dan kerajaan tersebut dihapuskan oleh Dinasti Mameluk.
Mayoritas orang Armenia adalah pemeluk Kristiani dan diperkirakan sejak tahun 280 ajaran Kristen mulai menyebar luas di negara Armenia. Dan pada tahun 301 kerajaan Armenia resmi menjadikan agama Kristen sebagai agama yang dianut oleh masyarakat Armenia dan sampai saat ini menjadi turun temurun tetap menganut agama Kristen. Sekarang, negara Armenia mengembangkan aliran tersendiri yang disebut Armenian Ortodoks (Gregorian) dan aliran ini berbeda dengan aliran Katholik atau Protestan. Walaupun negara Armenia pernah dikuasai selama 14 abad oleh penguasa Muslim (baik negara Arab maupun Turki) tetap tidak merubah orang-orang Armenia untuk berpindah ke agama Islam dan pada saat itu penguasa muslim tersebut tidak berusaha atau memaksakan mereka untuk menjadi orang muslim. Sehingga dapat disimpulkan bahwa negara Armenia adalah negara tertua di dunia yang menyatakan agama Kristen sebagai agama negaranya dan hal tersebut mengalahkan Vatikan (Mendatu, Achmanto. 2014, (Online)).
Agama Islam masuk ke negara Armenia sekitar abad ke-7 yang saat itu bangsa Arab berhasil memasuki Armenia dan pemerintahannya masih dipegang oleh penguasa setempat. Kemudian ada seorang Gubernur muslim yang dikirim ke Armenia untuk memerintah disana. Dalam hal ini, pemerintah muslim memberikan kesepakatan damai dalam beragama tanpa ada paksaan untuk beralih ke agama Islam seperti yang sudah dijelaskan di atas. Pada abad ke-8 sudah banyak bangsa Arab dan muslim Kurdi yang menetap di Armenia dan mereka sudah tersebar di kota-kota utama Armenia. Sehingga sekitar abad ke-11, Bani Seljuk berhasil menguasai Armenia dan membuat rakyatnya agar memeluk agama Islam.
Pada masa Turki Utsmani, posisi muslim semakin menguat di Armenia sehingga wilayah tersebut resmi masuk menjadi bagian dari wilayah Islam. Sekitar tahun 1990, muslim yang ada di Armenia mulai meninggalkan wilayah tersebut walaupun etnis Kurdi dan atnis Azerbaijan masih bertahan di sana. Dalam hal ini, sebutan untuk orang-orang Armenia asli yang memeluk agama Islam adalah “Hemshin”.
Hemshin sendiri adalah komunitas muslim di Armenia yang memiliki sejarah yang panjang dan rumit. Hal tersebut dikarenakan mereka hidup dalam keterisolasian oleh masyarakat umum yang identitas agama mereka kebanyakan adalah Armenian (identik dengan agama Kristen). Sehingga, banyak dari mereka yang pindah ke luar negeri dan kebanyakan di antara mereka lebih memilih tinggal di negara Turki.
Pada perkembangannya, agama Islam di Armenia sekarang terbilang kelompok yang sangat minoritas dan hak mereka juga masih terbatas (hak minoritas). Walaupun demikian, saai ini banyak pihak yang mendukung agama Islam di tengah-tengah negara yang kebanyakan warganya menganut agama Kristen. Kita ambil contoh seorang intelek yang membela hak Armenia, yaitu Dr. Henry Astarjian yang dalam salah satu majalah Armenia bernama armenianweekly mengabarkan bahwa beliau mengajak para warga Armenia agar membuka mata mengenai Armenia yang identitasnya adalah Kristen dengan para muslim yang ada di Armenia. Menurut beliau, muslim di Armenia juga saudara kita (bagi Armenia).
Langkah-langkah dakwah di Armenia masih terus dilakukan dan digalakkan. Selain itu, upaya-upaya seperti adanya Al-Quran terjemahan bahasa Armenia yang memudahkan warga Armenia setempat dalam mengenal agama Islam, adanya Masjid Biru (Blue Mosque) di Yerevan (Ibu Kota negara Armenia) dengan arsitektur yang tak kalah indahnya seperti Masjid Biru di Istanbul, Turki. Masjid ini merupakan satu-satunya masjid yang masih bertahan sampai saat ini walaupun dalam sejarahnya, banyak masjid yang berdiri di negara Armenia dan masjid tersebut sempat ditutup pada saat Armenia masih di bawah pemerintahan Uni Soviet dan setelah Armenia merdeka, masjid ini dibuka kembali (Republika. 2013, (Online)).
Kita ketahui di atas, bahwa sebagian besar muslim yang ada di negara Armenia terdiri atas etnis Azerbaijan dan muslim Kurdi. Menurut Pew Research Center, pada tahun 2009 muslim di Armenia sekitar kurang dari 0,1 % atau sekitar 1000 orang. Hal ini jelas bahwa negara Armenia tidak masuk ke dalam penduduk dengan agama Islam terbesar dan hampir semua warga Armenia tidak pernah masuk agama Islam karena orang Kristen di Armenia (mayoritas) tidak diperlukan untuk mengkonversi oleh hukum Islam.
Selama tahun 1988 sampai tahun 1991 muslim yang ada di negara Armenia melarikan diri dari negara tersebut karena akibat dari Perang Nagorno-Karabakh dan konflik berkepanjangan antara negara Armenia dan Azerbaijan. Hal tersebut tidak mempengaruhi komunitas muslim Yazidi Kurdi, yaitu sekitar 50.000 sampai 70.000 orang (Wikipedia. 2013, (Online)).

2.2  Peristiwa “Genosida” di Negara Armenia
Kita ketahui bahwa negara Armenia pernah ditaklukkan oleh orang Yunani, Romawi, Persia, Bizantium, Mongol, Arab, Turki Ottoman, dan Rusia dan sejak abad ke-17 sampai masa Perang Dunia I orang Turki Ottoman menguasai sebagian besar wilayah Armenia sehingga mengakibatkan orang Armenia menderita akibat dari diskriminasi, penganiayaan agama, pajak yang berat dan tindakan kekerasan walaupun orang-orang Armenia adalah salah satu suku minoritas di Kerajaan Turki Ottoman. Dari gejala tersebut, maka muncullah nasionalisme Armenia dan orang Turki kemudian melakukan pembantaian terhadap orang Armenia antara tahun 1894 sampai 1896 (Wikipedia. 2015, (Online)).
Hal tersebut terbukti pada saat Sultan Turki, Abdul Hamid yang menindas dengan amat kejam pemberontakan yang dilakukan oleh Bulgaria, Serbia, dan Montonegro. Dalam buku karya Soebantardjo, Sari Sejarah, Jilid I hal. 212-214 menyatakan bahwa Turki membunuh orang-orang Kristen di Bulgaria yang tindakannya tersebut menimbulkan reaksi di seluruh Eropa, yaitu berkembangnya “Perasaan Anti-Turki”. Keadaan ini dimanfaatkan oleh negara Rusia dengan mengumumkan perang terhadap Turki pada tahun 1877. Perang tersebut menyebabkan Turki kalah dan terpaksa harus mendatangani Perjanjian San Stefano pada tahun 1878 (Siboro, Julius. 2012 : 19).
Tetapi, pembantaian tersebut belum sepadan dengan peristiwa mengerikan yang terjadi pada tanggal 15 April 1915 (Masa Perang Dunia I) dan peristiwa tersebut bisa dibilang sebagai Genosida. Genosida di negara Armenia dikenal dengan Pembantaian Armenia dan oleh bangsa Armenia bisa dibilang sebagai kejahatan besar. Orang Turki melakukan pembersihan etnis Armenia dengan menggiringnya ke Gurun Pasir Suriah dan Mesopotamia. Pembantaian ini konon merupakan genosida pertama pada abad ke-20. Peristiwa tersebut dilakukan dalam dua tahap, yaitu pembunuhan besar-besaran penduduk pria dewasa melalui pembantaian dan kerja paksa, dan deportasi anak-anak, perempuan, orang tua, dan orang sakit pada saat perjalanan menuju ke Gurun Pasir Suriah. Kelompok etnis penduduk asli Armenia, dan Kristen lainnya (bangsa Assyria, Yunani), serta kelompok minoritas lainnya juga menjadi sasaran pembantaian yang dilakukan pemerintah Turki Ottoman (Utsmaniyah) (Wikipedia. 2015, (Online)).
Peristiwa Genosida di Armenia dilakukan oleh tentara Turki dengan mulai memasuki kota Van untuk melakukan pembersihan etnis orang Armenia yang telah dianggap berkhianat dalam menjalin afiliasi dengan Rusia. Selama seminggu, orang-orang Armenia berusaha untuk bertahan dari serangan militer Turki yang akhirnya mereka pun kalah. Dari kekalahan tersebut, pada tanggal 24 April 1915 orang-orang Armenia yang terkemuka di Konstantinopel dan kota-kota besar lainnya mulai ditangkap dan dipenjara. Ribuan dari mereka dibunuh dan dilukai sampai mati di tempat terpencil. Sampai saat ini, setiap tanggal 24 April selalu diperingati sebagai Hari Peringatan Genosida. Penjelasan di atas merupakan proses awal dari upaya pembersihan orang Armenia selama 8 tahun berikutnya sampai tahun 1923.
Proses pembantaian orang Armenia (Genosida) dapat kita kelompokkan menjadi tiga tahap, yaitu :
a.       Pendeportasian.
Pada bulan April 1915 orang-orang Armenia mulai dideportasi keluar dari rumah dan sebelum eksekusi pendeportasian dilakukan, tiga hari sebelumnya mereka diperingatkan untuk pergi. Sehingga, desa demi desa dan kota demi kota menjadi kosong karena perginya orang Armenia dari wilayahnya sendiri. Banyak dari mereka yang pergi dengan naik kereta dan sebagian menggunakan kereta kuda. Sebagian kecil petani menggunakan keledai untuk membawa barang-barang yang kebanyakan hanya berjalan kaki.  Konvoi panjang pun terjadi, dengan satu tujuan, yakni ke selatan menuju Gurun Siria (Gurun Pasir Suriah).
Hanya seperempat saja yang sanggup bertahan hidup berjalan ratusan kilometer dan berminggu-minggu melakukan perjalanan. Mayoritas orang Armenia meninggal saat masih dalam perjalanan akibat dari kelaparan, kehausan, dan kelelahan. Pemerintah Turki sendiri tidak memberi makan maupun perlindungan rumah bagi para deportan. Mereka dibiarkan saja dalam melakukan semuanya sendiri. Di wilayah Gurun Siria (Gurun Pasir Suriah) juga tidak disediakan perumahan memadai karena pendeportasian memang tidak dimaksudkan untuk relokasi. Untuk mempermudah proses pendeportasian, pria-pria Armenia yang masih muda  dan kuat dipaksa untuk ikut tentara tetapi tidak dipersenjatai. Mereka juga dimasukkan ke dalam Batalyon pekerja  dan dipekerjakan sampai mati atau dibunuh.
b.      Eksekusi
Proses eksekusi diawali dengan mengambil pria-pria Armenia dan membawanya ke tempat terpencil untuk dilukai bahkan untuk dibunuh. Sebagian dari mereka dipaksa untuk melakukan pekerjaan berat bahkan sampai mati. Eksekusi selanjutnya ditujukan kepada para deportan yang dibawa ke tempat terpisah dari rombongan yang kemudian dieksekusi (baik ditembak maupun ditusuk bayonet). Menurut Henry Morgenthau, duta besar Amerika Serikat di Turki disebutkan dalam memoirn beliau bahwa adanya konvoi yang dimulai 18.000 orang tetapi hanya tersisa 150 orang yang tiba sampai di tujuan yang semuanya para wanita dan anak-anak Armenia. Dalam peristiwa ini banyak wanita Armenia yang dijual dan diperkosa.
c.       Pelaparan (Kelaparan)
Puluhan ribu orang Armenia mati akibat cuaca yang sangat ekstrem (panas di siang hari dan dingin di malam hari di Gurun Siria (Gurun Pasir Suriah)) yang dipicu tanpa adany perlindungan yang memadai dari pemerintahan Turki. Sehingga tidak mengherankan jika mereka kekurangan makanan dan air yang mengakibatkan orang-orang Armenia mati kelaparan dan kehausan. Mereka para orang Armenia yang sedang kehausan dan berhasil mendekati Sungai Euphrat oleh tentara Turki ditembak mati. Sedangkan sebagian wanita Armenia dipaksa untuk telanjang yang kemudian diperkosa dan dibunuh. Melihat temannya seperti itu, orang-orang Armenia bertekad menerjunkan dirinya ke sungai untuk bunuh diri karena sudah putus asa dan anak-anak ada yang dihantam batu atau dimasukkan ke dalam api yang menyala. Saya sebagai penulis merasa prihatin dengan kejadian ini dan menilai pemerintahan Turki Ottoman sangat kejam terhadap etnis Armenia.
Sebelum adanya pembantaian terhadap orang Armenia sekitar 2.000.000 orang Armenia bermukim di wilayah Turki dan pada tahun 1917 orang Armenia berkurang menjadi 100.000 dan 500.000 orang lainnya mengungsi (tersebar ke seluruh penjuru dunia) yang nantinya menjadi kaum Diaspora. Jumlah korban dari peristiwa ini adalah sekitar 1,5 juta orang Armenia (setengah/dua per tiga dari populasi) dan jumlah tersebut belum mencakup semua karena menjelang akhir Perang Dunia I, tentara Turki berhasil memasuki wilayah Armenia yang dikuasai Rusia.
Selama 5 bulan menduduki wilayah tersebut, jumlah orang Armenia yang hilang sekitar ± 200.000 orang. Hal tersebut menimbulkan pemberontakan orang Armenia untuk membalaskan dendamnya dengan cara menyerang wilayah-wilayah Turki dengan bersenjata. Sebagian anak-anak Armenia dulunya diadopsi di dalam keluarga-keluarga Turki dan saat terjadi pengusiran banyak orang Turki yang menawarkan diri untuk mengadopsi anak-anak Armenia. Banyak orang Turki, Kurdi, Arab yang membantu menyelamatkan orang-orang Armenia dan aksi kemanusiaan ini dipercaya telah menyelamatkan puluhan ribu orang Armenia.
Kekalahan Turki pada Perang Dunia I membuka lebar kesempatan kemerdekaan bagi orang Armenia. Pada tahun 1919, Republik Armenia merdeka dyang dideklarasikan di wilayah yang sejak awal abad ke 19 berada di dalam wilayah Rusia. Presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson, berusaha membantu dengan mengupayakan memasukkan wilayah tradisional Armenia di Anatolia Selatan ke dalam republik yang baru itu. Akan tetapi, ketika Mustafa Kemal Pasha berkuasa dan kekuatan Turki mulai kembali, dan serangan dilancarkan terhadap Republik Armenia sehingga wilayah Anatolia Selatan direbut kembali ke wilayah Turki. Wilayah yang tersisa dari Republik itu kemudian diambil alih oleh Uni Soviet (negara penerus Rusia) pada tahun 1921. Dengan demikian, nasib republik kecil itu berakhir. Secara keseluruhan genosida baru berakhir pada tahun 1923 (Mendatu, Achmanto. 2014, (Online)).
Sampai saat ini Turki masih menyangkal adanya pembantaian atau peristiwa Genosida di Armenia. Tetapi mereka mengakui bahwa memang benar terjadi kematian secara besar-besaran karena dalam hal peperangan yang bersangkutan dengan wabah penyakit dan kelaparan (hal ini masih diragukan karena tidak terjadi secara sistematis). Sebagian para ilmuan besar dari negara Barat dan Rusia mengatakan bahwa peristiwa Genosida di Armenia memang pernah terjadi dan hal tersebut dilaksanakan secara sistematis oleh kaum Turki Muda yang ingin merebut pemerintahan Turki Ottoman dengan menyelundupkan tentaranya masuk ke dalam kubu militer pemerintahan Turki Ottoman. Yang menurut penulis sendiri bukan salah sepenuhnya dari pemerintahan Turki Ottoman.
Berikut adalah negara-negara yang telah mengakui peristiwa Genosida di Armenia, yaitu :
1.      Beberapa negara bagian dari Amerika Serikat.          13. Polandia.
2.      Argentina.                                                                   14. Rusia.
3.      Armenia.                                                                     15. Siprus.
4.      Belanda.                                                                      16. Slovakia.
5.      Belgia.                                                                         17. Swedia.
6.      Bolivia.                                                                        18. Swiss.
7.      Chili.                                                                           19. Uni Eropa.
8.      Dewan Eropa.                                                             20. Uruguay.
9.      Italia.                                                                           21. Yunani.
10.  Kanada.                                                                       22. Vatikan.
11.  Libanon.                                                                      23. Venezuela.
12.  Prancis.                                                                        (Wikipedia. 2015, (Online)).

Dilihat dari pandangan para ilmuan yang tergabung dalam sejarawan Turki latar belakang terjadinya peristiwa Genosida di Armenia disebabkan karena adanya keterkaitan Israel pada akhir kekaisaran Turki Ottoman yang dimana pada saat itu beberapa petinggi dalam pemerintahannya yang sekuler Kemal Attaturk dan ternyata sebelumnya sudah dipenuhi kalangan Yahudi.
Salah satu penulis buku di Turki yang bernama Mevlan Z. Rifat dalam bukunya yang berjudul “Inner Folds of The Revolution” dan mengacu pada sekte Donmeh ia menuliskan bahwa rencana Genosida terhadap bangsa Armenia itu telah direncanakan secara sistematis antara bulan Agustus 1910 sampai bulan Oktober 1911 dengan penggagasnya adalah para anggota Komite Turki Muda yang terdiri dari orang Yahudi keturunan Balkan. Ternyata beberapa pemimpin Israel pernah mengenyam pendidikan dan tinggal di Turki seperti Ben Gurion, Ben Zevi, Zalman Shazar, dan Yitzchak Navon yang mereka pernah menjadi mahasiswa di Ottomanisme (Kompasiana. 2011, (Online)).

2.3  Konflik antara Negara Armenia dengan Azerbaijan dalam Perang Nagorno-Karabakh
Perang Nagorno-Karabakh (NK) adalah konflik bersenjata yang terjadi antara negara Armenia dengan Azerbaijan di Nagorno-Karabakh, Azerbaijan barat daya. Perang tersebut terjadi mulai bulan Februari 1988 sampai dengan bulan Mei 1994 dan perang ini merupakan konflik etnis paling destruktif setelah jatuhnya Uni Soviet pada bulan Desember 1991 (Wikipedia. 2015, (Online)).
Perang Nagorno-Karabakh bisa kita bagi menjadi dua periode, yaitu periode pertama tahun 1988-1991 dan periode kedua tahun 1992-1994. Pada fase pertama ini bisa dibilang sebagai fase konflik antar etnis yang sudah dimulai sejak wilayah Armenia, Azerbaijan, dan NK masih menjadi bagian dari Uni Soviet. Sedangkan pada fase kedua ini berawal dari runtuhnya Uni Soviet pada bulan Desember 1991 sehingga wilayah Armenia dan Azerbaijan sama-sama berubah menjadi negara merdeka. Namun, status NK masih tetap mengambang. Fase ini juga bisa dibilang sebagai fase tersengit dalam menerjunkan persenjataan-persenjataan beratnya seperti tank dan pesawat tempur. Perang ini berakhir pada tahun 1994 dengan kemenangan kubu Armenia. Sampai saat ini, status wilayah NK masih berlanjut hingga sekarang di meja perundingan.
1.      Perang Fase Pertama (1998-1991)
Dengan menguatnya upaya penyatuan NK dengan Armenia, gesekan antara etnis Armenia dengan Azerbaijan pun timbul. Gesekan-gesekan tersebut menjadi bentrokan yang besar pada tanggal 22 Februari 1988 di dekat Kota Askeran, NK dengan tewasnya dua pemuda Azerbaijan yang dibakar hidup-hidup.
Hal tersebut memicu orang Azerbaijan untuk balas dendam terbukti pada tanggal 27 Februari 1988 di Kota Ghapan wanita etnis Armenia yang ada di Azerbaijan oleh orang Azerbaijan melakukan kekerasan, pemerkosaan, dan pemukiman-pemukiman komunitas Armenia dihancurkan. Akibatnya, sejak bulan November 1988 puluhan orang Azerbaijan yang mendiami wilayah Armenia tewas dibunuh. Sehingga nantinya terjadi migrasi besar-besaran dimana etnis Armenia yang ada di wilayah Azerbaijan pindah ke negara asal dan sebaliknya (Republika. 2011, (Online)).
2.      Perang Fase Kedua (1992-1994)
Pecahnya Uni Soviet membuat Armenia dan Azerbaijan berubah menjadi negara merdeka dan memiliki kebebasan mutlak dalam menentukan keputusan. Jika sebelumnya keputusan mereka terkait Nagorno-Karabakh banyak terganjal oleh halangan dari Uni Soviet, kali ini keduanya pun bebas untuk saling memperebutkan Nagorno-Karabakh. Konflik tersebut semakin berlarut-larut karena adanya dukungan dari berbagai pihak. Azerbaijan secara matematis seharusnya dapat memenangi pertempuran itu dengan mudah karena selama menjadi bagian dari Uni Soviet, Azerbaijan sering menjadi tempat pangkalan militer. Jumlah militer dan persenjataan yang dimiliki oleh Azerbaijan pun lebih banyak jika dibandingkan dengan Armenia.
Namun pada aplikasi di lapangan, ditemukan kejanggalan karena pasukan Armenia dan Nagorno-Karabakh begitu tangguh menghadapi serangan dari Azerbaijan. Para analis mengatakan bahwa kekuatan yang dimiliki oleh Armenia tidak terlepas dari peran Rusia yang secara rutin membantu pasokan militer ke Armenia, banyak persenjataan yang dijual ke Armenia selama perang. Satu per satu kawasan Nagorno-Karabakh mulai berhasil direbut oleh bangsa Armenia. Pada bulan Mei 1994, pasukan Armenia semakin banyak memperoleh kemanagan dan berhasil menguasai 20 persen wilayah Nagorno Karabakh yang tadinya dikuasai oleh Azerbaijan.
Kemenangan Armenia ini membuat status Nagorno-Karabakh menjadi naik. Nagorno-Karabakh dianggap sebagai kawasan yang merdeka dan berhak mengadakan perjanjian dengan Azerbaijan. Kondisi Azerbaijan yang semakin lemah membuat mereka hanya bisa pasrah dan bersedia untuk bernegosiasi dengan Nagorno-Karabakh denga status yang setara. Pada tanggal 12 Mei 1994 diperoleh kesepakatan bahwa Azerbaijan harus meninggalkan kawasan Nagorno-Karabakh. Sebagai akibat dari perjanjian ini, warga Azerbaijan dan pasukan Azerbaijan yang masih tertinggal di Nagorno-Karabakh diusir, mereka yang tinggal di sekitar Nagorno-Karabakh juga diusir. Pasukan Rusia juga turut membantu Armenia dengan mengusir warga Azerbaijan yang tinggal di kawasan Shahumyan.
Wilayah ini dijadikan sebagai jalur penghubung antara Nagorno-Karabakh dan Armenia, melintang di tengah kawasan Azerbajian. Kawasan tersebut diperbolehkan untuk digunakan sebagai jalur lintas antara Nagorno-Karabakh dan Armenia, dan diberi nama koridor Lachin. Namun status kepemilikannya tetap menjadi milik Azerbaijan. Konflik antara keduanya pun akhirnya mereda. Azerbaijan dan Armenia menyetujui untuk mengadakan gencatan senjata. Dengan di mediasi oleh Rusia, perjanjian gencatan senjata antar keduanya pun berhasil ditandatangani pada tanggal 12 Mei 1994 (Niam, Kak. 2011, (Online)).
Dalam penyelesaian masalah ini, Rusia berperan sebagai tim mediator yang bertujuan untuk menyediakan forum-forum negoisasi secara rutin diadakan, usaha penyelesaian melalui cara-cara damai. Setelah tahun 1994, konflik ini lebih dominan dalam hal negoisasi yang difasilitasi oleh Misnk Group. Konflik kedua negara tersebut masih ada terbukti pada bulan November 2004 seorang tentara Azerbaijan tertembak di dekat perbatasan Karabakh dan pada bulan Januari 2005 satu tentara Azerbaijan tewas tertembak oleh tentara Armenia. Pada tahun 2006 sampai 2012 tercatat peningkatan pelanggaran genjatan senjata yang dilakukan oleh Azerbaijan (Kristiani, Adistya, E. 2007 : 03).


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, kita dapat menyimpulkan negara Armenia adalah negara yang pertama kali menganut agama Kristen di dunia (tertua), dalam sejarah kelamnya Genosida sampai saat ini masih membekas di hati para warga Armenia, serta konflik yang semakin hari mulai muncul lagi akibat dari adanya Perang Nagorno-Karabakh.
3.2  Saran
Dalam makalah ini penulis mengharapkan agar para pembaca lebih memahami dan ingin menggali lebih lanjut tentang sejarah Armenia dan dapat mengambil nilai-nilai dibalik peristiwa yang terjadi. Sehingga, nantinya kita sebagai manusia yang memiliki kepribadian bijak baik untuk diri sendiri maupun orang lain.


DAFTAR RUJUKAN
1.      Kompasiana. 2011. Turki Meradang Dituduh Genosida Armenia 90 Tahun Silam. Apa Sebabnya ?, (Online), (http://sejarah.kompasiana.com/2011/12/25/turki-meradang-dituduh-genosida-armenia-90-tahun-silam-apa-sebabnya-424398.html), diakses 22 April 2015.
2.      Kristiani, Adistya, E. 2007. Keterlibatan Rusia dalam Upaya Resolusi Konflik Nagorno-Karabakh antara Armenia dan Azerbaijan 2008-2012. Jurnal Skripsi Unair, (Online), hal. 03, (http://journal.unair.ac.id/filerPDF/Jurnal%20Skripsi%20Ensi%20Adistya%20K%20070912016.pdf), diakses 22 April 2015.
3.      Mendatu, Achmanto. 2014. Genosida Armenia, Turki, (Online), (http://achmantomendatu.blogspot.com/2014/08/genosida-armenia-turki.html), diakses 22 April 2015.
4.      Niam, Kak. 2011. Sejarah Nargono Karabakh, (Online), (https://kakniam.wordpress.com/2011/09/22/sejarah-nagorno-karabakh/), diakses 22 April 2015.
5.      Republika. 2011. Perang Nagorno-Karabakh, (Online), (http://www.re-tawon.com/2011/05/perang-nagorno-karabakh-sengketa.html), diakses 22 April 2015.
6.      Republika. 2013. Cerita Panjang Kehidupan Muslim di Armenia, (Online), (http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/13/11/18/mwfksr-cerita-panjang-kehidupan-muslim-di-armenia), diakses 22 April 2015.
7.      Shaginyan, Marietta. 1954. Journey Through Soviet Armenia. Moscow: Languages Publishing House.
8.      Siboro, Julius. 2012. Sejarah Eropa dari Masa Menjelang Perang Dunia I sampai Masa Antarbellum. Yogyakarta: Ombak.
9.      Wikipedia. 2013. Islam di Armenia, (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Armenia), diakses 22 April 2015.
10.  Wikipedia. 2015. Armenia, (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Armenia), diakses 22 April 2015.
11.  Wikipedia. 2015. Genosida di Armenia, (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Genosida_Armenia), diakses 22 April 2015.
12.  Wikipedia. 2015. Perang Nagorno-Karabakh, (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Nagorno-Karabakh), diakses 22 April 2015.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH MASUKNYA AGAMA KONGHUCU DI INDONESIA

Kamu yang Kusayang

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BERBASIS NILAI