HUBUNGAN ANTARA MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DENGAN EFISIENSI GURU DAN PEMAHAMAN MATERI SEJARAH
HUBUNGAN
ANTARA MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DENGAN EFISIENSI GURU DAN PEMAHAMAN
MATERI SEJARAH
Yuliarti
Kurnia Pramai Selli
Jurusan
Sejarah
Universitas
Negeri Malang
Abstrak:
Banyak model
pembelajaran sejarah yang dapat diterapkan oleh guru di kelas, salah satunya
adalah “Model Pembelajaran berbasis Proyek (Project based Learning/PBL)”. Model
pembelajaran ini lebih membantu guru dalam meringankan pekerjaan dimana siswa
diasah untuk mencari sendiri dan memperluas materi yang dijelaskan oleh guru.
Selain itu juga, model pembelajaran ini cocok dalam pengimplementasian
Kurikulum 2013 dimana siswa dituntut untuk aktif dan tidak bergantung pada ilmu
yang diberikan guru. Walaupun begitu, model pembelajaran ini juga memiliki
kelemahan baik untuk siswa, guru, maupun orang tua siswa. Jadi, model
pembelajaran ini bisa dibilang cukup membantu dalam pemahaman materi siswa
salah satunya mata pelajaran Sejarah.
Katakunci:
Model Pembelajaran
berbasis Proyek, Siswa, Guru, Sejarah.
Teknologi bisa dibilang pada zaman
global ini sangat dibutuhkan dan hampir sebagian besar sudah menjadi kebutuhan
sehari-hari, baik itu dari aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan
dan keamanan, serta pendidikan. Dalam kehidupan sehari-hari teknologi membantu
sekali dalam meringankan pekerjaan dan bisa dibilang teknologi membuat hidup
lebih praktis dan instan. Jika dihubungkan dengan pendidikan, teknologi menjadi
penyeimbang dan media yang dapat membantu memahami gaya belajar siswa zaman
global ini karena dapat kita lihat bahwa setiap zaman perilaku dan sikap siswa
selalu berubah karena terdapat aspek-aspek dominan yang mempengaruhinya, salah
satunya dengan adanya kemajuan teknologi baik melalui informasi maupun
komunikasi. Dalam artikel ini, penulis lebih fokus kepada model pembelajaran
berbasis proyek (Project based Learning/
PBL) yang menurut penulis sangat cocok diterapkan dalam proses belajar dan
mengajar di Kurikulum 2013. Memang, kebanyakan model pembelajaran ini
diterapkan untuk siswa kejuruan/ SMK. Tetapi, jika dilihat dari perspektif
makna sesungguhnya, model pembelajaran ini juga cocok untuk siswa SMA dan
penulis mencoba menerapkannya ke dalam mata pelajaran Sejarah. Sukses atau
tidaknya model pembelajaran ini diterapkan di sekolah tergantung dari
kekompakan dan tingkat kerja sama antara guru dan siswa dimana guru harus bisa
membagi waktu dalam memberikan keleluasaan pencarian tugas dan siswa diharapkan
serius dalam mengerjakan tugas tersebut sehingga tujuan proses belajar dan
mengajar bisa tercapai di dalam Kurikulum 2013.
Dalam kegiatan
belajar pembelajaran, peserta didik diposisikan sebagai subjek dan objek dari
kegiatan pembelajaran sehingga dapat dikatakan bahwa inti dari proses
pembelajaran adalah kegiatan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang
nantinya tujuan tersebut dapat dicapai peserta didik jika berusaha secara aktif
dalam mencapainya (Agung, Leo & Wahyuni, Sri. 2013).
Pembelajaran
berbasis proyek (Project based Learning/
PBL) adalah salah satu model pembelajaran inovatif yang lebih menekankan
pada belajar kontekstual dengan kegiatan-kegiatan yang kompleks. Model
pembelajaran ini melibatkan siswa secara langsung dalam hal pemecahan masalah,
tugas-tugas, bekerja secara otonom dan menggali pengetahuan mereka sendiri, dan
berakhir pada hasil produk yang nyata. Model pembelajaran ini lebih ke
penggunaan masalah sebagai langkah awal dan dirancang untuk permasalahan
kompleks dengan melakukan investigasi dan memahaminya (Bagustiadi, Wahyu. 2014,
(Online)).
Berikut adalah karakteristik model
pembelajaran berbasis proyek (Project
based Learning/ PBL) :
1.
Centrality : proyek
menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran.
2. Driving
Question : fokus pada pertanyaan atau masalah yang mengarahkan siswa untuk
mencari solusi dengan konsep atau prinsip ilmu pengetahuan yang sesuai.
3. Constructive
Investigation : siswa membangun pengetahuannya dengan melakukan investigasi
secara mandiri (guru sebagai fasilitator).
4. Autonomy
: menuntut “Student Centered” dimana siswa sebagai problem solver dari masalah
yang dibahas.
5.
Realisme : kegiatan siswa
difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi yang sebenarnya. Aktivitas
ini mengintegrasikan tugas otentik dan menghasilkan sikap profesional (Thomas.
2000).
Jadi, bisa
dikatakan bahwa model pembelajaran ini memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk memilih peristiwa sejarah yang terdapat di dalam satu semester dan
mengerjakan tugas proyek tersebut. Dengan menerapkan model pembelajaran ini
diharapkan peserta didik akan menghasilkan her/his
own history. Dalam model pembelajaran ini peran guru hanya sebagai
fasilitator, pelatih, pembimbing/penasehat, dan perantara untuk mendapatkan
hasil yang optimal sesuai dengan daya imajinasi, kreasi, dan inovasi dari
peserta didik (Kemendikbud. 2013, (Online)).
Berikut adalah langkah-langkah atau tahapan-tahapan
operasional model pembelajaran berbasis proyek (Project based Learning/ PBL), yaitu :
1.
Peserta didik
menentukan/memilih peristiwa sejarah yang akan dikaji.
2.
Mengkaji bahan/informasi
awal yang tersedia.
3.
Penentuan Pertanyaan
Mendasar (Start With the Essential
Question).
Dalam tahap ini,
pembelajaran dimulai dengan pertanyaan essensial, yaitu pertanyaan yang dapat
memberi penugasan peserta didik dalam melakukan aktivitas dimana dalam
mengambil topik harus sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan
sebuah investigasi mendalam (relevan bagi peserta didik).
4.
Mendesain Perencanaan
Proyek (Design a Plan for the Project).
Dalam tahap ini,
perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik yang
perencanaannya berisikan tentang aturan main, pemilihan aktivitas, mengetahui
alat dan bahan yang dapat diakses dalam penyelesaian proyek.
5.
Menyusun Jadwal (Create a Schedule).
Dalam tahap ini pengajar dan peserta didik menyusun jadwal aktivitas penyelesaian proyek.
Aktivitas pada tahap ini antara lain : (1) membuat timeline penyelesaian proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3)
membimbing peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing
peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek,
dan (5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan atau alasan tentang
pemilihan suatu cara.
6.
Memonitor
Peserta Didik dan Kemajuan Proyek (Monitor the Students and the Progress
Poject).
Dalam tahap
ini, pengajar bertanggung jawab untuk memonitor aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek, menjadi
mentor dalam aktivitas peserta didik, dan agar mempermudah proses monitoring
bisa dibuat sebuah rubrik.
7.
Menguji Hasil (Asses the Outcome).
Dalam tahap
ini penilaian dilakukan untuk mengukur ketercapaiannya standar/kompetensi,
mengevaluasi kemajuan setiap peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat
pemahaman peserta didik, dan membantu pengajar dalam menyusun strategi
pembelajaran berikutnya.
8.
Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience).
Dalam tahap
akhir ini, pengajar dan peserta didik
melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan (baik
secara individu atau kelompok). Peserta didik
diminta untuk mengungkapkan pengalamannya selama menyelesaikan proyek. Sehingga, pada akhirnya
ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan
yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran (Kemendikbud. 2013).
Dari penjelasan di atas dapat kita
temukan beberapa peran guru maupun siswa dalam hal pelaksanaan model
pembelajaran ini, yaitu :
1.
Peran Guru :
a.
Merencanakan dan mendesain
pembelajaran.
b.
Membuat strategi pembelajaran.
c.
Membayangkan interaksi yang akan
terjadi antara guru dan siswa.
d.
Mencari keunikan siswa.
e.
Menilai siswa dengan cara transparan
dan berbagai macam penilaian.
f.
Membuat portofolio pekerjaan siswa.
2.
Peran Peserta Didik :
a.
Menggunakan kemampuan bertanya dan
berpikir.
b.
Melakukan riset sederhana.
c.
Mempelajari ide dan konsep baru.
d.
Belajar mengatur waktu dengan baik.
e.
Melakukan kegiatan belajar sendiri/kelompok.
f.
Mengaplikasikan hasil belajar lewat
tindakan.
g.
Melakukan interaksi sosial
(wawancara, survei, observasi, dan lain-lain) (Ikhsanudin, Eka. 2014,
(Online)).
Sistem
Penilaian Proyek
Sistem ini
merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang memang harus selesai
dalam periode/waktu tertentu yang tugasnya meliputi perencanaan, pengumpulan
data, pengorganisasian, pengolahan, dan penyajian data. Terdapat tiga hal yang
perlu dipertimbangkan dalam penilaian proyek, yaitu :
1.
Kemampuan Pengelolaan.
Yaitu,
kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola
waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
2.
Relevansi/Hubungan/Keterkaitan.
Yaitu,
kesesuaian dengan mata pelajaran, mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman
dan keterampilan dalam pembelajaran.
3.
Keaslian.
Yaitu,
proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasik karyanya dengan
mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek
peserta didik (Kemendikbud. 2013).
Kelebihan dan Kekurangan
Pembelajaran berbasis Proyek (Project
based Learning/ PBL) :
Kelebihan :
1.
Dapat meningkatkan motivasi belajar
peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka dalam melakukan
pekerjaan penting.
2.
Meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah.
3.
Meningkatkan kolaborasi dalam
mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.
4.
Meningkatkan keterampilan mengelola
sumber, bertanggung jawab, mengorganisasi, dan mengatur waktu.
5.
Menggunakan media belajar yang
berkembang sesuai dengan dunia nyata.
6.
Melibatkan para peserta didik untuk
belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian
diaplikasikan ke dalam dunia nyata.
7.
Membuat suasana belajar menjadi
menyenangkan, sehingga dalam proses belajar mengajar menjadi menyenangkan dan
baik pengajar maupun peserta didik bisa menikmatinya.
Kekurangan :
1.
Memerlukan banyak waktu dalam
menyelesaikan masalah.
2.
Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
3.
Banyak instruktur yang merasa nyaman
dengan kelas tradisional, dimana instruktur memegang peran utama di kelas.
4.
Banyaknya peralatan yang harus
disediakan.
5.
Beberapa siswa memiliki kelemahan
dalam melakukan percobaan dan pengumpulan data di lapangan sehingga mengalami
kesulitan.
6.
Terdapat siswa yang kurang aktif
dalam kerja kelompok.
7.
Jika setiap kelompok diberikan topik
permasalahan secara berbeda, dikhawatirkan siswa tidak bisa memahami materi
tersebut secara keseluruhan (Sugianto, P., E. 2016, (Online)).
Berikut adalah variabel yang dapat
mempengaruhi kegiatan proses sistem pembelajaran, yaitu:
a.
Faktor Guru
Guru
merupakan komponen yang menentukan suatu sistem pembelajaran karena secara
langsung berhadapan dengan siswa sehingga bisa dikatakan bahwa efektivitas
proses pembelajaran terletak di pundak guru.
b.
Faktor Siswa
Kita mengetahui
bahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda dimana dikelompokkan menjadi
tiga bagian, yaitu berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Dengan adanya
perbedaan tersebut, maka guru harus menyesuaikan gaya belajar siswa tersebut.
Selain itu, sikap dan penampilan siswa dalam proses pembelajaran juga
mempengaruhi sistem pembelajaran di kelas. Jadi, bisa dikatakan bahwa faktor
siswa dan guru sangat menentukan dalam interaksi pembelajaran.
c.
Faktor Sarana dan Prasarana
Dengan
adanya kelengkapan sarana dan prasarana akan membantu guru dalam
penyelenggaraan proses pembelajaran dan memudahkan siswa menentukan pilihan
dalam belajar.
d.
Faktor Lingkungan
Jika dilihat
dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat mempengaruhi proses
pembelajaran, yaitu faktor organisasi kelas dan faktor iklim sosial-psikologis.
Dilihat dari faktor organisasi kelas, jika jumlah anggota kelompok itu besar
maka akan menjadi tidak menguntungkan karena menciptakan iklim belajar mengajar
yang tidak baik. Dilihat dari faktor sosial-psikologis maksudnya keharmonisan
hubungan antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Jadi, jika kita
dapat melakukan dua faktor dengan baik dan benar pasti akan tercapai dan
terwujudnya keberhasilan sistem pembelajaran (Sanjaya, Wina. 2008).
Efisiensi
Guru dan Pemahaman Siswa
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), efisiensi adalah ketepatan cara (usaha,
kerja) dalam menjalankan sesuatu (dengan tidak membuang waktu, tenaga, biaya);
kedayagunaan, ketepatgunaan, kesangkilan; kemampuan menjalankan tugas dengan
baik dan tepat (dengan tidak membuang waktu, tenaga, biaya) (Setiawan, Ebta.
2016, (Online)). Dari penjelasan singkat di atas, penulis mencoba menghubungkan
tingkat efisiensi guru dalam model pembelajaran ini apakah tinggi atau rendah.
Setelah melihat kelebihan dan kekurangan yang disebutkan di atas, penulis
mengambil kesimpulan bahwa tinggi atau rendahnya efisiensi guru tergantung
bagaimana guru tersebut bisa menyeimbangkan antara model pembelajaran dengan
metode, situasi dan kondisi kelas, cara mengajar (baik dari teknik, gaya,
maupun taktik dalam proses belajar mengajar). Dengan pengoptimalan tiga hal di
atas, maka kelemahan yang ada pada model pembelajaran ini bisa
diminimalisasikan sehingga nantinya akan mendapatkan hasil yang baik serta
tingkat efisiensi guru yang tinggi. Tidak lupa juga bahwa peserta didik sangat
mempengaruhi tingkat efisiensi guru. Bisa dibilang, hal tersebut cukup sulit
karena kita tahu setiap siswa mempunyai gaya belajar masing-masing dan
karakteristik maupun sikap perilaku juga berbeda. Oleh karena itu,
sebaik-baiknya guru harus tahu bagaimana cara mengatasi hal tersebut dan
minimal secara tidak langsung dapat memotivasi siswanya apalagi untuk mata
pelajaran sejarah. Sehingga nantinya, siswa akan mampu memahami topik atau
kegiatan yang dilakukannya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kesinambungan antara
guru dan siswa sangat diperlukan dalam ketercapaian proses belajar mengajar di
kelas dan salah satu model pembelajaran Sejarah-nya adalah model pembelajaran
berbasis proyek (Project based Learning/ PBL).
Berikut
adalah langkah-langkah Metode Pembelajaran berbasis Proyek dalam pembelajaran
Sejarah, yaitu :
KEGIATAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK
Mata
Pelajaran :
Sejarah Peminatan
Kelas/Semester :
X IS /1
Topik :
Penelitian
dan Penulisan Sejarah (Historiografi)
Tugas :
Membuat
penjelasan tentang ciri-ciri dari historiografi tradisional, kolonial, dan,
modern (disertai contoh historiografinya)
Waktu : 2 minggu
KOMPETENSI
DASAR
1.
Berlaku jujur dan
bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah (2.3).
2. Menganalisis
perbedaan ciri-ciri dari historiografi tradisional, kolonial dan modern (3.8).
3. Menyajikan
hasil mengklasifikasi ciri-ciri historiografi tradisional, kolonial, dan modern
dari sumber yang ditentukan oleh guru, dalam berbagai bentuk presentasi (4.8).
TUJUAN
PEMBELAJARAN
Setelah
pembelajaran berbasis proyek peserta didik mampu :
1.
Menganalisis ciri-ciri historiografi
tradisional.
2.
Menganalisis ciri-ciri historiografi
kolonial.
3.
Menganalisis ciri-ciri historiografi
modern.
MATERI
PEMBELAJARAN
1.
Ciri-ciri Historiografi Tradisional.
2.
Ciri-ciri Historiografi Kolonial.
3.
Ciri-ciri Historiografi Modern.
MODEL DAN LANGKAH
PEMBELAJARAN
Pendekatan : Saintifik Learning.
Model : Pembelajaran berbasis Proyek (Project based
Learning/PBL).
Dalam
melaksanakan pembelajaran secara umum dibagi menjadi 3 tahapan yaitu sebagai
berikut :
Kegiatan
Pendahuluan (15 menit) :
1. Guru
menyampaikan appersepsi :
a.
Memberi salam.
b.
Menanyakan kehadiran
siswa.
c.
Menanyakan materi
sebelumnya.
2.
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran.
3.
Guru
mengenalkan model pembelajaran.
Kegiatan Inti (100 menit) :
1. Guru
menjelaskan tentang pengertian Historiografi.
2. Guru
membagi peserta didik menjadi 6 kelompok.
3. Siswa
berkumpul dalam kelompok masing-masing.
4. Guru
menayangkan slide tentang :
a.
Pengertian Historiografi.
b.
Ciri-ciri Historiografi.
5.
Guru meminta mendengarkan
dan memahami materi yang sedang dijelaskan.
6.
Guru mendorong siswa
untuk bertanya tentang materi yang sudah dijelaskan.
7.
Guru
menjelaskan kegiatan pembelajaran berbasis proyek.
8.
Pada
pembelajaran ini siswa diminta untuk menulis dan membuat proyek tentang Ciri-ciri
Historiografi Tradisional, Kolonial, dan Modern.
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a.
Menentukan judul proyek.
b.
Menyusun rencana dan jadwal mencari
data/informasi/sumber bacaan dimana, berapa hari, analisis dan menyusun jadi
tulisan, penyelesaian tulisan.
c.
Monitoring, guru menanyakan sudah sampai
mana pekerjaan siswa.
d.
Pengujian hasil, masing-masing
kelompok menyajikan hasil pekerjaannya dan guru memberikan penilaian.
e.
Evaluasi pengalaman, guru akan
menanyakan pengalaman siswa pada waktu mencari sumber data dalam mengerjakan
penulisan proyek tersebut.
f.
Guru menyampaikan kepada siswa
dimana waktu kerja dilakukan selama 2 minggu. Kelompok 1 dan 3 tentang
ciri-ciri historiografi tradisional, kelompok 2 dan 5 tentang ciri-ciri
historiografi kolonial, dan kelompok 4 dan 6 tentang ciri-ciri historiografi
modern.
Kegiatan
Penutup (20 menit) :
1. Dalam kegiatan penutupan pertemuan hari itu lebih banyak pesan-pesan untuk
mengerjakan proyek penulisan.
2. Guru memberikan saran ke siswa dalam mengerjakan, mencari data dari
berbagai sumber sejarah.
3. Guru
mengulang secara singkat materi yang baru dibahas disertai dengan siswa
menyimpulkan secara bersama-sama.
4. Guru
memberikan pertanyaan lisan secara acak dalam memancing siswa untuk mengetahui
seberapa paham materi tersebut dipahami (Galuh, Dede. 2014, (Online)).
Kesimpulan
Dari
penjelasan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis
proyek (Project based Learning/ PBL)
adalah salah satu model pembelajaran yang cocok digunakan di mata pelajaran
Sejarah Kurikulum 2013. Model pembelajaran ini bisa dibilang membuat peserta
didik menjadi lebih kreatif dimana peserta didik dapat mengembangkan sifat
tersebut melalui tugas proyek tersebut. Selain itu juga, peserta didik mendapat
wawasan yang semakin luas karena tidak hanya menerima penjelasan materi dari
guru, tetapi mencari atau menggali pengetahuannya sendiri. Hal tersebut
berpengaruh terhadap kemandirian anak dalam mencari sumber belajar selain dari
guru dan memang itu yang diharapkan pada Kurikulum 2013. Kita mengetahui bahwa
dalam Kurikulum 2013 peserta didik dijadikan sebagai subjek sekaligus objek,
maka dari itu guru harus lebih optimal dalam menyajikan materi, model, gaya
belajar dengan baik. Karena, secara umum kalau dilihat guru tidak hanya sebagai
pengajar tetapi juga sebagai pendidik. Sehingga, mau tidak mau guru tersebut
hrarus menyeimbangakan baik perilaku peserta didik baik pengajar.
Daftar
Rujukan
Agung Leo, S. &
Wahyuni, Sri. 2013. Perencanaan
Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Bagustiadi, Wahyu. 2014. Model Project based Learning (PBL) dalam Pembelajaran Sejarah, (Online),
(http://wahyubagustiadi14.blogspot.co.id/2014/12/model-project-based-learning-pbl-dalam.html), diakses tanggal 31 Januari 2016.
Galuh, Dede. 2014. Penerapan Metode Pembelajaran berbasis
Proyek (Project based Learning) dalam Pembelajaran Sejarah, (Online), (http://dedegaluh12.blogspot.co.id/2014/12/penerapan-metode-pembelajaran-berbasis.html), diakses tanggal 31 Januari 2016.
Ikhsanudin, Eka. 2014. Model Pembelajaran Project based Learning,
(Online), (http://www.ekaikhsanudin.net/2014/09/model-pembelajaran-project-based.html), diakses tanggal 31 Januari 2016.
Kemendikbud. 2013. Model Pengembangan berbasis Proyek (Project
based Learning), (Online), (http//www.staff.uny.ac.id), diakses tanggal 31 Januari 2016.
Kemendikbud. 2013. Pedoman Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu
Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan & Desain Sistem Pembelajaran.
Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP.
Setiawan, Ebta. 2016. Arti Kata Efisiensi – Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KKBI), (Online), (http://kbbi.web.id/efisiensi), diakses tanggal 31 Januari 2016.
Sugianto, P., E. 2013. Pembelajaran berbasis Proyek, (Online),
(http://ijup-belajar.blogspot.co.id/2013/04/pembelajaran-berbasis-proyek.html), diakses tanggal 31 Januari 2016.
Thomas, J. W. 2000. A Review of Research on Problem based Learning. California:
Autodesk Foundation.
IDENTITAS
DIRI :
Nama :
Yuliarti Kurnia Pramai Selli
Kelas/Off. :
B
Prodi :
S1 Pendidikan Sejarah
NIM :
140731606196
Makul :
Strategi Pembelajaran Sejarah
Komentar
Posting Komentar