HUBUNGAN ANTARA MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DENGAN EFISIENSI GURU DAN PEMAHAMAN MATERI SEJARAH


HUBUNGAN ANTARA MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DENGAN EFISIENSI GURU DAN PEMAHAMAN MATERI SEJARAH

Yuliarti Kurnia Pramai Selli
Jurusan Sejarah
Universitas Negeri Malang

Abstrak: Banyak model pembelajaran sejarah yang dapat diterapkan oleh guru di kelas, salah satunya adalah “Model Pembelajaran berbasis Proyek (Project based Learning/PBL)”. Model pembelajaran ini lebih membantu guru dalam meringankan pekerjaan dimana siswa diasah untuk mencari sendiri dan memperluas materi yang dijelaskan oleh guru. Selain itu juga, model pembelajaran ini cocok dalam pengimplementasian Kurikulum 2013 dimana siswa dituntut untuk aktif dan tidak bergantung pada ilmu yang diberikan guru. Walaupun begitu, model pembelajaran ini juga memiliki kelemahan baik untuk siswa, guru, maupun orang tua siswa. Jadi, model pembelajaran ini bisa dibilang cukup membantu dalam pemahaman materi siswa salah satunya mata pelajaran Sejarah.

Katakunci: Model Pembelajaran berbasis Proyek, Siswa, Guru, Sejarah.


Teknologi bisa dibilang pada zaman global ini sangat dibutuhkan dan hampir sebagian besar sudah menjadi kebutuhan sehari-hari, baik itu dari aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, serta pendidikan. Dalam kehidupan sehari-hari teknologi membantu sekali dalam meringankan pekerjaan dan bisa dibilang teknologi membuat hidup lebih praktis dan instan. Jika dihubungkan dengan pendidikan, teknologi menjadi penyeimbang dan media yang dapat membantu memahami gaya belajar siswa zaman global ini karena dapat kita lihat bahwa setiap zaman perilaku dan sikap siswa selalu berubah karena terdapat aspek-aspek dominan yang mempengaruhinya, salah satunya dengan adanya kemajuan teknologi baik melalui informasi maupun komunikasi. Dalam artikel ini, penulis lebih fokus kepada model pembelajaran berbasis proyek (Project based Learning/ PBL) yang menurut penulis sangat cocok diterapkan dalam proses belajar dan mengajar di Kurikulum 2013. Memang, kebanyakan model pembelajaran ini diterapkan untuk siswa kejuruan/ SMK. Tetapi, jika dilihat dari perspektif makna sesungguhnya, model pembelajaran ini juga cocok untuk siswa SMA dan penulis mencoba menerapkannya ke dalam mata pelajaran Sejarah. Sukses atau tidaknya model pembelajaran ini diterapkan di sekolah tergantung dari kekompakan dan tingkat kerja sama antara guru dan siswa dimana guru harus bisa membagi waktu dalam memberikan keleluasaan pencarian tugas dan siswa diharapkan serius dalam mengerjakan tugas tersebut sehingga tujuan proses belajar dan mengajar bisa tercapai di dalam Kurikulum 2013.
Dalam kegiatan belajar pembelajaran, peserta didik diposisikan sebagai subjek dan objek dari kegiatan pembelajaran sehingga dapat dikatakan bahwa inti dari proses pembelajaran adalah kegiatan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang nantinya tujuan tersebut dapat dicapai peserta didik jika berusaha secara aktif dalam mencapainya (Agung, Leo & Wahyuni, Sri. 2013).
Pembelajaran berbasis proyek (Project based Learning/ PBL) adalah salah satu model pembelajaran inovatif yang lebih menekankan pada belajar kontekstual dengan kegiatan-kegiatan yang kompleks. Model pembelajaran ini melibatkan siswa secara langsung dalam hal pemecahan masalah, tugas-tugas, bekerja secara otonom dan menggali pengetahuan mereka sendiri, dan berakhir pada hasil produk yang nyata. Model pembelajaran ini lebih ke penggunaan masalah sebagai langkah awal dan dirancang untuk permasalahan kompleks dengan melakukan investigasi dan memahaminya (Bagustiadi, Wahyu. 2014, (Online)).
Berikut adalah karakteristik model pembelajaran berbasis proyek (Project based Learning/ PBL) :
1.      Centrality : proyek menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran.
2.      Driving Question : fokus pada pertanyaan atau masalah yang mengarahkan siswa untuk mencari solusi dengan konsep atau prinsip ilmu pengetahuan yang sesuai.
3.      Constructive Investigation : siswa membangun pengetahuannya dengan melakukan investigasi secara mandiri (guru sebagai fasilitator).
4.      Autonomy : menuntut “Student Centered” dimana siswa sebagai problem solver dari masalah yang dibahas.
5.      Realisme : kegiatan siswa difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi yang sebenarnya. Aktivitas ini mengintegrasikan tugas otentik dan menghasilkan sikap profesional (Thomas. 2000).
Jadi, bisa dikatakan bahwa model pembelajaran ini memberi kesempatan kepada peserta didik untuk memilih peristiwa sejarah yang terdapat di dalam satu semester dan mengerjakan tugas proyek tersebut. Dengan menerapkan model pembelajaran ini diharapkan peserta didik akan menghasilkan her/his own history. Dalam model pembelajaran ini peran guru hanya sebagai fasilitator, pelatih, pembimbing/penasehat, dan perantara untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan daya imajinasi, kreasi, dan inovasi dari peserta didik (Kemendikbud. 2013, (Online)).
Berikut adalah langkah-langkah atau tahapan-tahapan operasional model pembelajaran berbasis proyek (Project based Learning/ PBL), yaitu :
1.      Peserta didik menentukan/memilih peristiwa sejarah yang akan dikaji.
2.      Mengkaji bahan/informasi awal yang tersedia.
3.      Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question).
Dalam tahap ini, pembelajaran dimulai dengan pertanyaan essensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan aktivitas dimana dalam mengambil topik harus sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam (relevan bagi peserta didik).
4.      Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project).
Dalam tahap ini, perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik yang perencanaannya berisikan tentang aturan main, pemilihan aktivitas, mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses dalam penyelesaian proyek.
5.      Menyusun Jadwal (Create a Schedule).
Dalam tahap ini pengajar dan peserta didik menyusun jadwal aktivitas penyelesaian proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain : (1) membuat timeline penyelesaian proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membimbing peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan atau alasan tentang pemilihan suatu cara.
6.      Memonitor Peserta Didik dan Kemajuan Proyek (Monitor the Students and the Progress Poject).
Dalam tahap ini, pengajar bertanggung jawab untuk memonitor aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek, menjadi mentor dalam aktivitas peserta didik, dan agar mempermudah proses monitoring bisa dibuat sebuah rubrik.
7.      Menguji Hasil (Asses the Outcome).
Dalam tahap ini penilaian dilakukan untuk mengukur ketercapaiannya standar/kompetensi, mengevaluasi kemajuan setiap peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman peserta didik, dan membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
8.      Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience).
Dalam tahap akhir ini, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan (baik secara individu atau kelompok). Peserta didik diminta untuk mengungkapkan pengalamannya selama menyelesaikan proyek. Sehingga, pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran (Kemendikbud. 2013).
Dari penjelasan di atas dapat kita temukan beberapa peran guru maupun siswa dalam hal pelaksanaan model pembelajaran ini, yaitu :
1.      Peran Guru :
a.       Merencanakan dan mendesain pembelajaran.
b.      Membuat strategi pembelajaran.
c.       Membayangkan interaksi yang akan terjadi antara guru dan siswa.
d.      Mencari keunikan siswa.
e.       Menilai siswa dengan cara transparan dan berbagai macam penilaian.
f.        Membuat portofolio pekerjaan siswa.
2.      Peran Peserta Didik :
a.       Menggunakan kemampuan bertanya dan berpikir.
b.      Melakukan riset sederhana.
c.       Mempelajari ide dan konsep baru.
d.      Belajar mengatur waktu dengan baik.
e.       Melakukan kegiatan belajar sendiri/kelompok.
f.        Mengaplikasikan hasil belajar lewat tindakan.
g.      Melakukan interaksi sosial (wawancara, survei, observasi, dan lain-lain) (Ikhsanudin, Eka. 2014, (Online)).

Sistem Penilaian Proyek
Sistem ini merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang memang harus selesai dalam periode/waktu tertentu yang tugasnya meliputi perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, dan penyajian data. Terdapat tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam penilaian proyek, yaitu :
1.      Kemampuan Pengelolaan.
Yaitu, kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
2.      Relevansi/Hubungan/Keterkaitan.
Yaitu, kesesuaian dengan mata pelajaran, mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
3.      Keaslian.
Yaitu, proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasik karyanya dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik (Kemendikbud. 2013).
Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran berbasis Proyek (Project based Learning/ PBL) :
Kelebihan :
1.      Dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka dalam melakukan pekerjaan penting.
2.      Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
3.      Meningkatkan kolaborasi dalam mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi.
4.      Meningkatkan keterampilan mengelola sumber, bertanggung jawab, mengorganisasi, dan mengatur waktu.
5.      Menggunakan media belajar yang berkembang sesuai dengan dunia nyata.
6.      Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diaplikasikan ke dalam dunia nyata.
7.      Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga dalam proses belajar mengajar menjadi menyenangkan dan baik pengajar maupun peserta didik bisa menikmatinya.
Kekurangan :
1.      Memerlukan banyak waktu dalam menyelesaikan masalah.
2.      Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
3.      Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, dimana instruktur memegang peran utama di kelas.
4.      Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
5.      Beberapa siswa memiliki kelemahan dalam melakukan percobaan dan pengumpulan data di lapangan sehingga mengalami kesulitan.
6.      Terdapat siswa yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
7.      Jika setiap kelompok diberikan topik permasalahan secara berbeda, dikhawatirkan siswa tidak bisa memahami materi tersebut secara keseluruhan (Sugianto, P., E. 2016, (Online)).
Berikut adalah variabel yang dapat mempengaruhi kegiatan proses sistem pembelajaran, yaitu:
a.       Faktor Guru
Guru merupakan komponen yang menentukan suatu sistem pembelajaran karena secara langsung berhadapan dengan siswa sehingga bisa dikatakan bahwa efektivitas proses pembelajaran terletak di pundak guru.
b.      Faktor Siswa
Kita mengetahui bahwa setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda dimana dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Dengan adanya perbedaan tersebut, maka guru harus menyesuaikan gaya belajar siswa tersebut. Selain itu, sikap dan penampilan siswa dalam proses pembelajaran juga mempengaruhi sistem pembelajaran di kelas. Jadi, bisa dikatakan bahwa faktor siswa dan guru sangat menentukan dalam interaksi pembelajaran.
c.       Faktor Sarana dan Prasarana
Dengan adanya kelengkapan sarana dan prasarana akan membantu guru dalam penyelenggaraan proses pembelajaran dan memudahkan siswa menentukan pilihan dalam belajar.
d.      Faktor Lingkungan
Jika dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu faktor organisasi kelas dan faktor iklim sosial-psikologis. Dilihat dari faktor organisasi kelas, jika jumlah anggota kelompok itu besar maka akan menjadi tidak menguntungkan karena menciptakan iklim belajar mengajar yang tidak baik. Dilihat dari faktor sosial-psikologis maksudnya keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Jadi, jika kita dapat melakukan dua faktor dengan baik dan benar pasti akan tercapai dan terwujudnya keberhasilan sistem pembelajaran (Sanjaya, Wina. 2008).

Efisiensi Guru dan Pemahaman Siswa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), efisiensi adalah ketepatan cara (usaha, kerja) dalam menjalankan sesuatu (dengan tidak membuang waktu, tenaga, biaya); kedayagunaan, ketepatgunaan, kesangkilan; kemampuan menjalankan tugas dengan baik dan tepat (dengan tidak membuang waktu, tenaga, biaya) (Setiawan, Ebta. 2016, (Online)). Dari penjelasan singkat di atas, penulis mencoba menghubungkan tingkat efisiensi guru dalam model pembelajaran ini apakah tinggi atau rendah. Setelah melihat kelebihan dan kekurangan yang disebutkan di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa tinggi atau rendahnya efisiensi guru tergantung bagaimana guru tersebut bisa menyeimbangkan antara model pembelajaran dengan metode, situasi dan kondisi kelas, cara mengajar (baik dari teknik, gaya, maupun taktik dalam proses belajar mengajar). Dengan pengoptimalan tiga hal di atas, maka kelemahan yang ada pada model pembelajaran ini bisa diminimalisasikan sehingga nantinya akan mendapatkan hasil yang baik serta tingkat efisiensi guru yang tinggi. Tidak lupa juga bahwa peserta didik sangat mempengaruhi tingkat efisiensi guru. Bisa dibilang, hal tersebut cukup sulit karena kita tahu setiap siswa mempunyai gaya belajar masing-masing dan karakteristik maupun sikap perilaku juga berbeda. Oleh karena itu, sebaik-baiknya guru harus tahu bagaimana cara mengatasi hal tersebut dan minimal secara tidak langsung dapat memotivasi siswanya apalagi untuk mata pelajaran sejarah. Sehingga nantinya, siswa akan mampu memahami topik atau kegiatan yang dilakukannya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kesinambungan antara guru dan siswa sangat diperlukan dalam ketercapaian proses belajar mengajar di kelas dan salah satu model pembelajaran Sejarah-nya adalah model pembelajaran berbasis proyek (Project based Learning/ PBL).
Berikut adalah langkah-langkah Metode Pembelajaran berbasis Proyek dalam pembelajaran Sejarah, yaitu :

KEGIATAN PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK
Mata Pelajaran              : Sejarah Peminatan
Kelas/Semester             : X IS /1
Topik                             : Penelitian dan Penulisan Sejarah (Historiografi)
Tugas                       : Membuat penjelasan tentang ciri-ciri dari historiografi tradisional, kolonial, dan, modern (disertai contoh historiografinya)
Waktu                             : 2 minggu

KOMPETENSI DASAR
1.    Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah (2.3).
2.      Menganalisis perbedaan ciri-ciri dari historiografi tradisional, kolonial dan modern (3.8).
3.      Menyajikan hasil mengklasifikasi ciri-ciri historiografi tradisional, kolonial, dan modern dari sumber yang ditentukan oleh guru, dalam berbagai bentuk presentasi (4.8).

TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah pembelajaran berbasis proyek peserta didik mampu :
1.      Menganalisis ciri-ciri historiografi tradisional.
2.      Menganalisis ciri-ciri historiografi kolonial.
3.      Menganalisis ciri-ciri historiografi modern.

MATERI PEMBELAJARAN
1.      Ciri-ciri Historiografi Tradisional.
2.      Ciri-ciri Historiografi Kolonial.
3.      Ciri-ciri Historiografi Modern.

MODEL DAN LANGKAH PEMBELAJARAN
Pendekatan     : Saintifik Learning.
Model              : Pembelajaran berbasis Proyek (Project based Learning/PBL).
Dalam melaksanakan pembelajaran secara umum dibagi menjadi 3 tahapan yaitu sebagai berikut :
Kegiatan Pendahuluan (15 menit) :
1.    Guru menyampaikan appersepsi :
a.         Memberi salam.
b.        Menanyakan kehadiran siswa.
c.         Menanyakan materi sebelumnya.
2.    Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
3.    Guru mengenalkan model pembelajaran.
Kegiatan Inti (100 menit) :
1.    Guru menjelaskan tentang pengertian Historiografi.
2.    Guru membagi peserta didik menjadi 6 kelompok.
3.    Siswa berkumpul dalam kelompok masing-masing.
4.    Guru menayangkan slide tentang :
a.         Pengertian Historiografi.
b.        Ciri-ciri Historiografi.
5.    Guru meminta mendengarkan dan memahami materi yang sedang dijelaskan.
6.    Guru mendorong siswa untuk bertanya tentang materi yang sudah dijelaskan.
7.    Guru menjelaskan kegiatan pembelajaran berbasis proyek.
8.    Pada pembelajaran ini siswa diminta untuk menulis dan membuat proyek tentang Ciri-ciri Historiografi Tradisional, Kolonial, dan Modern.
Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a.         Menentukan judul proyek.
b.        Menyusun rencana dan jadwal mencari data/informasi/sumber bacaan dimana, berapa hari, analisis dan menyusun jadi tulisan, penyelesaian tulisan.
c.         Monitoring, guru menanyakan sudah sampai mana pekerjaan siswa.
d.        Pengujian hasil, masing-masing kelompok menyajikan hasil pekerjaannya dan guru memberikan penilaian.
e.         Evaluasi pengalaman, guru akan menanyakan pengalaman siswa pada waktu mencari sumber data dalam mengerjakan penulisan proyek tersebut.
f.          Guru menyampaikan kepada siswa dimana waktu kerja dilakukan selama 2 minggu. Kelompok 1 dan 3 tentang ciri-ciri historiografi tradisional, kelompok 2 dan 5 tentang ciri-ciri historiografi kolonial, dan kelompok 4 dan 6 tentang ciri-ciri historiografi modern.
Kegiatan Penutup (20 menit) :
1.      Dalam kegiatan penutupan pertemuan hari itu lebih banyak pesan-pesan untuk mengerjakan proyek penulisan.
2.      Guru memberikan saran ke siswa dalam mengerjakan, mencari data dari berbagai sumber sejarah.
3.      Guru mengulang secara singkat materi yang baru dibahas disertai dengan siswa menyimpulkan secara bersama-sama.
4.      Guru memberikan pertanyaan lisan secara acak dalam memancing siswa untuk mengetahui seberapa paham materi tersebut dipahami (Galuh, Dede. 2014, (Online)).

Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis proyek (Project based Learning/ PBL) adalah salah satu model pembelajaran yang cocok digunakan di mata pelajaran Sejarah Kurikulum 2013. Model pembelajaran ini bisa dibilang membuat peserta didik menjadi lebih kreatif dimana peserta didik dapat mengembangkan sifat tersebut melalui tugas proyek tersebut. Selain itu juga, peserta didik mendapat wawasan yang semakin luas karena tidak hanya menerima penjelasan materi dari guru, tetapi mencari atau menggali pengetahuannya sendiri. Hal tersebut berpengaruh terhadap kemandirian anak dalam mencari sumber belajar selain dari guru dan memang itu yang diharapkan pada Kurikulum 2013. Kita mengetahui bahwa dalam Kurikulum 2013 peserta didik dijadikan sebagai subjek sekaligus objek, maka dari itu guru harus lebih optimal dalam menyajikan materi, model, gaya belajar dengan baik. Karena, secara umum kalau dilihat guru tidak hanya sebagai pengajar tetapi juga sebagai pendidik. Sehingga, mau tidak mau guru tersebut hrarus menyeimbangakan baik perilaku peserta didik baik pengajar.

Daftar Rujukan
Agung Leo, S. & Wahyuni, Sri. 2013. Perencanaan Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Bagustiadi, Wahyu. 2014. Model Project based Learning (PBL) dalam Pembelajaran Sejarah, (Online), (http://wahyubagustiadi14.blogspot.co.id/2014/12/model-project-based-learning-pbl-dalam.html), diakses tanggal 31 Januari 2016.
Galuh, Dede. 2014. Penerapan Metode Pembelajaran berbasis Proyek (Project based Learning) dalam Pembelajaran Sejarah, (Online), (http://dedegaluh12.blogspot.co.id/2014/12/penerapan-metode-pembelajaran-berbasis.html), diakses tanggal 31 Januari 2016.
Ikhsanudin, Eka. 2014. Model Pembelajaran Project based Learning, (Online), (http://www.ekaikhsanudin.net/2014/09/model-pembelajaran-project-based.html), diakses tanggal 31 Januari 2016.
Kemendikbud. 2013. Model Pengembangan berbasis Proyek (Project based Learning), (Online), (http//www.staff.uny.ac.id), diakses tanggal 31 Januari 2016.
Kemendikbud. 2013. Pedoman Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan & Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP.
Setiawan, Ebta. 2016. Arti Kata Efisiensi – Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI), (Online), (http://kbbi.web.id/efisiensi), diakses tanggal 31 Januari 2016.
Sugianto, P., E. 2013. Pembelajaran berbasis Proyek, (Online), (http://ijup-belajar.blogspot.co.id/2013/04/pembelajaran-berbasis-proyek.html), diakses tanggal 31 Januari 2016.
Thomas, J. W. 2000. A Review of Research on Problem based Learning. California: Autodesk Foundation.

IDENTITAS DIRI :
Nama               : Yuliarti Kurnia Pramai Selli
Kelas/Off.       : B
Prodi               : S1 Pendidikan Sejarah
NIM                : 140731606196
Makul              : Strategi Pembelajaran Sejarah


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH MASUKNYA AGAMA KONGHUCU DI INDONESIA

Kamu yang Kusayang

MENGINAP SAMBIL MENGENANG MASA LALU: FENDI’S GUEST HOUSE MALANG