MENGAITKAN KONSEP ATAU ISTILAH KEBUDAYAAN DALAM FENOMENA ATAU KASUS

MENGAITKAN KONSEP ATAU ISTILAH KEBUDAYAAN DALAM FENOMENA ATAU KASUS

UAS
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Dasar-Dasar Antropologi
yang dibina oleh Bapak Irawan, M.Hum

Oleh :
Yuliarti Kurnia Pramai Selli
(140731606196)



UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SEJARAH
PRODI S1 PENDIDIKAN SEJARAH
Desember 2014


1.      Pikiran Individual-Pikiran Umum-Fokus Kebudayaan-Deviant-Evolusi.
Dalam masyarakat Bali, ada seorang lurah yang mempunyai ide untuk memperkenalkan tarian dan lukisan Bali kepada wisatawan asing maupun domestik. Setelah itu, lurah tersebut ingin menumpahkan idenya dengan orang lain, sehingga beliau pun mengundang para warga sekitar untuk rapat dan musyawarah tentang idenya.
Hasil rapat tersebut adalah para warga menyetujui ide Lurah tersebut. Lurah dengan warga Bali pun akhirnya bersama-sama membuka galeri lukisan dan setiap malam sebagian warga Bali menggelar pertunjukan tari untuk menghibur dan mengenalkan kepada para wisatawan di Bali.
Dari lukisan dan tarian tersebut, kita ketahui bahwa tarian dan lukisan tersebut mengandung unsur kesenian dalam perilaku masyarakat Bali. Dalam hal ini, ada individu masyarakat yang mencoba dan sengaja menyalahgunakan ide tersebut dengan cara menjual tarian Bali bukan untuk memperkenalkan tarian Bali ke wisatawan.
Akibatnya, perilaku tersebut menimbulkan penyimpangan karena sudah melanggar nilai-nilai dan norma-norma masyarakat Bali itu sendiri yang tujuan semulanya adalah hanya untuk memperkenalkan tarian dan lukisan dari Bali. Dapat disimpulkan bahwa individu tersebut tidak bisa beradaptasi dengan ide lurah tersebut yang menimbulkan penghambatan proses internalisasi, proses sosialisasi, dan proses eksternalisasi.
Tetapi, dari peristiwa tersebut timbullah evolusi baik positif maupun negatif tergantung dari masyarakatnya mau melanjutkan ide lurah tersebut atau malah bergabung dengan individu yang tadi
PETA KONSEP
 

Vvv









2.      Internalisasi-Sosialisasi-Eksternalisasi-Kepribadian Umum-Status Sosial.
Para anak bangsawan mulai dari kecil sampai akhir hayat hidup dengan serba kecukupan dan memiliki nafsu untuk memenuhi keinginannya. Padahal orang biasa hanya bisa memenuhi kebutuhannya mungkin sudah merasa cukup puas dengan keadaan tersebut. Dan dari hal tersebut, menurut saya pengalaman hidup keras banyak dialami oleh masyarakat biasa.
Tingkah laku mereka pun berbeda, yaitu untuk masyarakat biasa mereka terbiasa makan seadanya. Sedangkan anak bangsawan setiap hari terbiasa makan serba enak, lengkap, dan bergizi. Tiga hal tersebut belum tentu dialami oleh masyarakat biasa. Sehingga, mau tidak mau anak bangsawan jika ingin berinteraksi dengan masyarakat biasa harus menyesuaikan alam pikiran serta sikap terhadap sistem norma masyarakat maka akan membentuk kebudayaan positif dan jika sebaliknya maka akan membentuk kebudayaan negatif (deviant).
Dari penjelasan di atas, dapat kita temukan adanya kepribadian umum antara anak bangsawan dengan masyarakat biasa dari cara makan, berperilaku, pengalaman yang berbeda, dan lain-lain. Dan saya dapat menemukan status sosial dari kedua masyarakat tersebut, yaitu masyarakat kelas menengah (middle) bagi masyarakat biasa dan masyarakat kelas atas (upper) bagi anak bangsawan.
PETA KONSEP
 









                                                                                                            




3.      Persebaran Penduduk-Difusi-Penetration Pacifique/Penetrasi Damai-Culture Contact (Akulturasi).
Karena banyaknya penduduk yang mendominasi di Pulau Jawa, maka pemerintah mengadakan program transmigrasi bagi masyarakat yang ingin mengembangkan ushanya dan tujuan pemerintah adalah untuk meratakan masyarakat antara Pulau Jawa dan Pulau Transmigran (seperti Kalimantan, Sulawesi). Upaya ini untuk meminimalisir kepadatan masyarakat di Pulau Jawa.
Dari persebaran penduduk tersebut, masyarakat dari Pulau Jawa membawa suatu kebudayaan baru dalam masyarakat Kalimantan. Saya ambil contoh masuknya kebudayaan masakan Jawa dalam kebudayaan Kalimantan. Dari kebudayaan tersebut tidak  mengakibatkan konflik, tetapi menambah variasi kebudayaan makanan di Kalimantan. Dari kedua budaya tersebut tidak pula menghilangkan unsur-unsur aslinya. Dalam hal ini memunculkan teori penetrasi damai (penetration pasifique). Dari perpaduan budaya tersebut kemungkinan besar dapat dimunculkan adanya akulturasi antara masyarakat Pulau Jawa dengan masyarakat Kalimantan.
PETA KONSEP
 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH MASUKNYA AGAMA KONGHUCU DI INDONESIA

Kamu yang Kusayang

MENGINAP SAMBIL MENGENANG MASA LALU: FENDI’S GUEST HOUSE MALANG